Beberapa jam setelah perpisahan dramatis itu memang benar Rui mengirim pesan kepada Kotobuki bahwa ia sudah sampai dengan selamat bertemu dengan kedua orang tuanya. Tentu saja pesan singkat dari seorang yang ceria seperti Rui dipenuhi dengan emoticon-emoticon kawaii yang disukai oleh pemuda yang dalam masa puber ini. Apalagi di situ ia memanggil dengan sebutan 'Iriya', tentu saja hatinya menjadi berbunga-bunga karena orang yang memanggilnya dengan nama kecil bisa dihitung dengan jari. "Iriya, kudengar kau hari ini cabut ya?" Hiroto, teman sejak kecil yang kamarnya juga berada di seberang kamar Kotobuki pun tiba-tiba memanggilnya dari luar jendela.
"Memangnya kenapa kalau aku cabut?"
"Hmm.. Tumben. Pasti gara-gara malaikat kecilmu."
"Berisik ah-" Tidak suka dikomentari, nada bicara Kotobuki pun naik. Tapi sebelum itu sebuah boneka empuk berbentuk kelinci pink mendarat dengan mulus di wajahnya. "Kenapa kau melempar benda ini kepadaku?" Yah tapi lucu juga sih.
"Tadinya aku sedikit khawatir karena ini adalah kisah cinta pertamamu setelah sekian lama. Selama ini kau cuma menganggap lucu benda-benda seperti itu, sesuatu yang tidak bisa bicara atau pun bergerak. Tapi kali ini hal yang kau suka adalah seorang manusia yang bisa merasa sakit hati jika kau salah memperlakukannya."
"..Aku tahu kok. Aku tidak berniat untuk melukainya.. makanya aku memutuskan untuk menjadi sahabatnya."
"..Meskipun hal itu melukai hatimu sendiri?"
Mata Kotobuki sedikit terbelakak mendengar pertanyaan yang tidak biasa itu. Tapi ia hanya memejamkan matanya sembari tersenyum seakan tidak ada yang perlu ia khawatirkan. "Tidak apa-apa, anak itu sudah sering terluka. Bagiku aku sakit sedikit tidak apa-apa, jika memang ada hal yang lebih penting."
Hiroto tampak tak senang dengan jawaban tetangga rumahnya itu. "Begitu.." Ia hanya tersenyum sebisanya sebelum mengakhiri pembicaraan mereka berdua malam itu. Dengan wajah sedikit kecewa ia menutup jendelanya sambil bergumam, Iriya.. Ia belum tahu bahwa mencintai seseorang itu tidak menimbulkan perasaan sakit yang hanya 'sedikit'
Dua hari kemudian Sakata Rui akhirnya kembali ke sekolah dengan wajah sangat bersemangat. Ia menyapa seluruh teman sekelasnya sekalian membagikan oleh-oleh cemilan dari Kansai. Tentu saja untuk teman baik dan sahabatnya ia memiliki hadiah yang berbeda. Kataoka mendapat kaos tim bisbol professional Tiger sedangkan Kotobuki kebagian gantungan kunci Osacchi, harimau imut bercelemek salah satu maskot kota di Osaka edisi khusus musim panas. "Bagaimana? Lucu kan, Iriya?"
Dengan wajah merah antusias Kotobuki membelai gantungan kunci manis yang diberikan oleh orang yang disukainya. "Iya, manis sekali kumisnya.. Terima kasih ya, Rui." Kotobuki sebenarnya belum merasa nyaman dengan budaya saling memanggil nama kecil tersebut, apalagi keluar dari bibir seorang Sakata kedengarannya ajaib sekali. Hanya Hiroto dan keluarganya yang memanggil nama itu selama ini.
"Um! Oh ya.. hari ini.. sepulang sekolah kau ada acara?" tanya Rui sedikit malu.
"Tidak ada. Memangnya ada apa?"
"Kau mau main ke rumahku tidak?"
Sebelum menjawab, Kotobuki mencoba memutar otaknya untuk memahami ajakan Rui. Baru beberapa hari setelah kami berjanji menjadi sahabat, ia langsung mengajakku ke rumahnya? Bukannya aku tak pernah ke sana, tapi itu kan beda. Padahal tadinya kukira ia mau yang santai-santai dulu seperti makan siang bareng, pergi makan di luar dan sebagainya. Lagipula kalau di rumahnya apa yang akan kita berdua lakukan? Dia itu maniak kebun dan aku seorang kolektor boneka lucu, di tempat seperti itu berdua saja mau ngapain?!
"Iriya.. Kenapa? Kau tidak mau?"
Kontan Kotobuki langsung menyangkalnya dengan gelengan kepala yang tegas. "Tentu saja aku mau!" jawabnya sembari menggenggam kedua tangan Rui dengan erat. Rui yang ajakan main rumahnya untuk pertama kali mendapat sambutan baik pun tersenyum lebar, mengakibatkan hati sang lawan bicara berdegup kencang sekali lagi. "Aku tidak sabar pergi ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ichiban ni Naritai! [BL]
Teen Fiction[COMPLETED/PG13] Sakata Rui menghabiskan setengah hidupnya dengan kegagalan mendapatkan teman. Meskipun ia mudah dekat dengan orang lain, tapi ia merasa tidak pernah menjadi yang nomor satu di hati mereka. Sampai suatu saat Kotobuki Iriya, ketua kel...