Bagian 2

590 60 2
                                    

Allison duduk dibangku taman sekolahnya yg dinaungi oleh pohon ek besar.

Usia Allison enam belas tahun sekarang beberapa bulan lagi menjadi tujuh belas.

" Lylee!! " Grey mangejutkan nya menggoyangkan bahu Allison. Gadis itu tersentak.

" Berhentilah mengagetkan ku Grey." bentak Allison. Wajahnya nampak lucu ketika cemberut. Manis sekali.

" Aku suka melakukan itu" Grey tertawa.

" Aku suka melihat wajah cemberut mu. Imut sekali." Grey mencubit pipinya gemas.

" Berhenti mencubit pipiku." Allison menampis tangan Grey. Lelaki itu terkekeh geli.

" Ohya kau tidak latihan?" Tanya Grey ia duduk disamping Alli menatap gadis itu serius.

" Sehabis pulang sekolah " Allison menjawab.

" Menurutku acaranya benar benar bagus. Kau tau menampilkan drama musikal di Hari Ayah itu sesuatu yg benar benar luar biasa." ucap nya semangat.

" Ya " jawab Allison pelan. " Ayahmu datang ke acara itu? " Tanyanya pelan.

" Kurasa ia." Grey menganggukan kepala.

" Walaupun aku menyuruhnya untuk tidak datang tetapi ia pasti datang." Wajah Grey nampak cemberut.

Allison mendesah.

" Kau beruntung." ia tersenyun kecut. Air matanya hampir menggenang dipelupuk mata namun ditahan . Ia tidak ingin menangis dihadapan Grey , sahabatnya ini begitu peka dengan keadaan nya.

" Kau beruntung memiliki ayah. " desis gadis itu lagi.

" Hei tapi kau juga memiliki ayah. Ayahmu tampan , berwibawa , dan kaya. Kurasa kau lebih beruntung daripada aku. Kau tau ayahku tidak seistimewa ayahmu yg seorang produser sekaligus musisi. Ayahku hanya pedagang kecil. " lirih Grey.

Bukan itu Grey ! Bukan itu yg dimaksud Alli. Ayahmu masih punya cinta terhadap anaknya , lihat lah gadis itu, bahkan ayahnya tidak perduli padanya, tidak pernah mengurus bahkan mungkin membencinya.

Cinta lebih baik daripada harta sebanyak apapun.

" Tidak. " Allison mendesah . Ia memeluk lelaki itu dari samping. " Ayahmu yg terbaik." Desis nya menahan tangis.

Beberapa menit setelah itu Allison melepaskan pelukan nya." Aku harus masuk , latihan sebentar lagi dimulai."

Grey mengangguk. " Sukses lylee." Ia tersenyum manis sekali. Allison mengangguk lalu berlari kecil.

Gadis itu bukan nya ke Aula ia justru melangkah pulang. Dengan cepat ia berlari keluar gedung lalu ke toko bunga diseberang sekolahnya. Membeli bunga lili. Ia ingin mengunjungi ibunya.

Sesampainya di pemakaman. Allison langsung menaruh bunga lili diatas makam ibunya.

Abigail Barnys.

" Hai mom, apa kabar?" Allison tersenyum duduk disamping makam ibunya. "Beberapa hari lagi Hari Ayah mom, menurut mom aku harus memberi hadiah apa untuk daddy ?" tanyanya mengusap usap tanah berumput hijau itu.

" Aku merindukan mu. Aku ingin tidur diapngkuan mu mom, aku ingin merasakan tangan mom mengelus rambutku. " Nada suaranya terdengar lirih. Lehernya seperti tercekat menahan tangis. "Mom seandainya kau masih bersamaku , apakah Dad akan bersikap seperti ini ? " Tanya Allison.

" Apakah mom lihat dari sana sikap dan terhadapku? " Airmata Allison tumpah mengingat semuanya.

" Jika mom melihatnya, mom jangan marah ya. Jangan marah dgn Dad, Dad hanya tidak tahu cara menunjukan kasih sayangnya padaku." Gadis cantik itu menyandarkan kepalanya diatas makam Abigail. Ia menangis tersedu sedu. Disana Alison menumpahkan rasa sedih yg menggerogoti hatinya.

" Aku sayang mom, sayang Dad juga. " lirihnya.

***

Allison membawa kotak kecil ke studio kecil ayahnya yg berada dibelakang rumah. Disana biasanya Justin menghabiskan waktu menyelesaikan pekerjaan. Membuat lagu atau mencari bakat anak anak agar mampu diasah menjadi lebih baik lagi.

" Hai Dad." Allison membuka pintu studio tersenyum melihat Justin berkutat dgn kertas kertas dan gitar dipangkuan nya. Ia mencoba membuat sebuah lagu baru lagi.

" Kau membuat lagu baru lagi Dad ? " Tanya Allison melirik tumpukan kertas Justin yg berserakan diatas meja. Justin menghiraukan nya.

" Dad" panggil Allison lagi. Justin berdehem.

" Selamat Hari Ayah, daddy. " Lirihnya menyerahkan kotak yg ia bawa. Dia berharap Justin menyambutnya dgn senyuman dgn mengucapkan terimakasih, namun sayang apa yang diharapkan jelas tidak sesuai dengan realita. Justin hanya menatap sebentar lalu menghiraukan nya lagi.

" Kuharap Dad datang ke acara sekolahku Malam ini." lirihnya lagi.

" Tapi kalau dad sibuk tidak apa apa. Aku mengerti. " Tambah Allison dgn nada sedikit riang yg dibuat buat. Ia mendekati meja Justin menaruh kotak hadiah ber isi syal diatas meja Justin dan entah apa yg terjadi ia tiba tiba menyenggol gelas berisi susu coklat diatas meja dan mengenai kertas kertas Justin.

" Allison! Apa yg kau lakukan! " teriak Justin refleks berdiri kursinya.

Allison tersentak. Ia tidak sengaja.

" Maaf daddy. " lirihnya. Ia ketakutan.

" Kau benar benar membuatku muak Allison, Sampai kapan kau berhenti merusak segalanya , mengacaukan semuanya! " Bentak Justin nyaring menatap putrinya dgn pandangan tajam . Allison menunduk.

" Kau itu benar benar pembawa sial Allison !! Kau tau dikertas itu semuanya pekerjaanku . Aku membuatnya berhari hari " ucap Justin meluap luap . Ia meraih kotak hadiah Allison lalu melemparkan nya kelantai . Gadis itu kaget bukan main air matanya tumpah .

" Sudah cukup kau membuat istriku pergi meniggalkan ku . Sekarang kau ingi merusak pekerjaanku hah ?! " Teriak Justin .

" aku tidak pernah meminta mom untuk pergi dad . Aku tidak ingin merusak apapun . Aku hnaya ingin dekat denganmu itu saja " Allison menunduk , matanya merah , pipinya sudah benar benar basah .

" kau mengacaukan semuanya Allison " bentak Justin lagi .

" Maafkan aku Dad . Aku tidak bermaksud " gadis itu menatap Justin meminta maaf .

Justin tersentak melihat Allison menangis dihadapan nya . Ia seperti melihat Abigail yg sedang menangis , hatinya merintih . Kenapa gadis ini begitu mirip dgn ibunya ?

" Sebaiknya kau keluar dari studioku Allison " ucap Justin melemah namun masih terdengar nada dingin dan marah .

" Aku minta maaf dad " lirih Allison lagi .

" Keluar Alli !! " Suara Justin terdengar melengking . Allison segera keluar dari studio ayahnya dgn airmata yg masih berderai .

***

My Lovely DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang