CHAPTER FOUR
Mid Test * berakhir hari ini untuk department ku. Anak-anak menunjukan ekspresi beragam. Ada yang sumringah sangat bahagia, mengingat hari ini akhir pekan dan ujian telah tuntas. Tapi ada juga yang masam dan mengeluh tentang ujian yang sudah lewat. Aku masuk ke kelompok yang sumringah. Perjuangan ku pulang malam dan bahkan pernah menginap di perpus memang terbukti hasilnya. Selama ujian aku tidak merasa kesulitan satu pun.
Well, selepas dari itu, aku juga tidak ingin memikirkan yang sudah lewat. Kacau pun hasil nya, apa boleh buat. Kita tetap tidak bisa merubahnya dengan mengeluh bukan?
Yang ingin ku lakukan sekarang adalah kembali ke asrama dan berendam. Aku tidak benar-benar mandi dengan baik di minggu ujian ini. jadi aku ingin memanjakan diri sekarang. "Kau harus menghargai diri mu dengan memberikan perlakuan istimewa sekali-sekali." Bawah sadar ku mengutip perkataan Laura.
Umm,, speak of the devil **. . .
Aku dan Laura sekarang menjadi sahabat baik. Dia tidak sepenuhnya menyebalkan lho sebenarnya. Dan memakai krim malam juga bukan sesuatu yang mengerikan seperti yang ku pikirkan dulu. Itu termasuk dalam salah satu langkah menghargai diri. Begadang bakal membuat kulit ku buruk tanpa krim malam. Thanks to Laura, hal itu jadi tidak terjadi.
***
Suara gaduh sudah terdengar dari lorong delapan, lorong dekat lorong kami, lorong sembilan. Di ujung lorong itu terdengar seperti dari tiga kamar pertengahan. Antara kamar kami 383, kamar Becca dan Angel 384, atau seberang kami kamar Vivian dan Lizzy 385. Di samping terdengar dari sana, well, ketiga kamar itulah yang memiliki makhluk unnormal. Kamar kami ada Laura si biang heboh, kamar 384 ada Angel dan Becca yang setingkat Laura, sedangkan kamar 385 ada Vivian si nyentrik. Mengingat gaya Vivian, aku jadi langsung membayangkan FKA Twig. Ha ha! Ajaib dia pede!
Setelah semakin dekat, aku menangkap bahwa itu berpusat pada kamar kami.
God, Laura tidak sedang membawa pria telanjang lagi, kan?
Biar ku ceritakan,
Sekitar sebulan yang lalu. . .
Aku pulang dari perpus jam setengah sebelas. Sama seperti hari ini, suara music membahana dari arah kamar kami. Aku pikir itu semacam pemutaran music yang Laura lakukan karena ia hanya bosan. Tapi apa, , , setelah membuka pintu aku langsung silau karena entah sejak kapan lampu berkedap-kedip ada di sana. kamar kami yang tenang berubah menjadi semacam diskotik. Well, aku tidak pernah melihat diskotik secara langsung, tapi di film-film kurang lebih begitulah suasana diskotik.
Di suasana temaram dan berkedap-kedip itu aku memaksa masuk ke dalam kamar.
Orang-orang berkerumun di tengah ruangan entah apa itu dan aku memaksa masuk. waktu itu aku dan Laura sudah sangat dekat, dan aku sedikit memaklumi lah kalau dia mengadakan semacam pesta. Toh aku juga sempat melihat dewan disiplin juga berada di ruangan kecil kami. Menerobos kerumunan, aku di beri pemandangan di tengah kelap-kelip menyilaukan itu. sekalipun silau masih sangat jelas aku melihat di atas meja ada Laura yang sedang berbaring dengan hanya mengenakan celana dalam. Lalu sedang ada seorang pria yang juga dengan celana dalam menjilat dari pusar naik dan terus naik perlahan hingga lidah mereka bertemu di mulut Laura. Semua orang berteriak dan aku merasa makanan yang tadinya aku makan mulai bergerak keluar lagi. aku mau muntah. Laura dan semua orang bergembira.
Ternyata mereka sedang melakukan Undie Party***. Karena itulah semua orang hanya memakai underwear.
Kembali ke masa sekarang. . .
Aku kembali ke perpus dan tidur di sana malam itu, karena itulah sekarang aku agak was-was. Apakah mereka melakukan pesta itu lagi? aku benar-benar tidak ingin tidur di bilik baca. Ataupun di bilik internet perpus. Malam itu di sana juga aku mendengar desahan semacam –pria dan wanita yang keenakan bercinta-.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE?
ChickLitBagai mendapati hujan emas bercampur berlian. Itu yang Gina Laura rasakan ketika ia di terima sebagai mahasiswa di Columbia University. Kampus yang berkelas dan masuk ke dalam Ivy Leauge adalah impian semua orang, termasuk dirinya. Ia merasakan hidu...