Aku mondar mandir di dalam kamar seperti setrikaan. Kugigiti kuku jari kebiasaan jika sedang gugup. Pukul 09.00 Andri, nama Pria itu akan datang melamar ku hari ini.
Pria tua yang aku panggil Om, itu akan menjadi suamiku. Oh.. My Ghost!! Aku mendesah, apa iya aku harus menikah dengan Pria yang baru dikenal terlebih lagi dia Pria Mesum.
"Nindya, cepet keluar! Kamu mau di dandanin dulu. Ngapain aja sih di dalem kamar bentar lagi Andri dateng!" Suara Mama ku lantang membahana ke seluruh rumah seperti pakai toak Mesjid. Tidak tau apa aku lagi gugup setengah hidup.
Semalam aku mengiyakan untuk menikah, namun pagi ini aku mulai merubah pilihanku itu. Memang aku orangnya plin-plan. Disatu sisi aku ingin membahagiakan orangtuaku, disatu sisi lagi aku tidak mau menikah dengan Pria itu. Aku tidak menyukainya. Bagaimana dengan Pria yang ada dihatiku ini. Aku ingin kabur saja.
"Neng, jangan cemberut aja atuh. Ini entar make up nya jadi jelek. Lagian mau dilamar kok malah cemberut begini." Tutur Bibi itu sambil menyapukan blush on di pipiku yang chubbi.
"Nin, seneng bi. Akhirnya nikah juga kasian mama sama bapak jadi omongan orang kampung mulu gara-gara aku belum nikah" Sindirku.
"Memang orang kampung sini mah mulutnya pada ember ya, neng"
"Lha, emang bibi orang mana?"
"Orang sini juga" Si Bibi nyengir, aku mendelik sebal.
"Udah selesai neng, sekarang tinggal pakai kebayanya"
Yang di cermin itu aku kan, kenapa aku bisa cantik begini. Narsis dikit bolehkan. Aku tersenyum puas dengan hasilnya tidak sia-sia menunggu 2 jam. Tambutku digelung dengan sangat indah.
Bibi itu menyerahkan kebaya baby blue dengan kainnya yang senada. Tanpa membuang waktu aku memakainya. Aku membolak-balikan tubuhku menghadap cermin. Aku tertawa senang, lebih baik aku Foto. Lalu aku post di sosmed dengan hastag #Dilamar. Pasti jomblo diluaran sana envy. Aku tau rasanya pengalaman pribadi.
"Nindya, ayo keluar! Keluarga Andri udah datang" Aku keluar dengan tampang tegang. Mama menggandengku, kami berjalan dengan pelan karna memakai kain. Menuruni tangga dengab kaki berat sekali melangkah di anak tangga terakhir. Ku tundukan kepalaku.
"Nah, calonnya udah datang. Kita mulai saja acara lamarannya" Aku duduk diapit Mama dan Bapak ku menghadap Pria itu. Ruang tamuku di ubah untuk acara lamaran ini.
Selama acara lamaran ini aku menunduk sambil menguap beberapa kali. Aku tidak tau bagaimana tampangnya calon suamiku. Ku dengar tetanggaku berbisik memuji ketampanannya, sayang aku tidak minat.
Bapak yang menjadi juru bicara keluarga Andri meminta jawabanku atas lamaran ini. Tubuhku kaku, tanganku di genggam lembut Mama. Dia mengangguk penuh harap aku menjawab 'Iya'. Aku tidak mau menghancurkan impian orangtuaku mendapatkan Mantu.
Bismillah.. Aku menarik nafas panjang dan tidak lupa untuk memghembuskannya kalau tidak bisa lewat aku yang ada pindah alam.
"Saya terima, pak" ucapku pasti dan lantang.
"Alhamdulillah.." ucap syukur mereka memggema di ruang tamuku. Aku baru bisa tersenyum, Mamaku meneteskan sir mata bahagia. Aku jadi terharu dipeluknya diriku erat.
"Ya, Allah jika ini yang terbaik. Aku mohon lancarkanlah segalanya" batinku.
Di depan pintu itu pasukan yang aku cintai segenap hatiku, memandangi sambil tersenyum. Setelah menikah apa aku masih bisa bermain dengan mereka.
Andri sedang menyalami satu persatu kerabatnya yang pamitan pulang. Dia memang gagah diusianya yang 38 tahun karna gym mungkin. Hampir saja aku terlena dengannya. Mama menepuk bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Of Love (In Dreame/Innovel)
RomanceNindya seorang gadis berusia 27 tahun. Ia meratapi nasibnya yang miris. Tidak punya pacar dan juga pekerjaan. Setiap hari rutinitasnya hanya duduk manis di depan rumah. Menunggu pria yang disukainya lewat. Tanpa tahu nama pria tersebut. Bisa dikatak...