Pukul lima sore kami tiba di Jakarta, tepatnya di rumahku, di sebuah rumah yang cukup luas dan pantas untuk di huni, berada di sebuah komplek perumahan menengah ke atas, rumah ini ku beli dari hasil menabung jerih payahku selama bekerja beberapa tahun ini.
Aku segera menunjukan kamar yang akan di tempati Nemo setelah sebelumnya ku telfon Bik Yayah untuk membersihkan dan merapikan kamar itu, Bik Yayah adalah perempuan setengah abad yang biasa bebenah dan memasak di Rumahku, namun dia tidak menginap di rumahku, hanya datang saat pagi dan sore saja, Bik Yayah tinggal mengontrak rumah petak bersama suami dan dua anaknya di dekat komplek perumahanku agak jauh di pinggiran sana.
Sebenarnya aku ingin sekali bisa tidur sekamar dengan Nemo saat seperti aku dulu tinggal sama Dennis, hal itu sangat menyenangkan di lakukan oleh sepasang kekasih yang saling mencintai, menjadi nilai lebih dalam sebuah hubungan, namun sepertinya hal itu masih terasa canggung dan malu kami lakukan, aku dan dia masih belum terbiasa dengan hal-hal intim dan romantis sebagai menu utama sepasang kekasih, jadi sebaiknya itu di lakukan bertahap saja, aku dan dia harus lebih akrab lagi sebagai pasangan yang memiliki cinta bukan sebagai teman atau sahabat dekat.
Karena lelah, seharian itu kami habiskan waktu untuk beristirahat, esok aku harus bekerja dan aku ingin terlihat segar dan fit saat masuk Kantor, apalagi aku pasti akan sangat sibuk karena cukup lama pekerjaan ku tinggalku, akan banyak PR-PR yang mesti ku selesaikan di Kantor, jadi aku butuh istirahat cukup setelah begitu lelah menempuh hampir enam jam perjalanan dan menyetir sendirian, Nemo tidak bisa mengemudi jadi hanya aku sendiri yang mengendalikan kemudi dari Pangandaran hingga tiba di Jakarta seharian itu.
***
Esok harinya sepulang aku bekerja aku mengajak kekasihku ini jalan-jalan di Jakarta, memang tak banyak tempat yang bisa di kunjungi untuk sore ini karena keterbatasan waktu, namun aku berjanji padanya hari Minggu nanti mengajaknya kembali jalan-jalan dan mengelilingi seluruh Jakarta.
Sebelum pulang aku ngajak Nemo untuk mampir ke cafe milik temanku Romie, dan mengenalkan kekasihku ini pada sahabatku sudah ku tebak sahabatku itu tampak terkejut saat aku datang membawa teman lelaki yang ku perkenalkan sebagai kekasih baruku, dan aku sangat bangga saat dia begitu terpukau dan kagum akan ketampanan kekasihku, selalu ku ingat komentar dia saat melihat Nemo
"Gila kamu, dapat bintang film darimana neh, keren banget pacar kamu ini.." Dan aku hanya tersenyum dengan bangga sambil menepuk dadaku.
Namun Romie segera menyeret dan mencecarku dengan banyak pertanyaan lalu menuntutku untuk bercerita selengkap-lengkapnya tanpa ada yang terlewati, aku hanya berjanji akan bercerita suatu hari padanya karena malam ini ada yang lebih penting yang ingin ku bicarakan padanya.
Sebenarnya kedatanganku menemui Romie untuk meminta pekerjaan di cafe miliknya buat Nemo, Romie tampak ragu memberi pekerjaan itu pada Nemo karena katanya lowongan yang ada di cafenya kini hanya tersisa sebagai waiter saja, namun Nemo segera menyambutnya dengan senang hati, Nemo berjanji akan bekerja dengan sebaik-baiknya apapun jenis pekerjaannya dan dia akan selalu belajar apapun, namun tetap saja Romie merasa tak enak hati mengingat aku adalah sahabat terbaiknya dan yang akan bekerja adalah kekasih aku, tapi aku segera meyakinkannya jika itu tidak menjadi masalah, aku malah berterimakasih padanya karena mau menerima Nemo, aku lebih percaya Nemo bekerja di tempatnya daripada di tempat lain, aku yakin Romie akan ikut menjagakan Nemo untukku.
Sebenarnya aku sudah melarang Nemo bekerja, aku pikir aku masih sanggup membiayai dirinya, namun sepertinya Nemo masih memiliki ketinggian hati untuk tidak menjadi benalu dalam hidupnya, apalagi sewaktu di Pangandaran dia selalu bilang jika telah merepotkan aku walau aku sudah meyakinkannya bahwa aku tak merasa di repotkan olehnya, aku benar-benar tulus membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid Boy
FantasyPurnama di atas Pangandaran tak lagi indah. Tiada makna. Semilir angin yang lembut membelai raga. Masih bagai hembusan bara menyala. Deburan gelombang menyiksaku. Masih bergejolak disini, masih terkoyak di sini. Oh cinta.. Kias artimu menjadi tangi...