chapter 5

577 12 1
                                    

12 Mei 2013 16.16 WIB

Lucky POV

Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu ara, sungguh aku kangen sekali dengan lesung pipinya dan semua tentang dirinya tentu saja. Tapi jadwal praktek dan operasiku yang padat, membuatku tidak dapat menyempatkan diri untuk menjemputnya atau mengantarkannya ke kampus. Atau bahkan hanya sekedar say hai dirumah sakit. Dan kutahu kalau belakangan ini dia juga cukup sibuk dengan pekerjaannya serta persiapan skripsinya, karena dia telah berada ditahun terakhir di universitasnya.

Ahh ara, andai aku bisa bertemu denganmu hari ini, pikirku

Hari ini sebenarnya aku libur, aku ingin sekali mengajaknya pergi ke pantai berdua denganku. Tapi entah kenapa dia menolakku dan berkata kalau hari ini dia hendak fokus mengerjakan skripsinya. Karena dihari biasa dia tidak punya cukup waktu untuk mengerjakannya. Aku mengerti, cukup sulit memang membagi waktu menjadi seorang karyawan dan mahasiswa secara bersama-sama apalagi ketika kita telah harus mengerjakan tugas akhir yang membutuhkan daya konsentrasi tinggi.

Kuputar arah mobilku masuk kedalam pertokoan di daerah mangga dua. Ada beberapa benda yang harus kubeli untuk persiapan seminarku di Amerika. Empat hari tidak bertemu ara saja sudah cukup  membuatku uring-uringan, apalagi aku harus berpisah  selama dua minggu dengannya. Tapi apa yang dapat aku lakukan, seminar ini cukup penting dan ditambah aku juga merupakan salah satu dari pembicaranya.  Kuputuskan untuk mengatakan tentang kepergianku ke luar negri selama 2 minggu nanti malam padanya.

Aku masuk kedalam mal dan mulai menjelajah isinya untuk mencari benda-benda tadi.

Setelah berkeliling beberapa lama, Aku melihat ada seorang gadis yang mirip sekali dengan ara dengan gaun putih yang tampak cantik dikenakannya berdiri didepan etalase sebuah toko notebook. Aku berjalan mendekat, ingin menyakini diriku bahwa gadis tersebut adalah benar ara yang sangat kurindukan belakangan ini atau aku mulai berimajinasi selalu melihat ara.

“ara, sini” panggil seseorang dari dalam toko

Gadis itu menoleh dan ikut masuk kedalam toko. Aku berhenti dan mematung,  jadi benar dia ara, tapi siapa yang memanggilnya tadi?

Tak lama, kulihat araku berjalan keluar toko tersebut bergandengan tangan dengan seorang pria seusianya dengan mesra.

Ada rasa sesak yang menyelimuti paru-paruku.mataku memerah melihat pemandangan didepan mataku. Hatiku rasanya terluka sakit sekali.

Ternyata dia sudah memiliki kekasih.

Cepat-cepat kubalikkan badanku keluar dari mal yang semakin terasa sesak ini. Aku terus merutuki kebodohanku yang tidak menanyakan padanya apakah dia sudah punya kekasih atau orang yang disukainya terlebih dahulu sebelum mengajukan lamaranku padanya.

Tak kupikirkan lagi tentang benda-benda itu,  mungkin bisa kubeli di Amerika nanti.

12 Mei 2012. 06.17 WIB

Ara POV

“iya maaf mas, aku ngga bisa, aku mau konsen ngerjain skripsiku hari ini” kataku pada mas lucky yang sedang menelponku mengajakku pergi kepantai mumpung kami sedang libur.

“baiklah ara, mungkin lain kali kita bisa pergi setelah kamu lulus nanti” terdengar suaranya sedikit kecewa

“maafkan aku mas” kataku lesu tidak enak padanya yang begitu baik kepadaku

“oh astaga ara, sungguh tidak apa-apa, atau bagaimana nanti malam kita makan malam bersama, ada yang aku ingin bicarakan” katanya lagi

“telat lagi, malam ini aku sudah ada janji bertemu dengan teman SMAku. Aku kangen sekali dengannya”

“laki-laki atau perempuan?” suaranya terdengar sedikit cemburu

“perempuan mas, tenang aja” kekehku geli mendengarnya cemburu seperti itu

 “atau nanti bila kami tidak jadi bertemu, aku akan nelpon mas deh, kita makan bareng, oke ” tawarku padanya

“baiklah ara, kutunggu teleponmu sayang” katanya. Kemudian kami menutup hubungan telepon kami.

Pipiku merona, jarang sekali ada pria yang berbicara selembut itu padaku apalagi yang mengatakan hal itu mas lucky yang sangat tampan menurutku. Walaupun tidak pernah terucap kata-kata cinta darinya dan bahkan perkenalan kami belum genap satu minggu, aku merasa sudah sangat dekat dengannya. walaupun kutahu dia orang yang sangat sibuk, tapi Dia tidak pernah absen meneleponku untuk membangunkanku dipagi hari atau menyuruhku segera istirahat dimalam hari. Aku suka dengan segala bentuk perhatiannya padaku.

Ketika aku hendak membuka layar monitor notebookku, suara david archuleta kembali mengalun dari handphoneku. Segera kuambil ponselku dan menjawab panggilan yang ternyata dari Aji, Kakak laki-lakiku.

“kenapa ji?” kata pertama yang kuucapkan begitu mengangkat panggilan itu.

Aku  memang tidak terbiasa memanggil aji dengan sebutan mas atau kakak layaknya seorang adik kepada kakak yang lebih tua darinya. Hal itu dikarenakan jarak usia kami yang memang hanya berbeda satu tahun dan saat kami kecil dulu adalah musuh bebuyutan. Kami selalu berkelahi bila sedang bersama. Aji bahkan pernah memotong habis rambutku hingga aku terpaksa memakai kerudung sampai rambutku tumbuh kembali, dan aku juga pernah dengan sukses mendaratkan setrika panas ke pahanya sampai melepuh.

Dulu, saking kesalnya dengan kakakku yang satu ini aku bahkan pernah berjanji pada diriku sendiri tidak akan memanggilnya dengan sebutan kakak atau semacamnya sampai aku mati. Dia hanya akan kupanggil dengan namanya atau aku tidak akan memanggilnya sama sekali. Kebiasaan itu akhirnya terbawa sampai sekarang. Orang tuaku bukannya tidak pernah memarahiku karena tidak sopan dengan memanggil kakakku dengan hanya namanya saja, tapi akhirnya mereka menyerah, toh sekarang kami sudah akur dan bergencatan senjata.

“ra, kamu ada waktu ngga? Temenin aku nyari laptop yuk” ajaknya.

“emangnya laptop kamu kemana ji? Bukannya baru beberapa bulan yang lalu kamu beli baru?”, tanyaku lagi

“ rusak, hehehe” suara cengiran aji terdengar sampai sini

“ya ampun, kamu tuh kalau punya barang ngga pernah awet yah, kebanyakan duit banget sih, sini gw bagi buat beli tablet” suaraku lebih terdengar seperti ibu-ibu yang sedang mengomel

“kamu nemenin aku beli laptop, nanti aku beliin tablet gimana?” tawarnya lagi

Tawarannya cukup menggodaku untuk meninggalkan rumah dan pergi menemaninya mencari laptop yang dicarinya. Toh waktu pengerjaan skripsiku masih lama. Setan dipundak sebelah kiriku mulai menggodaku mengalahkan logikaku untuk tetap berada di sarangku mengerjakan tugas akhir kuliahku.

“jam berapa”, tanyaku datar.

“jam setengah empat sore yah, aku masih dibandung sekarang” katanya

Bagus, aku masih ada waktu sampai siang untuk emngerjakan skripsiku , sorakku dalam hati

“oke, siap aji sayang, jangan lupa galaksi note 2 yah” kataku menggodanya

“buset dah ternyata udangnya jauh lebih gede dari batunya” katanya menelan ludah. Aku tertawa mendengarnya.

“Bodoo” kataku sambil mengakhiri panggilan kami.

Belakangan ini aku dan aji memang sangat akrab. Sejak dia meninggalkan rumah kami disemarang untuk kuliah, aku mulai sadar bahwa aku kehilangan sosok kakak dan teman berkelahi, diapun begitu. Akhirnya kami terus menelpon saling menggoda bahkan aku sudah berani curhat padanya, sesuatu yang bahkan tidak mungkin aku lakukan dulu saat kami masih bersama. Ternyata jarak yang jauh malah mempererat hubungan kakak beradik kami.

Sekarang bahkan kalau kami sedang jalan bersama, kami lebih terlihat sebagai pasangan kekasih daripada kakak beradik. ina awalnyapun tidak percaya kalau kami adalah kakak beradik, sampai aku mesti membawakan foto masa kecil kami yang sedang berkelahi kehadapannya, dan akhirnya dia percaya.

love you i doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang