Chapter Three

53 4 1
                                    

Sara's POV

Emang gak sakit, kalau dijauhin sama seseorang yang lo sayang?

Emang gak sakit, kalau dicuekin sama seseorang yang lo sayang?

Karena gue, ngerasain sakit.

Tiba tiba aja tulisan gue di kertas kecil itu ada yang ngambil.

Vindy.

Cewek centil yang pengen eksis.

Tentu, eksisan gue dari pada dia.

Tapi dia gak bisa terima hal itu.

"Idih, jaman banget apa, nulis kata kata puitis gini?" Katanya sambil melirik kearah gue.

Dibelakangnya ada 2 dayang dayang yang siap menolong Vindy dimana aja.

Dan dua dayang dayang itu sekarang lagi cekikikan.

"Suka suka gue." Gue menatap tajam kearah Vindy.

"Hello! ini udah 2015 mau ke 2016 ya, dan lo masih nulis di kertas? please ya, Blacky, lo gak tau yang namanya blog?"

"Gue tau, tapi, suka suka gue, gue mau nulis di kertas kek, nulis di jidat lo kek, tangan tangan gue, kenapa lo yang repot deh?"

Vindy menatap gue dengan mulut nya yang terbuka lebar.

"Heh! berani lo ya?!"

Gue hanya bisa memutar bola mata, ada ya cewek kayak gini?

"Damn it, Vin. Lo tuh bisa gak sih gak lebay, sekaliii aja?"

"Heh cewek yang mempunyai nama aneh, lo berani sama gue?"

God, what the hell is going on with this whore?

Gue mulai beranjak pergi dari tempat duduk gue, keluar dari kelas, menjauh dari perempuan yang sekarang lagi teriak teriak dan kedua dayang dayang nya lagi nenangin dia.

********

Duduk di pinggir lapangan basket selalu jadi favorit gue,

Pertama, gak bakal ada siswa yang mau duduk disini karena mereka akan kepanasan.

Kedua, karena mereka gak mau duduk disini, tempat ini serasa milik gue.

duk! duk! duk!

Gue menatap ke arah lapangan,

dan dia lagi.

Calvin.

Namanya tiba tiba terucap, walaupun dari dalam hati.

Wajah serius yang diterpa sinar matahari tidak menyulutkan gue untuk menatap langsung wajah indahnya itu.

Semua orang tau, dia indah.

Tiba tiba aja dia menatap kearah gue.

Kenapa dia suka banget bertingkah dengan tiba tiba sih?

Dia menuju ketempat gue duduk,

dan demi apapun dia duduk disamping gue.

Calvin duduk disamping gue.

Gue bisa ngerasain jantung gue, lebih kenceng daripada biasanya.

"Blacky."

Gue menggigit bibir bawah gue, dengan menyebut nama gue aja, gue udah seneng banget.

"Hi, Cal."

"Lo gak kepanasan disini?"

"Gue suka duduk disini."

"Kenapa?"

Gue menengok kearah Calvin, dia menatap lurus kearah ring bola basket,

Pertama kalinya dia ngomong lagi sama gue.

"Karena disini sepi."

"Lo suka sendirian?"

"Gak suka."

"Ke-- eh, gue kebanyakan ngomong." Calvin mengejutkan gue dengan bicara seperti itu.

"Gak apa apa, Cal."

"Gak seharusnya gue ngomong sama lo."

Sekali lagi gue terkejut sama sikap Calvin.

"Kenapa?"

"Karena gue minta lo untuk jauhin gue, inget?"

"Inget, dan gue sedih."

Calvin hanya terdiam.

Kakinya mulai melangkah menjauhi gue.

"Calvin!"

Dia menengok kearah gue, thanks god.

"Stay?"

Dia menaikkan alisnya, bingung.

"A-- apa?"

"Temenin gue? disini? please? sekali aja?"

*********

Bad BlackyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang