Remaja

3 0 0
                                    

Tak terasa sekarang bunja sudah memasuki masa-masa remaja nya, tetapi sayang ketika dia baru memasuki masa remaja nya seorang ayah yang dia cintai telah tiada, dikarenakan sakit keras.

Bunja hanya bisa merelakan ayah nya saja dan memulai kehidupan baru bersama ibunya. Sampai sekarang sang ibu belum membuka pintu kamarnya sang ibu terus saja merenung kepergian orang yang telah di dicintainya.

bunja berkembang begitu pesat. Mata nya yang kian lama semakin sexsy, bibirnya pun semakin merah merona, bentuk wajah nya yang sangat tampan, model rambut nya yang bergurai panjang bagaikan kesatria, otot tangannya besar bak gunung yang kekar.

Disamping kesedihan ibunya itu, ibunya bersyukur karena memilikin seorang putra yang sangat tampan dan begitu gagah nya , dia pun sekarang semakin mahir saja dalam memanah.

Sang dewi pun akhirnya membuka daun pintu kamarnya yang terkunci rapat dan bergegas mencari anaknya bunja dan memeluk nya.

Kenapa dengan ibu ? Apa yang telah terjadi dengan ibu ?

Tidak nak ibu hanya rindu memeluk mu.

Bunja pun tersenyum kecil dan mengeratkan tangan bunja ke tubuh ibunya seakan-akan pelukan mereka tidak bisa dipisah oleh apa pun.

Disamping kebahagiaan sang dewi melihat anak nya yang sudah tumbuh besar ternyata dewi masih menyimpan rasa sedih nya karena dia memikirkan akan tinggal sama siapa lagi dia, kepada siapa lagi dia akan mencurahkan isi hatinya, dan kepada siapa lagi dia akan memeluk ? Karena bunja yang sudah cukup umur untuk menikah ?

Sang dewi khawatir ketika bunja nanti menikah sang dewi akan terlantar begitu saja, dan sang dewi juga mengkhawatirkan amanah yang di berikan kepada bunja hilang bak ditelan angin.

Amanah itu yang berisi semoga nanti kalau kau sudah besar kau haru mejadi pemimpin di dalam istana bulan.

Sekarang lengkaplah sudah kekhawatiran sang dewi.

Titisan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang