chapter 2

630 14 0
                                    

18 April 2013 17.25 WIB

Lucky POV

Menunggu itu memang suatu hal yang membosankan didunia ini. Kalau bukan karena dokter Ridwan itu teman baikku dari semasa kuliah dulu, aku tak akan pernah mau menunggu dia selesai praktek selama lebih dari satu jam seperti ini. Harusnya dimana-mana yang nebeng itu yang nunggu bukan? Tapi kenapa aku yang malah harus menunggu orang yang hendak menumpang pada mobilku?.

“Hhh” aku mendengus bosan untuk yang ketiga kali. aku sudah selesai praktek dari satu jam yang lalu. dan malam ini aku tak punya kegiatan apapun. oleh sebab itu kuterima permintaan dokter ridwan untuk mengantarkannya pulang.

Aku memandang lorong Lobby Rumah Sakit yang mulai sepi karena waktu sebentar lagi adzan magrib berkumandang. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada pintu lift yang terbuka. Gadis handphone yang kemarin keluar dari dalam lift dengan membawa banyak buku dan map plastik bening yang terlihat cukup penuh dengan kertas. Ia terlihat sangat kerepotan. Tubuhnya yang mungil  agak keberatan membawa buku-buku dan kertas-kertas itu, belum lagi tas punggungnya yang juga besar semakin menenggelamkan tubuhnya.

Aku mengernyit ketika kulihat ada seorang perawat pria berlari menghampiri untuk membantunya. Gadis itupun terlihat tersenyum pada sang perawat tadi dan mereka berdua berjalan beriringan sambil berbincang akrab menuju meja customer service.

Aku curiga, jangan-jangan gadis itu memang bekerja di rumah sakit ini. Tapi kenapa dia tidak memakai seragam layaknya perawat, ataupun cleaning service? Hanya dokter dan staf rumah sakit saja yang diperbolehkan untuk memakai pakaian bebas. Tapi sebagai dokter yang masih bertugas pun biasanya dikenali dengan jas putihnya. Atau dia benar-benar keluarga pasien yang sudah lama dirawat disini sehingga akrab dengan para perawat? Ahh kenapa aku jadi semakin penasaran dengan gadis itu yah? Haruskah aku mengikuti dia lagi?

Aku memang baru dua bulan praktek di rumah sakit ini. Dan jadwal praktekku yang tidak teratur hanya mungkin dua hari dalam satu minggu cukup membuatku kurang mengenali dan bergaul dengan karyawan di rumah sakit ini.

Gadis itu atau Ara namanya berjalan cepat menuju pintu keluar. Kulihat perawat pria yang tadi bersamanya sudah menghilang. Aku masih penasaran, Pikirku

Setengah berlari aku menuju mobilku yang kuparkir di basement. Beruntung mobilku parkir dekat dengan pintu keluar sehingga lebih cepat menuju loket parkir rumah sakit.

Aku masih melihat Ara yang berdiri dipinggir jalan untuk mencegat angkot yang lewat saat mobilku sudah keluar dari gerbang rumah sakit ini. Tepat waktu, pikirku

Akhirnya angkot yang ditunggu ara tiba, ara segera menaikinya. Cukup sulit untuk membuntuti angkot yang berjalan lambat seperti ini. Terkadang aku kehilangan jejaknya karena sisupir angkot berhenti mendadak untuk menaiki atau menurunkan penumpangnya sehingga sulit untuk membuat jarak aman dan tidak terlihat sedang membuntuti angkot tersebut.

Akhirnya setelah perjuangan panjang yang diikuti dengan beberapa kali kehilangan jejak, Aku sampai didepan kampus Ara. Well, Aku tidak tahu kalau Ara berkuliah disini sampai angkot tersebut berhenti untuk menurunkan Ara.

Aku parkir agak jauh dari gerbang kampus Ara. Agak kesamping tepatnya. Tapi cukup jelas untuk melihat ketika ia hendak masuk kedalamnya.Buku-buku yang dipegang ara dirumah sakit tadipun masih ada. Agak tergopoh-gopoh dia membawanya. Beberapa mahasiswa yang sedang asyik memakan bakso didekat mobilku terlihat melambai memanggil Ara. Arapun berjalan menuju kearah mereka. Terlihat mereka mengobrol sebentar sampai ara membanting buku-bukunya di atas meja dengan jengkel. Mereka tertawa melihat tingkah ara. Walaupun cukup dekat, tapi aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Mereka pun tertawa lagi. Lesung pipi ara terlihat jelas dari sini. Dia semakin manis.

love you i doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang