04 : Lemparan Bola Basket

619 34 0
                                    

Chapter ini udah dirombak!
Semoga suka ya, happy reading ;)

"Gue mau ngomong sesuatu ke lo," jawab Sherin yang terlihat mengeluarkan bulir keringat di dahinya.

"Disini?" jawab Sean yang lagi - lagi tak lupa memasang wajah dinginnya yang mematikan. Ia menatap Sherin layaknya musuh bebuyutan.

"Di Vintage Cafe. Nanti jam 3 sore." Tangan Sherin mulai berkeringat. Membuat roknya juga ikut basah karena ia sedang memilinnya.

"Besok aja. Jam 4. Gue ada basket," kata Sean acuh tak acuh pada Sherin.

"Oke gue tunggu." Pembicaraan telah usai dan Sean telah jauh melayang pergi. Ia seperti tak tahan melihat wajah Sherin. Ia tampak muak.

Sherin dengan langkah agak gontai mulai berjalan menyusuri koridor. Ia harus ke gerbang. Mungkin sopirnya sudah di depan.

Terlihat di sampingnya lapangan basket yang diinjak oleh puluhan pasang kaki dengan lincah. Terdengar decitan khas dari sepatu saat menggesek lapangan.

Ekskul basket selalu latihan. Entah energinya sekuat kuda atau bagaimana, tapi mereka tampak tak kelelahan. Mungkin buliran peluh yang membuat mereka terlihat letih.

Sherin mulai berjalan melewati lapangan basket dan kemudian,

Buk

Bola basket karet berwarna oranye itu mengenai pelipis Sherin.

"Aduh!" Sherin mengaduh kesakitan. Bagaimanapun juga, bola basket itu berat dan keras. Pasti sangat sakit terkena bola itu. Apalagi bola itu didorong dengan tenaga. Pasti terbayangkan rasa sakit Sherin.

Gadis itu mengusap - usap pelipisnya berharap pelipisnya menjadi lebih baik.

PRIT!

Suara peluit mulai menggema di gendang telinga orang yang berada di sekitarnya. Permainan mulai berhenti. Tampak seseorang menghampirinya. Wajahnya putih bersih dengan peluh di sana - sini. Rambutnya terlihat semakin cokelat saat terkena cahaya senja.

"Sorry, gue enggak sengaja. Lo nggak apa - apa, 'kan?" tanya lelaki itu dengan wajah tampak cemas.

Enggak apa - apa gimana?

"Iya gue enggak apa - apa. Udah santai aja," jawab Sherin sambil memejamkan matanya. Kepalanya terasa pening sesaat. Bagaimana tidak, hantaman bola itu sangat keras.

"Kepala lo sakit banget ya? Aduh sorry," kata lelaki itu dengan wajah masih cemas.

Menurut lo kalo orang dilempar bola basket di kepala gimana?

"Nggak kok nggak sakit." Sherin masih memegang kepalanya yang pening nan sakit luar biasa.

"Sorry ya, Sherina," kata lelaki itu sambil melihat nametag Sherin.

"Oke, Natan," kata Sherin sambil melihat baju basket yang dikenakan oleh lelaki itu.

"Sekali lagi sorry ya, Sher," kata Natan dengan tampang merasa bersalah.

"Oke enggak apa - apa, Nat." Mereka saling tersenyum lalu melanjutkan aktivitasnya sendiri - sendiri.

Sherin mulai berjalan kembali menuju gerbang sekolahnya. Sesekali ia memijat kepalanya yang pening. Tampak sopir Sherin. Sooir itu melambaikan tangannya oada Sherin untuk memberitahukan keberadaannya. Sherin membalasnya dengan lambaian tangan juga.

"Lama banget ya, Pak? Maaf ya," kata Sherin pada pria itu.

"Enggak apa - apa kok, Non. Lagian saya juga baru dateng, kok." Sherin tersenyum lalu memasuki mobilnya.

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang