02 : Ulangan Sheila

885 37 0
                                    

Hai guys!
Makasih yang udah vote! Ini udah aku rombak loh. Happy reading!

"KRIING!" jawaban Sean itu seketika membuat Sherin menjadi tak mengerti.

"Maksud lo apaan?" tanya Sherin tak mengerti.

"KRIING!" lagi - lagi Sean menjawabnya dengan deringan yang aneh.

"SEAN LO NGOMONG APAAN?" tanya Sherin yang semakin kesal dengan jawaban Sean.

Refleks, ada tangan yang menepuk pundaknya. Ia membuka mata. Seketika ia melihat wanita yang sangat ia kenali. Ia sedang tersenyum dan mematikan alarm yang berdering sedari tadi.

"Bangun, sayang. Kamu tadi mimpi apa?" tanya Hana, ibunda Sherin sambil tersenyum jahil.

"Ah ng--nggak apa - apa kok, Ma!" jawab Sherin kikuk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Manggil Sean 'kan tadi? Hayo suka sama Sean, ya?" kata Hana sambil menaik - turunkan alisnya jahil.

"Ih apaan sih, udah ah aku mau mandi!" kata Sherin dengan kikuk lalu terbirit - birit menuju kamar mandi.

Jadi gue mimpi?, batin Sherin.

"Sher!" teriak Sheila dari kejauhan lalu menghampiri Sherin yang sedang duduk di bangku kayu yang ada di depan kelasnya. Sheila lalu mengambil posisi di sebelah Sherin dan langsung menghadap Sherin.

"Sher, tahu nggak? Gue tu besok mau ulangan fisika. Males banget 'kan? Pelajarannya susah lagi. Lo 'kan pastinya tahu kalo gue nggak suka yang namanya itung - itungan dan lo tahu juga 'kan kalo guru fisika kita kasihnya soal aplikasi yang kaya soal anak olimpiade? Hah yang bener aja! Emangnya gue se jenius Enstein?" kata Sheila cerewet tentang ini dan itu. Memang menjadi ciri khasnya. Perempuan yang mirip seperti Barbara Palvin itu bingung karena tak ada respon dari temannya setelah ia bicara panjang ini dan itu jika ada ulangan. Seperti biasanya.

Ia lalu melirik ke arah Sherin. Dilihatnya Sherin sedang melamun. Tatapannya kosong seakan tak ada hal di otaknya.

"Hey, Sher! Lo mikirin apaan? Lo nggak mungkin lagi mikirin utang kantin kan?" kata Sheila bercanda pada Sherin. Tetapi Sherin tak mendengarnya.

"Down to earth, Sher!" kata Sheila sambil melambai - lambaikan tangannya di depan wajah Sherin. Seketika itu juga Sherin langsung kaget dan bola matanya mulai bergerak ke berbagai arah lagi untuk mengetahui apa yang terjadi. Tak seperti tadi ketika ia penuh tatapan kosong.

"Eh lo, La? Dari kapan lo ke sini?" tanya Sherin yang ternyata sedari tadi tak menyadari keberadaan Sheila.

"Jadi gue ngomong panjang ini itu lo nggak denger gitu? Bahkan lo nggak tahu kalo gue daritadi di sini," kata Sheila dengan mata agak menyipit tanda kesal.

"Eh ya sorry gue enggak tahu," jawab Sherin sambil tersenyum kikuk dan mengelus - elus tangan Sheila agar ia tak kesal.

"Ya," jawab Sheila dengan datar. Dengan maksud bercanda.

"Lo mikirin apa sih, Sher?" tanya Sheila pada Sherin karena ingin tahu.

Sherin hanya terdiam.

"Beh, Sean nih pasti. Udah lah, life goes on. Cowok nggak cuma satu, La," kata Sheila sambil memetik jarinya dua kali sehingga muncul suara.

"Kalo gue bisa, gue nggak bakal kaya gini, Sheila sayang," jawab Sherin dengan agak memaksakan tersenyum walau ia tak bisa. Luka di hatinya sangat mengganggunya.

"Yaudah kalo gitu ya lo ngomong ke dia dong. Lo cewek tapi bukan selamanya lo harus diem 'kan?" kata Sheila pada Sherin. Sherin seperti merasakan de javu.

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang