"Selamat ulang tahun tuan muda Rui!" Kelima belas pelayan keluarga Sakata sudah berdiri berjejer di sekeliling meja makan. Sesuai dengan artikel kontrak kerja nomor lima, para pengabdi di rumah ini diminta terus memberikan senyum terbaik mereka dalam keadaan suka mau pun duka. Kue vanilla setinggi satu setengah meter yang dibuat khusus di toko kue terkemuka menjulang tinggi di hadapan sang tamu utama hari ini. Sakata Rui, masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar, duduk di kursi merahnya dengan pandangan tegang. Ia belum pernah mengundang teman-teman sekolahnya ke pesta ulang tahun sebelumnya, jadi ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Apalagi ketika tak satu pun dari mereka menepati janjinya hari itu.
Sakata Rui, 15 tahun, terbangun dari mimpi buruk masa lalunya yang masih kadang mendatanginya. Keringat sebesar biji jagung yang ada di dahinya pun satu persatu menetes ke pipi. Sambil mengatur napasnya, Rui menyisir pemandangan di sekeliling tempat tidur king size-nya itu. "Kariya.." gumamnya dengan nada lega melihat sang kepala pelayan berusia 60 tahunan itu sudah siaga di dekat pintu kamar dengan nampan berisi sarapan mewah pagi itu.
"Apa anda mimpi buruk lagi, tuan muda?" Kariya pun menyiapkan meja sarapan khusus tempat tidur dan menaruh nampan perak itu di atasnya. Kemudian ia mengambil handuk putih bersih dari lemari untuk mengelap keringat tuannya.
"Lagi-lagi aku mimpi soal ulang tahunku yang ke-10.." Pemuda berambut kuning keemasan itu pun mulai melahap omelet kesukaannya. "Mungkin gara-gara aku sedang khawatir dengan hubunganku dengan Kataoka-kun."
"Apa ada masalah dengannya? Setahuku ia sangat ramah kepada anda."
"Uhm ya.." Rui mengentikkan makannya sesaat. "Tapi aku ingin jadi temannya. Bukan hanya sekedar teman sekelas."
Rui adalah pewaris utama keluarga Sakata. Tentu saja sama seperti keluarga kaya dan bermartabat tinggi lain, Rui dikaruniai wajah yang tampan, kekayaan yang berlimpah dan juga intelejensi luar biasa. Dan selaras dengan klise picisan umum, ia harus membayar semuanya dengan sebuah kelemahan bernama 'komunikasi'. Rui bukan pemalu yang sulit mengutarakan perasaannya, justru ia cenderung gamblang dan langsung ke pokok masalah, cukup ekstrim hingga membuat banyak orang merasa tertekan ketika berbicara dengannya. Apalagi ketika kecil, suara yang ia keluarkan lebih lantang daripada orang-orang di sekelilingnya, sehingga ia tak dapat mendengar apa yang orang lain katakan. Hal itu membuatnya berkali-kali kehilangan teman, dan sampai saat ini.. tak ada yang pernah tinggal untuk bertahan bersamanya.
Rui memang berani dalam berbicara, tapi bukan berarti ia adalah seorang yang bodoh. Dengan bantuan Kariya dan pelayannya yang lain, ia pun menjalani banyak latihan khusus untuk dapat mendapatkan teman dengan cara yang tepat. Ia mempelajari kiat-kiat mencari seorang teman dan 1000 ciri-ciri teman ala Kariya yang dihapalnya mati. Tapi teori selalu tak semudah prakteknya, untuk seseorang yang nihil teman hingga usianya yang sekarang, mencari teman artinya harus menjadi posisi kesekian dalam hidup seseorang. Dengan kata lain, di saat teman-teman seusianya sudah menetapkan teman terbaik mereka dalam hidup, Rui baru mulai mencarinya. Apa pun yang ia lakukan, ia tak akan pernah bisa menjadi 'yang terbaik' dari orang-orang tersebut karena selalu akan ada orang lain yang lebih dulu masuk dalam kehidupan mereka. Sakata Rui begitu khawatir bahwa selamanya ia akan hanya selalu menjadi yang kesekian, sementara ia selalu menjadikan orang tersebut sebagai yang pertama. Sebuah perasaan bertepuk sebelah tangan itu semakin ia rasakan sejak ia berkenalan dengan Kataoka di upacara penerimaan murid SMA. Ia ingin menjadi sahabat terbaiknya, tapi ia tahu bahwa pria muda tersebut sudah memiliki orang lain yang ditetapkannya sebagai 'nomor satu'.
"Kataoka-kun!" Rui berlari merangkul sang lelaki seketika setelah matanya menangkap sosok setinggi 185 cm itu di depan gerbang sekolah. "Pagi!"
"Ah, Pagi Sakata.." Pria berambut hitam cepak rapi itu pun memberikan senyum lembut kepada teman sekelasnya yang berada 20 cm di bawahnya itu. "Kau terlihat sangat bersemangat hari ini? Apa ada sesuatu yang baik?"
Rui terdiam sebentar. Sesuatu yang baik? Tentu saja ia tidak sadar, kalau aku sebenarnya khawatir soalnya. Tapi aku tak boleh mengeluh kepadanya soal itu. Hal itu bisa membuatnya merasa tertekan dan tidak nyaman berteman denganku. Benar! Kariya sudah mengajarkanku hal itu berkali-kali. Kalau ada masalah bukan berarti aku harus mengangkatnya setiap saat. "Ya, begitulah. Bonsai yang kupesan sejak 11 bulan lalu akhirnya tiba juga hari ini! Sekarang kebun rumahku jadi semakin ramai."
"Lagi-lagi bonsai.. kau tahu tidak sih kalau hobimu itu seperti kakek-kakek pensiunan?" Kataoka pun mengacak rambut Rui yang lembut itu pelan. Dari luar mereka tampak seperti teman yang sangat dekat. Dan memang ya, keduanya duduk bersebelahan di kelas, sering terlihat bersama. Tapi berdua saja? Bisa dihitung dengan jari. Hampir selalu ada orang lain ikut bersama mereka. Entah itu teman sekelas, teman dari kelas lain atau guru. Dengan kata lain, mereka hanyalah teman di sekolah, tidak pernah pergi ke tempat hang out atau ke rumah masing-masing. Topik pembicaraan juga sangat dangkal, seputar hal yang terjadi sekolah atau hal-hal menarik yang ada di Internet atau televisi. Untuk hal lebih dari itu, Kataoka sudah memiliki seseorang yang sudah dipercayanya sejak masih SMP. Kawaguchi Masahiro, memiliki postur tubuh mirip dengan Rui hanya saja ia berambut hitam dan berasal dari keluarga sederhana. Ia duduk di kelas sebelah Rui dan setiap istirahat atau pulang sekolah keduanya selalu menghabiskan waktu bersama.
Dan hal itulah yang membuat Rui benar-benar gundah belakangan ini. Pertemuan pertamanya dengan lelaki bongsor namun berhati lembut itu terjadi begitu simpel. Di hari pertama masuk SMA, Rui yang gugup meninggalkan kamar mandi sekolah dengan blazernya yang masuk ke dalam celana panjang bagian belakang. Kataoka memberitahunya soal itu dan hal tersebut membuat Rui malu luar biasa sekaligus merasa tertarik dengan pria baik hati tersebut. Sama seperti masa SD-nya, kisah persahabatannya di SMP juga sama buruknya. Hal-hal menyedihkan itu tentu meninggalkan sejejak trauma di lubuk hatinya, tapi tak cukup kuat untuk menghentikkan semangatnya untuk mencari teman. Kataoka tak pernah menolak Rui dan ia selalu memperlakukannya dengan sangat baik, tapi Rui bukanlah seseorang yang naif, ia tahu bahwa Kataoka tak memiliki niat untuk membagi tempat yang sudah diisi oleh Kawaguchi dengannya.
Tapi, sebentar lagi 9 Juni akan tiba. Dan Rui ingin merayakan ulang tahunnya kali ini bersama Kataoka. Apa pun yang terjadi ia harus bisa mengajak laki-laki tersebut menyisihkan waktu untuknya!
"Kataoka-kun." Rui pun memanggil Kataoka yang sudah duduk di kursinya. "Minggu ini kau ada latihan klub?"
"Minggu ini? Tidak. Ada apa memangnya?"
"Ng- Kau- Kau mau pergi ke rumahku, tidak?!" Bodohnya! Seharusnya aku mengajaknya jalan-jalan saja.. Kalau tiba-tiba mengajak ke rumah kan kedengarannya aneh..
Lawan bicaranya yang bermata sipit itu pun berpikir dengan serius, ia tak mengeluarkan suara selama beberapa menit. "Bukannya aku tak ingin, tapi maaf Sakata, aku sudah ada janji dengan Masahiro."
Meskipun sudah terbiasa, tapi mendengar nama Kawaguchi dari bibir Kataoka sekarang rasanya seperti oksigen di seluruh tubuh Rui disedot paksa. Kataoka bukanlah tipe murid yang malas-malasan dengan hidupnya, ia punya banyak teman, banyak kegiatan dan banyak impian. Hal itu salah satu kelebihan Katoka yang sangat disukai Rui. Tapi pemuda bertubuh kurus itu juga paham betul bahwa ia hanyalah satu dari sekian banyak hal yang disukai oleh Kataoka, dan sayang sekali bukanlah yang nomor satu.
Melihat teman sekelasnya seketika berwajah pucat, Kataoka pun menggenggam tangan Rui pelan. "Bagaimana kalau hari sabtu sore? Aku dan Ogawa dkk mau pergi karaoke, kau mau ikut?"
Kalau hanya pergi bersama yang lain, aku sudah belasan kali melakukannya. Rui pun menarik tangannya pelan. "Tidak apa-apa kok, hari itu kedua orang tuaku pulang, jadi aku tak bisa pergi kemana-mana."
"Begitu? Maaf ya Sakata, lain kali aku akan datang."
"Um.. Daijoubu!" Rui tersenyum lebar. Kau tidak akan pernah datang, sama seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ichiban ni Naritai! [BL]
Teen Fiction[COMPLETED/PG13] Sakata Rui menghabiskan setengah hidupnya dengan kegagalan mendapatkan teman. Meskipun ia mudah dekat dengan orang lain, tapi ia merasa tidak pernah menjadi yang nomor satu di hati mereka. Sampai suatu saat Kotobuki Iriya, ketua kel...