Bab 1

8.6K 669 30
                                    

Lagi-lagi anak itu menunjukkan ekspresi seperti itu. Matanya jelas dipenuhi oleh kekecewaan yang luar biasa, tapi senyumnya mengelabui siapa pun yang melihatnya. Termasuk aku. Kotobuki Iriya menyedot habis jus stroberi kotaknya sambil terus menatap ke arah Sakata Rui. Sejak dulu hobi pria setinggi 173 cm ini adalah memperhatikkan sekeliling; alam, hewan, mesin atau apa pun. Tapi manusia adalah objek terfavoritnya karena mereka jelas adalah hal yang paling sulit untuk diprediksi. Kotobuki sudah menghabiskan tiga bulan pertamanya di SMA untuk memperhatikan Rui, tuan muda keluarga Sakata yang sepertinya kewalahan dalan mencari teman.

Ia dulu satu SD dengan Kataoka, jadi pria berkacamata hijau persegi panjang itu jelas tahu seperti apa Kataoka memperlakukan teman-temannya. Walau ia nihil informasi soal hubungannya dengan Kawaguchi, tetap saja baginya Kataoka adalah tipe manusia yang lebih mementingkan kepentingan khalayak ramai daripada satu orang tertentu. Kalaupun ia setia pada satu orang, ia tidak akan berhenti menjadi pribadi yang 'terlalu' ramah dan terus membuat orang-orang yang benar-benar menginginkannya sebagai 'sahabat' salah paham.

Tidak. Kotobuki tidak membenci Kataoka. Tapi ia juga tak mau menjadi temannya. Dan hampir setiap hari melihat Rui yang pantang menyerah diperlakukan seperti itu, mau tak mau pria tak banyak bicara itu pun juga bersimpati. Walau tentu saja itu bukanlah urusanku.

"Kotobuki, hari ini pulang sekolah kau antar catatan ini ke rumah Sakata, ya." Seminggu semenjak hari itu, Rui tidak masuk sekolah. Rumahnya mengatakan kalau ia demam, tapi bagi Kotobuki tampaknya pemuda itu sedang patah hati.

"Pak, kenapa aku yang harus melakukannya?" Dengan ogah-ogahan murid berseragam kemeja putih dan celana hijau kotak-kotak itu pun menerima setumpuk kisi-kisi ujian sebelum liburan musim panas.

"Kau kan ketua kelas." Pak Aoyama menjawab sembari mengipasi tubuhnya yang gendut dan tua itu. "Aku sudah minta tolong Kataoka, tapi ia sedang sibuk latihan untuk turnamen musim panas.. jadi cuma kau yang bisa."

Kotobuki pun melirik iseng ke arah luar jendela guru. Ia menangkap sosok Kataoka yang sedang mendalami posisinya sebagai catcher klub bisbol. Tidak ada catcher lain selain ia di sekolah ini, jadi tentu saja alasan sibuknya itu bukanlah hal yang dibuat-buat. Tapi tetap saja setidaknya kau harus lebih memerhatikan temanmu yang sedang sakit itu.

Dengan modal alamat dari Pak Aoyama, Kotobuki pun akhirnya sampai di depan mansion besar keluarga Sakata. Mansion bergaya campuran Andalusia dan Yunani itu benar-benar sangat mencolok di antara bangunan rumah-rumah biasa lainnya. Apa seharusnya sebelum ke sini aku ganti baju dulu ya?

"Kediaman keluarga Sakata. Ada keperluan apa ya?" Bahkan belum sempat Kotobuki menekan bel, suara dari dalam intercom sudah menanyakan identitasnya.

"Ah maaf, saya Kotobuki Iriya, teman sekolah Sakata-san. Hari ini saya bawa catatan pelajaran selama ia tidak masuk. Boleh bertemu dengan yang bersangkutan?" balas Iriya langsung lewat intercom.

"Baiklah, tunggu sebentar." Seketika secara otomatis gerbang setinggi tiga meter berwarna hitam itu pun terbuka dan Kotobuki pun melangkahkan kakinya masuk tanpa segan. Meskipun awalnya merasa sedikit terintimidasi dengan ukuran rumah ini, tapi Kotobuki bukanlah tipe yang terlalu mementingkan tata krama tidak relevan. Jika sudah dibukakan pintu, ia akan masuk saja sampai seseorang menghentikkannya. "Kotobuki-sama."

"Ya?" Kotobuki pun menoleh ke arah Kariya yang tiba-tiba sudah berdiri beberapa meter di sebelah kirinya.

"Anda tidak perlu masuk ke dalam, biar saya saja yang terima catatannya," ujar kepala pelayan jangkung berusia lanjut itu. Sekilas Kariya tampak seperti kakek-kakek yang sudah tidak fit, tapi sebenarnya jika dilihat secara seksama postur tubuhnya masih tegap dan tatapan matanya saat bertemu dengan Kotobuki menunjukkan kalau ia bukan sekedar orang tua dengan pengalaman menjadi pelayan saja.

Ichiban ni Naritai! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang