Berdamai dengan Masalalu

1.7K 24 5
                                    

Maaf ya kalau aku updatenya dikit, kerjaanku menguras tenaga. Mw nulis jadi males. milih tidur aja. hbisnya aku kerja malam sih, dari jam 11 malam sampe jam 7 pagi, sodara-sodara. huft... oke. lupaka! Author lg g jelas!

***

Dua anak manusia duduk berdampingan di bangku alun-alun kota. Suasana malam yang dipenuhi dengan lampu kota, juga langit hitam yang diterangi cahaya bintang dan bulan. SunGguh romantis. Namun dua anak manusia tersebut tidak menikmati keindahan tersebut. Mereka hanya diam. Tak ada yang memulai untuk bicara. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Kenangan-kenangan saat masih bersama, terlintas dibenak mereka.

"Selamat malam, mbak dan mas. Kami disini akan menghibur, bukan uang recehan yang kami cari, namun ketenangan hati dan ekspresi tanpa batas dari dalam lubuk hati. Kami persembahkan sebuah lagu, jeritan bahasa hati yang terluka..."

30 menit kita disini tanpa suara

Dan aku resah harus menunggu lama kata darimu

Jam dindingpun tertawa karna ku hanya diam dan membisu

Ingin kumaki diriku sendiri yang tak berkutik didepanmu...

"Cukup mas, terima ini" kata Krisna kepada pengamen itu sambil memberikan uang ribuan. Setelah mengucapkan terimakasih dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Krisna, pengamen itu pun pergi.

"kau lihat? bahkan kita sampai disindir pengamen." ucap Krisna sambil terkekeh.

"eh?" Jingga menoleh seraya tersenyum.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Krisna pada Jingga.

"Aku baik.Kau?"

"Seperti yang kau lihat. Aku tak menyangka, Auryn yang dimaksud papaku adalah kau, Jingga. Dan sejak kapan nama panggilanmu diganti. Dan bagaimana kau bisa jadi anak Om Neo?" berondong Krisna.

"Kau ini, tidak bisa ya tanyanya satu-satu?" Jingga cemberut. Manis...batin Krisna.

"Sejak aku tinggal dengan ayahku, aku dipanggil Auryn. Dan ya, Om Neo memang ayah kandungku. Surat wasiat bunda yang membuat aku tahu semuanya." Cerita Jingga.

"Lalu sejak kapan kau dipanggil 'El'?" lanjut Jingga.

"Dapunta Krisna Rafael. Apa kau lupa namaku? hmmm ya memang aku jarang dipanggil begitu, itu nama kecilku." Terang Krisna.

Jingga mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda bahwa ia paham.

Hening.

"Apa kau akan menerima perjodohan ini?"

Pertanyaan Krisna seakan mencekik lehernya, hingga ia tak mampu berkata apa-apa.

"Jingga,,," Teguran Krisna membuat Jingga kelabakan.

"Ah, ya?" JinGga gugup.

"Apa kau menerima perjodohan ini?" Ulang Krisna.

"Entahlah, Kris." kata Jingga sambil menghela nafas.

"Aku tidak pernah menyangka akan dijodohkan denganmu." Lanjutnya.

"Apa kau sudah tidak mencintaiku?"

Pertanyaan Krisna membuat Jingga sesak nafas.

'Apa aku mencinTainya?' batin Jingga.

"Waktu 5 tahun sudah mampu membuatmu melupakanku, ha?" tanya Krisna lagi.

"Bagaimana kau dan Jessie? ha?" balas Jingga.

***

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang