BAB 5

7.1K 286 0
                                    

        Jenna berjalan beriringan dengan Debby, baru saja kelar dari kelas jurnalis ketika  melewati Fitness Centre dan melihat beberapa orang sedang latihan basket.
          "hai Jenna, Debby..." Josh berlari kecil mendatangi mereka berdua. "Josh..." sapa balik Debby. "ada apa? Kita sudah membahas tugas kita kan? Apa masih ada yang perlu dikerjakan?" tanya Josh. Josh mengenakan celana training selutut dan kaos tanpa lengan bewarna hitam.

"tidak... kami berdua mau ke kantin dan melihat ada kau disini" kata Debby. Josh mengangguk. Josh pria berkulit hitam kecoklatan, botak, dengan tinggi 183 cm, berdada bidang, dan otot-otot besar di lengannya. Sangat seksi.

          "kau mau bermain?" tanya Josh menaik-naikan alisnya. "haah?! Tidak" jawab Debby buru-buru. Josh menatap Jenna, "aku tidak pandai olahraga."

"sayang sekali. tapi kalian berdua bisa jadi pemandu sorak untukku," Josh menawarkan. "oh... aku tersanjung sekali mendengarnya. Tapi sayang sekali kami berdua lebih baik mengikuti kelas social budaya daripada memperhatikanmu melempar bola karet itu kesana kemari" jawab Debby mengernyitkan hidungnya, kemudian menatap Jenna. "ayo..."

Jenna menggangguk, "Bye Josh."

"hati-hati dengan jiwa sosialmu, Lady!" kata Josh melambaikan tangan. Debby mengernyitkan hidung dan membawa Jenna keluar dari Fitness Centre.


          "aku harus meletakan buku dulu ke locker" kata Jenna berhenti di depan locker. "hai... Jenna, Debby" sapa Cindy berjalan menuju lockernya yang berada disebelah locker Jenna.

          "apa kalian datang ke pesta nanti malam?" tanya Cindy seraya mengoleslip gloss pink ke bibir. "nanti malam ada pesta? Dimana?" tanya Debby antusias. "Akan ada pesta kencan nanti malam di rumah persaudaraan Alpha" kata Cindy lagi. Debby menyeringai, "Jenna kita harus datang."

          Jenna mengernyitkan dahi, "aku? Tidak!!" jawabnya buru-buru. "kenapa? Rumah persaudaraan Alpha adalah rumah para Frat, pasti banyak laki-laki ganteng" bisik Debby. "aku tidak berminat Deb," Jenna menggeleng. "ayolah... pasti menyenangkan" ajak Debby bersemangat.

          "Mr. Weston..." bisik Cindy dengan mata lebar dan memasang senyum sumringah. tanpa sadar, Cindy menjatuhkan lipgloss nya. Damian menunduk mengambilkan lip gloss Cindy. "ini..." bisik Damian tegas, membuat Cindy meleleh.

          "kalian sedang membicarakan apa? Tampaknya seru" tanya Damian menatap Jenna yang memunggunginya. "oh... tentang pesta kencan nanti malam. Mr. Weston hadir?" tanya Debby penuh harap. Cindy memberi Debby tatapan marah 'dia-milik-ku'.

          "pesta kencan?" Damian memiringkan kepalanya, geli sekaligus heran. Debby mengangguk terlalu bersemangat. "jadi, Bapak datang?" Cindy menempel kearah Damian. "kalian akan datang ke pesta itu?"

"tentu saja" jawab Cindy. "aku ingin datang tapi Jenna..." Debby menatap Jenna dengan tatapan penuh harap.

          "apa kau datang, Miss Bennett?" bisik Damian. Jenna menelan ludahnya, matanya mengerjap cepat sembari menyelipkan rambut ke belakang telinga.

          "Jenna... kau ditanya Mr. Weston" bisik Debby pelan. Jenna menatap Debby, kemudian berbalik menghadap Damian. ia tidak mau menatap Damian.

          "tidak..." jawab Jenna pelan. "tidak? kenapa Miss Bennett?" tanya Damian lagi, mata abu-abunya menyala dengan emosi yang tak terbaca, membuat Jenna bergerak tak nyaman.

          "Bukankah seharusnya itu privasi ku?"

Jawabannya membuat Cindy dan Debby menahan nafas. Damian menyipitkan matanya, menatap Jenna dengan mata abu-abu yang intens.

Forever You're MineWhere stories live. Discover now