Bagian 1

1.2K 74 1
                                    

Aku tidak pernah meminta jalan hidupku seperti ini . Menjadi seorang gadis yg tidak pernah melihat sosok ibu sejak kecil . Aku hanya mengenal wanita yang menurutku super luar biasa hanya lewat beberapa foto yg diberikan nenek. Wanita cantik yg telah mengorbankan hidupnya agar aku bisa bernafas. Wanita yang sama yang membuatku seolah tidak pernag mengenal ayahku, tapi aku tidak menyalahkannya. Dia tetap wanita terhebat.

Aku tinggal di London bersama Dad dan nenek . Hanya saja kami tidak tinggal satu rumah. Jarak rumah nenek dan dengan rumah ayah hanya berselisih beberapa buah . Walaupun aku tinggal bersama Dad tetapi tetap saja seakan aku tinggal sendiri.

Dad selalu meyibukkan diri dgn pekerjaan nya. Bukan rahasia lagi jika dia membenciku. Aku sudah tahu alasan nya. Hanya satu, kematian Mom yang disebabkan oleh kehadiran ku.

Aku tau seberapa besar cinta Dad pada Mom hingga mampu membutakan cintanya padaku. Rasa kehilangan nya benar benar merubah sikapnya padaku.

Aku juga memiliki seorang kakak laki laki. Umurnya beranjak dua puluh tahun. Bernama Jason. Ia tidak tinggal dengan kami. Jason menetap di Amerika, Dad menyekolahkannya di sekolah musik sejak ia berumur lima belas.

***

Pagi ini seperti biasa Grandma datang kerumah membawakan sarapan untukku dan Dad. Semenjak nanny dirumah meminta istirahat dua minggu jadi Grandma yg mengawasi keperluanku. Jangan ditanya, Dad tidak pernah mengurus apapun tentang ku. Walau begitu aku tetap menganggapnya ayahku, hanya dia satu satunya yg kumiliki selain Grandma.

Sejak kecil Grandma lah yg merawat dan menyayangiku, wanita itu seperti ibu sekaligus nenek sekaligus pelindung. Sejak kecil pula aku tidak pernah merasakan kasing sayang seorang ibu. Aku memiliki ayah tapi aku tidak memiliki kasih sayangnya.

" Allison! Sayang sarapan. " teriak wanita tua itu dari meja makan. Aku terkekeh geli biarpun dia tua tapi dia memiliki tenaga yg kuat untuk berteriak.

" Iya Grandma," balasku berteriak berlari dari kamar menuju ruang makan. Hampir saja aku terjatuh karena tali sepatu yg belum selesai ku ikat, untungnya Grandma menangkapku sebelum aku benar benar mencium lantai rumah.

" Hati hati. " tegur Grandma. Aku memberikan seringaiannku padanya.

" Makan pancake mu setelah itu berangkat." Perintahnya lagi.

Dad tidak menggubris kehadiranku, ia masih sibuk dgn koran ditanganya.

"Pagi Dad" Sapaku tersenyum lebar, mendekatinya dan mencium pipinya. Dad hanya berdehem tak perduli. Aku mendesah. Selalu seperti itu dan tidak akan berubah sampai kapanpun.

" Justin. " tegur Grandma menatap tajam Dad.

" Pagi." sahutnya dingin . Dingin sekali .

" Cepat habiskan sarapanmu Alli." perintah Grandma lagi . Ia duduk disampingku memberikan susu coklat kesukaan ku . Grandma bilang kalau ibuku sangat tidak menyukai susu coklat tapi justru sebaliknya aku sangat tergila gila dgn susu coklat . Grandma juga mengatakan Dad juga seperti ku . Penggila susu coklat.

" Justin kau bisa antar Alli kesekolah. Aku harus kebutik ada sedikit masalah disana." pinta Grandma.

Dad menurunkan koran nya memandang Grandma .

" Aku tidak bisa mom. Aku ada meeting. " tolak nya.

" Aku berangkat bersama Grey, Grandma." sambarku langsung. Aku sudah tau Dad tidak mau dan tidak akan pernah mau melakukan hal itu sampai kapanpun. Di berusaha menjauhiku sebisa mungkin, membenci ku sebanyak yg ia bisa .

" Kalau begitu hati hati. " Grandma mengusap kepalaku pelan. Aku tersenyum.

" Aku berangkat." ucapku setelah meneguk susu terakhir. Mencium pipi grandma lalu Daddy kemudian berlari keluar rumah.

My Lovely DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang