Ify POV
Sekarang aku resmi menjadi istri rio hihi, seneng terus rasanya. Rio beda banget pas pacaran sama udah nikah gini. Kalau dulu dia itu rada cuek, gak cuek cuek banget juga sih tapi yaa aku ngerasa kurang diperhatiin aja wkwkwk. Sekarang dia jadi lebih perhatian contohnya kalau dulu dia males banget suruh jemput aku di kampus sekarang dia dengan setia nanya jadwal kelas ku tanpa perlu aku minta hihi, lumayan ngurangin ongkos angkot kan yaa. Terus nanyain semua kegiatan aku, di kampus ngapain, makan siang apa dan bla bla, kalau dulu kita bakal kayak bikin laporan aja pas malem telponan, seharian ini ngerjain apa aja gitu. Pokoknya sekarang Rio beda banget deh dan aku makin cinta hahahhaa.
Nikah itu, seru... kalau kita sholat ada yang ngimami, terus tidurnya gak sendiri lagi. Bayangkan, saat bangun tidur, mata baru melek ada wajah ganteng yang akan menemani kita seumur hidup. Rasanya tuh gak bisa diungkapin deh!! Tapi makin banyak kerjaan yang harus dikerjain. Nyuci, nyetrika, nyiapin baju, segala gala kebutuhan suami deh harus disiapin. Rio sebenarnya gak minta aku melakukan itu semua tapi aku sebagai istri juga harus tau diri dong mana sekarang kami masih tinggal dirumah bunda rio. Aku tak keberatan saat Rio menawarkan untuk tinggal dirumah bunda karena dia belum mampu membeli rumah. Sebenarnya papa Rio ingin membelikannya rumah tapi dengan halus Rio menolak usulan papanya. Aku tahu ia ingin mandiri, dan aku mendukung apapun keputusannya.
Sekarang aku tengah membuat nasi goreng dan beberapa minuman pagi hari untuk keluarga baruku. Kegiatan setiap pagiku, karena mbak yang membantu pekerjaan rumah disini datang pukul sembilan pagi. Aku senang senang saja melakukan ini semua toh saat maaih single pun kegiatan pagiku sama saja.
Aku bersenandung ringan sembari menyeduh kopi pahit papa saat tiba tiba aku dikejutkan dengan sepasang tangan yang nemplok di pinggangku. Siapa lagi kalo bukan Rio.
"Yo, aku lagi nyeduh kopi papa nih nanti air panasnya tumpah" seruku memperingati, karena tangannya yang tak mau diam
"Ngapain sih bikinin papa, kalo papa itu tugas bunda" sahutnya
Dia cemburu? Hei, aku buat kopi untuk papanya bukan anak ibu tarjo depan rumah yang ganteng banget ituu
"Abis kamu kalo pagi maunya air putih doang gak mau apa apa yaa aku bikin buat papa aja"
"Nyebelin!"
"Lah kok nyebelin?? Nguntungin tau! Aku kan gak harus repot jadinya hahgaha. Kamu itu emang suami yang pengertian yaa" kuhadiahi wajahnya dengan satu kecupam di pipinya.
"Yang pengantin baruuuuu.. lengket muluuu.. kayak buaya sama pawangnya" seru Ray adik pertama Rio yang juga menjadi adik iparku. Sekarang umurnya tujuh belas tahun, kelas tiga sma.
"Sirik aja lu ah!" Sahut Rio yang kini berpindah disebelahku menyender pada meja dapur menatap adiknya itu
"Yaa kali mas, liat liat tempat dong. Gue kan masih dibawah umur. Mbak fy, susu aku udah jadi?"
"Udah Ray, itu disebelah punya dek Rani"
"Iyaa yaa Ray, masih kecil minumnya aja susu cokelat mulu!" Rio menyindir adiknya, yang sekarang tengah duduk di meja makan dengan tangan kanan yang memegang segelas susu cokelat kesukaannya.
"Sirik aja lu mas!" Sahutnya tanpa menoleh kebelakang, karena matanya fokus dengan acara di tv plasmanya. Sementara Rio udah ngedumel dumel disebelahku. Aku hanya terkikik geli, tingkah rio dan adiknya membuatku rindu dengan dua adikku yang pasti ribut saling berebut remot tv di jam jam seperti ini.
Nasi goreng ala ku sudah siap dan sudah terhidang di meja makan begitu pun dengan roti panggang dan berbagai macam pesanan minuman sang penghuni rumah. Aku dan Rio kembali ke lantai dua, kamarku dan Rio. Aku menyiapkan baju kantor Rio dan baju yang akan ku pakai ke kampus. Sementara Rio membersihkan seisi kamar, ini sudah menjadi kesepakatan kami. Karena kami ingin pernikahan ini diisi dengan kerjasama bukan menjadikan istri sebagai pelengkap atau menjadikan suami sebagai pemenuh kebutuhan hidup semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding (Rify Story)
Romancekami berpacaran hampir lima tahun, dan di tengah masa kuliahku dia melamarku dan aku menerima lamarannya. aku memang mencintainya, tapi yang lebih penting dari semua itu adalah keluargaku. apalagi yang kuharapkan, dan aku bersyukur serta bahagia kar...