Chapter 18

6.6K 715 121
                                    

Malam ini terasa gelap, awan abu-abu menyapa sebuah gedung yang berdiri tegak. Beberapa orang mulai memasuki kawasan berjenis frat ini, dengan pakaian yang cukup mencengangkan mata yang memandangnya. Udara dingin menerpa kulitku, kesalahan karena aku memakai baju dengan kain yang tipis.

Bermacam-macam pandangan kutemukan, ini sesungguhnya tidak aneh bahkan tidak asing, namun untuk yang namanya semacam pesta ini adalah pertama kalinya aku datangi. Ketika Louis menarikku kedalam, pemandangan yang liar mulai menyapaku. Tangan Louis yang betah bertengger dipinggangku membuatku merasa sedikit aman, setidaknya aku masih memiliki Louis yang akan bersedia melindungiku.

Musik kencang menyaup ke dalam telinga para pendengarnya. Botol minuman keras beragam jenis terdapat disudut mana pun. Puluhan orang menari menikmati alunan musik dan ada juga yang duduk dengan keadaan mabuk atau setengah mabuk. Kemungkinan begitu kecil adanya orang yang masih memiliki kesadaran penuh.

Disetiap sudut dapat kulihat ada pasangan, yang entah mereka memang kekasih atau hanya sekedar hubungan untuk saling memuaskan. Mereka berciuman dengan ganas dibawah kesadaran masing-masing akibat alkohol yang dikonsumsi sebelumnya. Ini bahkan jauh dari dugaanku, lebih parah dari liarnya pub malam.

"Hey bung, aku menunggumu."

Louis menoleh ketika seseorang menepuk pundaknya dari arah belakang. Aku mengikuti arah geraknya. Pria berambut blonde dengan kemeja putih yang sengaja tak dikancing secara utuh. Terlihat rambut-rambut tipis yang memenuhi dadanya. Penampilannya kali ini cukup membuatku terpesona. Seorang Niall Horan yang awalnya berpenampilan biasa-biasa saja kini berubah menjadi pria yang super panas.

"Oh kau membawanya." Mata Niall tertuju padaku, mengintimidasi setiap gerakanku, "Hey Sheren, selamat datang di pestaku. Aku senang kau datang."

"Aku datang untuk menemani Louis, hanya itu saja"

"Ya ya, apapun itu, aku senang melihatmu berada disini." Niall tertawa miring. Aku tidak mengerti apa isi pikirannya ketika menatapku penuh, bahkan bulu matanya tak bergerak sedikit pun. Tak hanya aku, Louis pun merasa risih akan hal itu. Hingga Louis melambaikan tangannya didepan wajah Niall, membuat Niall sedikit salah tingkah.

"Kau terlihat sangat seksi dengan baju itu, aku tak yakin bila kau tidak akan digoda oleh para bajingan yang ada disini." ujarnya lagi.

"Aku tak akan membiarkan seorang pun menyentuhnya, termasuk dirimu." Ancam Louis yang membuatku tersenyum penuh kemenangan. Niall hanya mengangguk pelan, menanggapi dengan enteng.

"Lebih baik kau susuli Max dan yang lain, mereka ada di lantai dua." Perintahnya. Louis segera mengamit tanganku untuk berjalan beriringan dengannya namun langkah kami terurung saat Niall kembali menepuk pundak Louis. "Biarkan gadis cantik ini bersamaku. Tenang, aku tak akan menyentuhnya."

Louis menatapku dengan tajam dan penuh pertanyaan. Sesaat aku diam, rasanya mengambil keputusan ini tidak ada bedanya. Semua ini sama-sama merugikan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menerima, kuanggukan kepalaku dengan senyum terbaik agar Louis yakin jika aku akan baik-baik saja bersama Niall disini.

"Jaga dirimu baik-baik. Hubungi aku segera bila terjadi sesuatu. Ingat, semua orang disini berbahaya." Bisik Louis disamping telingaku. Aku mengangguk mengerti akan ucapannya.

"Baiklah, aku percayakan Sheren padamu. Jika terjadi sesuatu padanya, aku tak yakin lehermu akan berdiri tegak." Ujar Louis sebelum berlari menaiki tangga untuk sampai di lantai dua. Niall masih terkekeh pelan mendengar ucapan Louis tadi, ancaman yang mematikan tetapi nampaknya Niall tak terganggu.

The Rumours [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang