Kreekk.... "Max! apa yang sedang kau lakukan disini?" tiba tiba saja pintu kamar Blue terbuka dan aku melihat wajahnya yang sangat berantakan.
"hey Blue ada apa denganmu? kenapa kau menang..." tak sempat kuselesaikan kalimatku tibatiba dia memeluku sangat erat dan aku merasakan pundaku yang mulai basah.
"ssshhh jangan menangis aku sudah disini sekarang, bila ada masalah katakan saja. Kau tak perlu menangis sshhh tenang yaa." sambil mengusap usap punggunya untuk menenangkannya aku bisa mendengar jelas nafasnya yg tersengal sengal.
Tak lama kemudian ia pun mau melepaskan pelukannya.
Aku melihat jelas matanya yang bengkak, hidungnya yang merah, dan rambutnya yang berantakan.
Kasihan sekali bila melihat kondisi Blue saat ini. Siapa yang berani beraninya membuat sahabat kesayanganku ini menangis.
"hey Blue katakan padaku siapa yang tega membuatmu menangis? dasar tidak tahu diri apakah dia tidak tahu kalau aku mati matian untuk membuatmu tertawa sedangkan dia sangat mudah untuk membuatmu menangis. Katakan Blue siapa orangnya."
"tidak perlu Max. Kau tidak perlu membalas dendam. Lagi pula aku sudah merasa baikan karena kau mau datang kesini untuk sedikit menghiburku"
"kau yakin sudah merasa baikan?"
"ya tentu saja."
"syukurlah..."
"sebaiknya kau pulang sekarang ini sudah malam tidak enak terlihart oleh tetangga bila malam malam begini kau terlihat main di rumah gadis dan juga pasti keluargamu menunggumu untuk pulang ke rumah."
"tidak aku akan menemanimu disini apapun yangg terjadi."
"kamu itu keras kepala banget sih dibilangin ko masih aja ngeyel udah sana pulang aku gamau kamu kecapean nungguin aku disiini, aku juga ga mau buat keluarga kamu khawatir udah gih sekarang kamu pulang istirahat, ganti pakaian, dan makan. Aku udah baikan sekarang percaya deh. Aku janji ga akan nangis lagi tapi kamu harus pulang oke."
"iya iya oke kalau kamu janji ga akan nangis lagi aku akan pulang sekarang. Tolong titip salamku ke Briana ya dia di kamarnya aku tidak ingin mengganggunya."
"iya tentu saja akan kusampaikan. Ayo sini aku antar kamu kedepan."
"oke."
"terimakasih ya Max kamu mau datang kesini."
"iya samasama, inget ya kamu sudah janji."
"iyaa tenang saja. Dah hati hati ya."
"iya dahh..."Blue POV
Setelah mengantar Max ke depan aku memasuki kamarku lagi dan menguncinya. Sebenarnya aku senang Max datang tapi hatiku masih sakit ketika Briana mengirim pesan itu. Sebentar lagi mereka akan berpacaran karena Briana sudah memberitahuku kalau dia akan memilih Max. Ternyata selama ini aku menyukai sahabatku sendiri entah itu bagaimana tapi saat mengetahui hal tersebut hatiku rasanya sangat hancur.Walaupun aku menyukai Max, aku tidak akan menjadi perusak hubungan orang. Ya aku rela sakit menderita demi dia dan saudaraku sendiri.
Aku akan menunggunya sampai kapan pun kecuali kalau Briana menikah dengannya aku akan mencoba mencari yang lain.
YOU ARE READING
THE TWINS
Teen FictionCan you not be a barrier between us? Ingatlah selalu kata kata ini "Sahabat ga akan ada yang namanya PUTUS!!" jadi apa salahnya jika kisah cintaku hanya sekedar pertemanan...?