Part 4 - Pengorbanan (Repost)

20.3K 1.1K 34
                                    

Tangan itu bergerak pelan, entahlah ini sengaja atau dia sedang menahan berat badanku. Tapi gerakan itu semakin menjadi-jadi. Ini tidak boleh!

Aku teriak sekencang-sekencangnya tidak memperdulikan rasa maluku. Ini sudah keterlaluan seenaknya saja dia menyentuhku!! Dia bukan suamiku!!. Aku berontak minta di lepaskan.

"Hey, apa yang kamu lakuin? Kamu bisa jatuh nanti!" Tegurnya.

Bodo amat

Tangan ini tak mau melepaskanku. Dengan kuat aku memyingkirnya tangannya dari bukit kembarku. Dan akhirnya berhasil.

Bugh...

Aku jatuh terduduk pantatku menyentuh tanah sakit, sakit. Ku tatap dia dengan amarah yang memuncak. Aku berdiri lalu memukulinya.

"Apa yang om lakuin?? Pegang-pegang aset berharga aku!! Om mesum!! Aku benci.. Aku benci, Om!! Dasar mesum!!!" Ku pukuli tubuhnya membabi buta sambil menangis. Sudah 2 kali aku dilecehkan olehnya, aku tidak terima. Dia menghalau setiap gerakanku dengan kualahan. Belum tau dia jika Wanita adalah ahli memukul dan mencakar.

Lengannya lecet aku cakar, ingin ku gapai wajahnya namun dia terlalu tinggi.

Ada apa dengan pasukanku kenapa Mereka tidak membantuku menghajar Pak Tua ini. Ku hentikan pukulan ku. Ternyata oh ternyata, aku menengok ke arah mereka yang sedang duduk sejajar dengan tangan menopang dagu mereka. Jadi mereka duduk manis seolah sedang menonton layar tancep. Begitu juga dengan Aira, si Gadis mungil yang dipangku Putri. Memandangiku dengan wajah polosnya. Mengesalkan!.

***
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku dituntun olehnya seperti bapak dan anak sambil menangis. Entah, bagaimana aku mau diperlakukan seperti ini. Ditangan kirinya menggendong Aira. Aku menangis sampai sesegukan. Seumur hidupku aku belum pernah aset berhargaku disentuh Pria mana pun. Ku usap air mataku yang mengalir deras seperti sungai di musim hujan.

Sepedaku dan si Doggy Pria itu di bawa oleh Arif. Mereka berjalan didepanku, kalau dibelakangku bisa lari tunggang langgang aku takut dikejar. Walaupun Pria itu menjelaskan bahwa Bull, Doggy yang baik tetap saja aku takut.

Genggaman Pria itu erat tapi tidak menyakitiku. Lengannya sungguh berotot aku melihatnya dari sudut mataku. Dia memakai kaos oblong abu-abu dan celana pendek warna hitam. Ada keringat yang mengalir di lehernya, ada bekas cakaranku juga. Dia sempat meringis, mungkin luka itu perih karna terkena keringat.

Apa peduliku, aku adalah pihak yang paling rugi disini. Aku menekan rasa iba ku. Aku lanjutkan acara menangisku.

Sampai didepan rumah pasukanku berpamitan. Aku tau mereka takut disalahkan oleh Mamaku karna membuat anak semata wayangnya menangis. Kondisiku mirip orang gila yang didepan gang. Rambut aut-autan, hidung meler dan mata memerah yang dipenuhi air mata.

Si Doggy di ikat dekat pagar besi rumahku. Kami, aku, Pria itu dan Aira berdiri didepan pintu. Mamaku yang akan ke dapur melihatku histeris sendiri memandangi keadaan ku yang menyedihkan ini.

"MAMA!" Tangisku pecah juga, aku menangis meraung-raung. Melepaskan genggaman Pria itu dengan kasar. "Huaaaaa,,, Mama!!"

Mamaku terbengong-bengong, "Kamu kenapa, Nin?" Menarikku ke dalam rumah yang diikuti Pria itu. "Kamu berantakan kayak gini, kenapa?" Tanyanya Panik.

"Om itu menyentuhku, ma!" Aku menunjuk ke arahnya.

"APA???!!" Mamaku teriak histeris kembali. "Pria ini menyentuhmu??" Mama juga menunjuk-nunjuk Pria itu. Mama langsung mengambil Aira dari gendongan Pria itu lalu membawanya ke dalam. Cemilan di kulkas di bawanya semua untuk Aira. Itu cemilan aku!!.

Mama tergopoh-gopoh, "Aira tidak boleh mendengar masalah ini, dia masih suci." Aku dan Pria itu mengangguk mengerti. "Apa anda menyentuh anak saya?"

Touch Of Love (In Dreame/Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang