"Oi Iriya!" Setelah beberapa lama pandangannya diliputi oleh warna hitam, Kotobuki mendadak terbangun dari tidur sementaranya. Ia menyadari kini ia sudah berpindah tempat ke ruang UKS dan keningnya sudah diberi perban. "Iriya.. Aku di sini." Mendengar suara familiar itu, Kotobuki langsung menoleh ke kiri dengan tegas. Ia tak tahu harus berekspresi apa ketika melihat Hiroto Kenichi, teman sejak kecil sekaligus tetangga rumahnya yang lebih tua setahun darinya itu duduk di sebelahnya dengan wajah menggoda.
"Ngapain kau di sini?" Iriya pun melirik ke arah jam dinding. "Kau bolos pelajaran, ya?" Jika Kotobuki memiliki imej anak teladan, Hiroto adalah pentolan anak nakal SMA ini. Rambut seleher yang disisir ke belakangnya itu dicat merah, bajunya tak pernah dikancing, merokok atau nongkrong adalah aktivitas rutinnya dan tentu saja terlibat tawuran antar sekolah adalah hal yang biasa untuknya. Guru-guru sudah kewalahan dengan perbuatannya tapi untung ia hanya tinggal kelas satu tahun, bukan dikeluarkan dari sekolah.
"Hahah, harusnya kau baru tanya kalau aku rajin masuk kelas. Tadi aku sedang dikejar oleh Pak Aoyama dan tak sengaja melihatmu ada di sini dari jendela. Setelah temanmu yang cantik itu keluar, aku pun menyusup masuk sekalian bersembunyi. Tak biasanya kulihat kau lepas kontrol seperti ini. Biasanya kau begini kalau ada sesuatu yang lucu dan manis seperti maskot-maskot karaktermu itu hahah! Oh! Jangan-jangan anak tadi yang menemanimu itu- Memang dia posturnya kecil dan terlihat rentan. Wajahnya juga manis. Haha! Tak kusangka kau sekarang juga penyuka sesama jenis!" Hiroto pun tertawa keras karena ucapannya sendiri.
"Kau sudah selesai?" tanya Kotobuki dengan nada datar.
"Tunggu. Aku tidak bicara benar, kan?" Teman kecil Hiroto yang tadinya kalem menanggapi provokasi asal darinya itu lama kelamaan tak dapat menahan warna merah yang menyebar ke seluruh penjuru wajahnya. "I-Iriya..?"
Mana aku tahu? Selama ini aku cuma iseng mengobservasinya! Aku tahu dia manis dan senyumnya sangat memikat. Tapi DEMI ALAM SEMESTA DAN ISINYA dia itu laki-laki! Aku tak akan pernah berpikir yang aneh-aneh soal laki-laki seberapa manis pun ia. Tapi lalu siapa yang mau menjelaskan apa yang terjadi tadi pagi? Aku sampai mencuci celanaku! Dan sekarang aku bahkan harus membentur pintu dan jatuh pingsan gara-gara senyumnya yang berkilauan itu. Ini tidak masuk akal!
"..Aku itu baru pertama kali mengobrol dengannya kemarin!!!" Kotobuki pun menjerit depresi. "Kau mengerti apa yang kubingungkan, kan?!"
"Uhm.. terus terang aku tidak mengerti. Tolong jangan melanjutkan sesuatu yang cuma ada di pikiranmu." Hiroto pun menepuk pundak teman kecilnya itu dengan wajah iba. "Jadi kau sudah yakin belum kalau kau suka padanya?"
"Huh? Aku tidak tahu. Kau sendiri tahu aku tak pernah jatuh cinta dan kalau pun pernah itu sudah lama sekali."
"Yah yang gampang saja. Ketika bersamanya apa kau merasa berdebar, wajahmu memerah atau kau tidak bisa mengendalikan dirimu baik secara fisik ataupun emosi. Kalau kau merasakannya, artinya kau memang jatuh cinta padanya."
"Ngg... Yah.. Bagaimana menurutmu?"
"Sebenarnya itu pertanyaan yang bodoh sih. Siapa pun yang melihatmu pasti 100 persen yakin kau jatuh cinta pada anak itu."
"...Kau jangan asal bicara ya, Kenichi."
"Ya.. Ya sudah kalau kau tak percaya! Coba saja lagi berdiri di sebelahnya dan buktikan sendiri!"
Menjawab tantangan Hiroto, akhirnya Kotobuki memutuskan untuk melakukannya sehabis ini. Lagipula setelah memberikan hadiahnya ia tidak sempat berkata apa-apa kecuali suara aduh karena terbentur. Sehabis menunggu guru UKS yang kembali dan mengecek keadaannya sekali lagi, Kotobuki yang bertampang cool tapi kini dengan bonus benjol di kening itu pun mengambil tasnya di kelas. Saking lamanya ia tertidur bahkan bel pulang sekolah sudah cukup lama telah berdentang. Syukurlah aku tidak harus bertemu dengannya hari ini. Bisa-bisa kepalaku benjol lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ichiban ni Naritai! [BL]
Novela Juvenil[COMPLETED/PG13] Sakata Rui menghabiskan setengah hidupnya dengan kegagalan mendapatkan teman. Meskipun ia mudah dekat dengan orang lain, tapi ia merasa tidak pernah menjadi yang nomor satu di hati mereka. Sampai suatu saat Kotobuki Iriya, ketua kel...