Part 2 - Dilecehkan? (Repost)

23.7K 1.2K 30
                                    

Bibirku yang seksi ini mulai bengkak. Aku menempelkan es batu di pinggir bibirku. Hikss.. hikss.. Aku ingin menangis saja.

Pria berbadan besar itu sedang menunggui Wanita menyebalkan itu di pintu ruang ganti. Aku kira Wanita itu anaknya ternyata oh ternyata, Wanita muda itu adalah kekasihnya. Kalau dilihat Pria itu seperti Om-Om hidung belang.

Aku duduk di sofa butik mengurus sendiri bibir malangku ini yang menjadi korban. Bagian dalam bibir ku robek jadilah berdarah cukup banyak.

Pria itu dari tadi menatapku terus. Mimpi apa aku semalam, bukannya dapat kerjaan malah dapat musibah. Padahal tadi aku pamit sama Mama cium tangan dan pipi. Apa karna aku tidak mencium tangan Bapak. Lha, si Bapak kan tidak ada, subuh tadi sudah berangkat ke pasar. Bapak aku itu kepala kuli dipasar.

Lirikan mata Pria itu sesekali menyeringai, jijik aku melihatnya. Ku alihkan pandanganku ke segala arah.

Setelah keluar dari ruang ganti, Wanita muda itu menggandeng lengannya dengan mesra. Zaman sekarang dunia sudah edan, Gadis seperti dia mau dengan om-om. Memang sih om-om itu tampan, tajir, dari pakaiannya dan juga perawakan yang high class. Gadis?? Tunggu dulu apa dia masing perawan? Huh, belum tentu. Aku sedikit tidak percaya.

"Hey! Kamu" panggilnya Wanita itu. Bolehkah aku menjambak bibirnya, seenaknya saja dia memanggilku dengan kata 'Hey!' Usiaku lebih tua darinya!. "Berterimakasihlah pada pacarku ini. Dia yang mengganti dressnya"

"Ya, dan bibirku jadi korbannya" dengusku. Pria itu itu tertawa, aku beri lirikan sinisku.

"Bibir mu sudah baikkan?" Pria matang itu sok perhatian.

"Sudah" Aku beranjak dari sofa ngeloyor pergi begitu saja.

"Hey!!" Aku berhenti ketika akan sampai pintu Toko.

Aku berbalik, "Ada apa lagi?" Tanyaku kesal, Mereka mendekatiku.

"Mana KTP mu?" Tanyanya.

Aku mengerutkan keningku, "Untuk apa?"

"Serahkan saja KTP mu, jangan berpikir aku menggantikan dress itu dengan cuma-cuma. Aku ingin KTP mu itu sebagai jaminannya."

"Jadi aku harus membayarnya juga??" Untung saja aku belum berterimakasih padanya.

"Tentu" jawabnya santai.

"Maaf ya om, om juga udah ngebuat bibir aku berdarah kalau gitu aku juga mau ganti rugi" ucapku tak mau kalah, enak saja bibirku jadi tebal begini. Aku memanggilnya om tentu saja Pria itu lebih tua dariku sangat tua perkiraanku.

"Baiklah, apa mau mu? Kita ke rumah sakit atau menggantinya dengan uang?" Wanita muda itu menatapku meremehkan.

Aku murka, "Simpan saja uang mu! Aku nggak mau atau om berikan saja pada pacar om sepertinya dia masih kekurangan uang." Aku tantang Wanita itu memangnya aku takut. "Anggap saja kita impas karna om juga membuat bibirku terluka. Jadi nggak perlu saling ganti rugi kan?.

"Aku tidak mau" sahutnya. Mau apa sih Pria ini!, kesal!! Kesal!!. "Aku tetap mau KTP mu sebagai jaminannya. Apa kamu tau harga dress itu?" Dia melihatku dari bawah sampai atas. Ada apa dengan tampangku, apa terlihat menyedihkan.. miskin?.

"Dan apa om tau harga bibirku? Itu tidak bisa dihargai dengan uang!!" Ucapku marah.

"Hey! Bibir mu itu nggak berharga sama sekali. Walaupun kamu ingin menghargainya, pacarku ini akan membelinya berapa pun harganya!" Sela Wanita muda nan menor. Wanita itu ingin ku jambak rambutnya lalu ku seret ke jalanan, hoh?.

Aku dilecehkan, dasar orang kaya tidak punya hati. Tanganku sudah mengepal menahan amarah. Aku harus mengakhiri omong kosong ini. Aku membalikkan tubuhku melangkahkan kakiku keluar namun tanganku dicekalnya, aku menatapnya tajam. Harga diriku seperti di injak-injak.

"Mana KTP mu?" Ternyata Pria itu tidak pantang menyerah. Dia tetap memaksaku memberikan KTP ku. Dengan kesal aku membuka tas mengambil KTP dari dompet. Aku memegang tangannya menaruhnya di telapak tangannya dengan kesal.

Dia membaca KTP ku, senyumnya mengembang. Dasar om gila!!.

"Itu jaminannya, tapi aku nggak mau mengasihkan begitu aja. Aku juga minta jaminan untuk KTP ku itu. Lagi pula jika aku udah punya uang, gimana aku akan ngasih uangnya?" Dia itu membuka dompetnya memberikan kartu namanya.

Aku tidak melirik sama sekali kartu itu. Aku langsung menaruhnya di saku celana. Tidak berbasi-basi lagi aku meninggalkan 2 mahluk menyebalkan itu.

Sial aku bertemu dengan mereka!! Mimpi buruk!!!.

***
Aku meringis kesakitan, saat mengunyah makanan. Bibirku perih terkena sambal, makanan favoritku. Ini gara-gara om tua itu!, kesal dalam hati.

"Kenapa Nin? Makan kok sampe ngeringis begitu terus itu bibir kenapa?" Tanya Mamaku yang super duper cerewet.

"Ke gigit, Ma" jawabku sekenanya.

Mana mengelengkan kepalanya, "Mangkanya hati-hati, kalau makan baca do'a nggak tu" Aku mengembungkan pipiku tentu saja aku sudah baca do'a sebelum makan tadi.

"Udah-udah lagi makan juga malah ngobrol. Entar itu nasi pada lari karna di cuekin" Aih.. Si Bapak bisa melucu juga. Bapak aku mah selalu saja menjadi penengah kalau aku dan Mama beradu mulut (bukan kisseu ya reader tapi adu omongan). Bibirku ini masih perawan. Bangganya diriku, aku hanya ingin disentuh suamiku kelak. Tidak apa-apa dibilang kuno juga.

"Tadi kemana aja Nin, kata Mama kamu pulang sore?" Bapak sudah selesai makan sedangkan aku baru menaruh gelas.

"Nyari kerja, Pak. Tapi nggak ada lowongan sama sekali" Aku menangis dalam hati.

"Udah kerja di tempat bapak aja dipasar. Kamu pegang pembukuan para Kuli pasar."

Kepalaku menggeleng, "Nindya nggak mau, Pak" Bukannya aku tidak mau bekerja dengan Bapak tapi aku malu jika ada yang bertemu dengan orang yang mengenalku. Mau ditaruh dimana muka ku ini, teman-temanku sudah sukses sedangkan aku masih meratapi hidupku yang menyedihkan ini.

"Ya sudah, kamu nggak kerja pun bapak masih bisa memberi mu makan. Toh selama ini alhamdulillah keluarga kita nggak kekurangan. Kamu fokus aja nyari jodoh"

JLEBB

Kena di hati, pak!! Aduh si bapak bikin anakmu ini merana lagi.

Jodoh.. Oh.. Jodoh kapan kau datang menghampiri diriku yang kesepian ini..

Aku mati kutu, "Iya, pak do'ain aja biar Nindya cepet-cepet ketemu jodoh. Biar cepat ngasih cucu buat mama sama bapak"

"Amiiin" ucap Bapak sama Mama bersamaan. Aku melanjutkan makan malam dengan tidak nafsu.

Aku berbaring di ranjang single bed milikku sembari menatap langit-langit atap kebiasaanku sebelum pindah alam ke dunia mimpi. Aku kepikiran bagaimana mengganti uang si om itu. Punya darimana juga uang sebanyak itu, Apa aku harus meminjamnya tapi kepada siapa?.

"Arghhh!! DASAR OM GILA!!!" teriakku di dalam kamar.

Oh.. KTP ku..

"NINDYA!! TIDUR!!" suara Bapak.

Huft.. cerita balu ini.. lom ada yg ngelirik kyknya ya..
Tapi semangat kok buat ngelanjutinnya kok
#kisseu :* :* :*

Touch Of Love (In Dreame/Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang