Tokk.. Tokkk..
"Nindya.. bangun!!"
Tokk... Tokk.. Tokk
"NINDYA!!"
Suara ketukan pintu kamar mengganggu tidurku. Dengan kesal aku bangun, duduk terlebih dahulu mengumpulkan nyawa sambil menggaruk kepalaku yang gatal. Aku berjalan untuk membuka pintu.
"Ada apa, ma?" Tanyaku sambil menguap.
Mama ku menggeleng, "Anak perawan bukannya pagi-pagi udah rapih. Gimana mau dapet jodoh kalau begini" Mulai lagi deh jodoh dan jodoh. Aku memutar bola mataku. "Itu anak buah kamu udah pada dateng bawa pasukan. Mama nggak ngerti sama jalan pikiran kamu. Mau sampai kapan kelakuan kamu ini, ckckck" Mama berdecak seraya meninggalkanku.
Huft.. Omelannya pagi ini sudah ku anggap angin lalu. Aku tau siapa yang datang, buru-buru aku menuruni tangga. Benar saja pasukanku sudah datang. Mereka berbaris rapih di teras rumah. Aku tertawa senang melihat mereka.
"Pagi Kak Nin" sapanya serempak.
"Pagi juga, bocah-bocah. Ada apa?" Aku duduk di bale bambu.
"Kita mau main ke komplek sebelah naik sepeda mau ikut nggak, kak?" Tanya salah satu bocah yang paling besar usianya sekitar 13 tahun, namanya Arif.
Aku memandangi bocah-bocah itu satu persatu berjumlah 5 ekor, eh maksudku 5 orang. Hey! Ada yang paling imut disini, dia adalah Aira. Gadis mungil yang cantik plus lucu. Pipinya yang mengembang chubbi, kulit putih bersih dan bibirnya kecil. Dia yang paling kecil di antara mereka.
Aira adalah anak tetanggaku. Pak Rizky, ayah Aira mengontrak di rumah kontrakan milik Bapakku. Dia seorang hot duda. Aih.. sempet aku terpesona akan ketampanannya tapi hati ini sudah menjadi milik Pria lain. Pak Rizky selalu menitipkannya pada Mamaku kalau sedang banyak kerjaannya dan tidak bisa ditinggal. Berhubung Mama suka anak kecil jadilah Mamaku yang menjaganya, walaupun di rumah aku yang mengajaknya bermain. Mama kebelet ingin punya cucu. Tapi belum kesampean sampai sekarang.
Dulu aku pernah bilang mau nikah duluan apa anak duluan?, Mama langsung menjewerku kalau Mama milih anak duluan ya nanti bisa DP dulu. Hihihi..
Aira mendekatiku ingin ku pangku, aku mengangkatnya mendudukan di atas pahaku. Mata ku berbinar, komplek sebelah adalah rumah si Pria yang aku tunggu setiap pagi. Biasanya dia memotong jalan lewat depan rumahku menuju jalan raya.
Berhubung hari ini, hari minggu jadi Pria itu tidak lewat rumahku.
"Ya udah, kak Nin ikut tapi mau cuci muka dulu ya." Aira ku angkat lalu mendudukannya di atas bale. Aku bergegas ke kamar mandi, kalau mandi membutuhkan waktu lama sedangkan sekarang aku sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan pangeran dihatiku. Cuci muka dan gosok gigi adalah solusi yang tepat.
Ku sisir rambut panjangku, ku kuncir kuda. Dikamar aku ambil celana training warna biru tua segera ku pakai. Sedikit berlari takut pasukanku mengeluh lama.
"Yuk, berangkat." Aku mengambil sepeda yang ada digudang tepat dipinggir rumah. Sepeda yang sudah direnovasi, di beri tempat duduk kecil di depan jok sepeda. Tempat itu untuk Aira, Bapak ku yang merenovasinya agar bisa mengajak Aira jalan-jalan. Keluarga ku sungguh menyayanginya seperti Cucunya sendiri.
Dibantu bocah-bocah aku mendudukkan Aira ke sepeda, baru aku naik. Aku memberitahu Aira agar tangannya memegang stang sepeda biar tidak jatuh. Gadis kecil itu menurut.
"Let's Go!!!" Teriakku, yang di sahuti pasukanku.
Kami mengelilingi komplek, menghirup segarnya udara pagi. Dikelilingi pepohonan yang hijau, menurut guru ku bagus untuk mata jika kita baru membuka mata melihat yang berwarna hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Of Love (In Dreame/Innovel)
RomanceNindya seorang gadis berusia 27 tahun. Ia meratapi nasibnya yang miris. Tidak punya pacar dan juga pekerjaan. Setiap hari rutinitasnya hanya duduk manis di depan rumah. Menunggu pria yang disukainya lewat. Tanpa tahu nama pria tersebut. Bisa dikatak...