Bab 4

5.5K 556 10
                                    

                  

Dan hari ini Kotobuki terlambat ke sekolah. Akibat tadi malam ia berusaha untuk menghindari memimpikan Rui terlebih dahulu sebelum ia meluruskan masalahnya, ia tidak tidur semalaman. Kantung mata hitam melingkar di sekeliling matanya dan ia pun tambah uring-uringan lagi menghadapi bentakan guru ketika ia baru datang saat bel istirahat berbunyi. Belum ditambah lagi dengan bangku Rui yang ternyata kosong. "Mana Sakata..?"

"Sepertinya dia nggak masuk lagi.." jawab Kataoka yang sedang duduk dan berbicara dengan Kawaguchi. Merasa kesal melihat Kataoka yang sepertinya santai-santai saja, Kotobuki pun mendatanginya.

"Kau apakan lagi dia?!" Walau aku tahu sih sebenarnya bukan salahnya, tapi aku. Tetap saja aku sebal melihat wajahnya!

"Haah! Apa maksudmu?!"

"Kau pasti melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya lagi, kan?" Kotobuki menunjuk ke arah Kataoka yang super kebingungan dengan sikapnya yang seperti orang mabuk. Setelah akal sehatnya kembali terhubung, Kotobuki pun menarik lengannya. "Ah tidak.. lupakan saja."

"Oi Kotobuki! Jangan seenaknya begitu. Apa yang kau maksud dengan menyakiti hati lagi? Apa ia-" Kataoka yang tidak terima pun berusaha menarik Kotobuki yang sudah membalikkan tubuhnya. Sementara Kawaguchi yang niatnya hanya berkunjung sebentar hanya duduk termenung melihat kedua pemuda yang masih segar bugar itu berseteru.

Dengan marah  Kotobuki menepis telapak tangan pria paling ramah di kelas tersebut. "Kau pikir kenapa dia tidak masuk selama seminggu kemarin? Tentu saja apa yang kau lakukan padanya itu sangat bermasalah sangat menyakitkan!" Begitu juga yang kulakukan.. "Tapi baginya.. Baginya ulang tahun itu adalah momen penting yang ingin ia habiskan bersama dengan orang terpenting!" Terbawa emosi, pemuda berkacamata itu menggoyang tubuh Kataoka tanpa ampun.

"Aku.. tidak.. tahu.." Dengan penuh kejutan di matanya, rasa bersalah kembali menghantui wajah Kataoka.

Seraya menghela napas memerhatikkan kedua orang 'tak berguna' di depannya itu, Kawaguchi yang sebenarnya tak ingin ikut campur pun tiba-tiba angkat bicara. "Teman bimbelku dulu pernah satu SD dengan Sakata." Serentak kedua orang yang paling dekat dengan Rui pun menengok ke arahnya. "Ia pernah bilang padaku.. Walau ia tak sekelas dengannya, tapi satu angkatan tahu apa yang terjadi dengannya. Waktu kelas 3 SD, Sakata mengundang seluruh teman sekelasnya ke mansion besarnya untuk merayakan pesta ulang tahun. Sayang sekali saat itu semuanya tidak menyukai Sakata karena sikapnya yang agresif dan mereka semua sepakat untuk tidak datang ke acara tersebut. Lalu salah seorang anak pun berkata, bagaimana kalau kita tidak usah bilang kita tidak bisa datang? Biarkan saja kita bersikap biasa dan ramah kepadaya lalu pada hari ulang tahunnya kita tiba-tiba saja tidak muncul. Pasti menarik sekali. Dan mereka semua setuju untuk melakukannya. Tentu saja itu adalah sebuah pengalaman traumatis bagi anak umur segitu, tapi kudengar.. meski absen beberapa hari, Sakata kembali datang ke sekolah dengan berani. Ia tidak menangis di hadapan orang-orang yang jahat kepadanya. Ia adalah seseorang yang kuat. Begitu kata temanku." Melihat air wajah Kataoka dan Kotobuki yang semakin dipenuhi dengan rasa bersalah yang rumit, Kawaguchi pun tersenyum. "Jadi daripada kalian bertengkar di sini, bagaimana kalau kalian datangi saja langsung orangnya?"

Dalam saat yang bersamaan, Kotobuki dan Kataoka pun bertukar pandang. Pandangan bersaing dan saling menantang. "Kau tidak usah pergi! Biar aku yang ke sana!" Kotobuki pun segera berlari kencang meninggalkan Kataoka. Tapi tentu ia salah besar jika ia menganggap bisa menang dari kaki seorang atlet.

"Enak saja! Aku ini juga temannya!" Pria tercepat keempat di klub bisbol itu pun dengan mudahnya menyusul Kotobuki.

"Hiih! Tidak usah mengikutiku!"

Ichiban ni Naritai! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang