BAB 3

8.5K 395 1
                                    

..."apa kau habis menangis Jenna?"

Jenna mendongak keatas dan menemukan Damian sedang memperhatikan. Damian berjalan kearah bangku taman dimana ia berada. Damian terlihat sempurna mengenakan jaket berwarna biru navy, celana jins dan t-shirt bergaris.

"tidak!!" sahut Jenna sembari mengelap kedua pipinya dengan telapak tangan. "hey, apa yang terjadi?" Damian duduk di sampingnya, menarik lengan Jenna, sehingga Jenna menurunkan kaki dan badannya berhadapan dengan Damian.

"Tidak ada" sahut Jenna enggan, memalingkan wajahnya.

Damian menghela nafas, sembari dagu gadisnya lembut untuk menatapnya. Yang dapat Jenna lihat hanyalah mata abu-abu nya yang melembut, hidung yang macung dan tegas kemudian turun ke bibirnya yang tipis. Jenna harus menjaga dirinya tetap sadar ketika bersama Damian. sebuah tindakan sederhana, Damian menunduk dan mencium sudut mata Jenna, membuat nafasnya tersentak.

"katakan apa yang terjadi."

Jenna menyisipkan rambutnya ke belakang telinga, ragu untuk berbicara dengan Damian.

"Jenna..." Damian menaikan alisnya. Jenna menghela nafas, "mereka... mereka membenciku" bisik Jenna. "siapa?"

"Lyla... Meg...lainnya."

"bukankah mereka temanmu?"

Jenna mengangguk, "mereka membenciku."

"apa masalahnya? Mereka tidak boleh membenci gadisku" bisik Damian. "mereka membenciku karena..." Jenna menelan ludahnya, gugup mendengar nada suara Damian yang menuntut.

"karena apa?" Damian penasaran. Jenna menatap Damian dalam, "kau..." bisik Jenna sepelan mungkin. "aku??" Damian bingung mendengar jawaban Jenna, ia mengernyitkan dahi. "a-apa yang aku lakukan?" tanya Damian bingung. "kau tidak salah apa-apa, yang salah aku. Mereka mengejekku karena kau bersamaku," Jenna berbisik lirih. Kernyitan di kening Damian semakin dalam, membentuk v kecil sempurna.

"aku masih tidak mengerti. Aku bersamamu karena aku memilihmu," Damian menggenggam tangan Jenna. "itulah masalahnya, mereka membenciku karena kau memilihku. Mereka bilang aku jelek, pendek, gemuk, tidak bisa dandan, dan pakaian yang kukenakan biasa saja. Tapi kenapa kau yang tampan lebih memilih bersamaku? kenapa tidak dengan Lyla yang seksi, Meg yang cantik, atau gadis lain yang memakai merk mahal? Mereka tidak terima Damian," Jenna terisak menceritakannya.

Hati Damian terasa dicabik-cabik mendengar kata-kata itu, namun di satu sisi ia tidak bisa menyembunyikan perasaan geli ketika melihat Jenna menceritakannya. Sangat lucu ketika mata polos itu bercerita. tapi, Damian menahan senyumnya dan memasang wajah datar.

"aku merasa kata-kata Lyla ada benarnya. Aku bingung kenapa kau memilih menghabiskan waktumu bersamaku. Kau tampan Damian, cerdas, baik. kau bisa memilih gadis lain yang lebih cantik atau seksi," Jenna melepaskan tangannya. Ia merasa rendah diri.

Damian mempererat genggamannya, "kau gadisku yang bodoh dan tidak percaya diri," sembari dengan lembut mencium buku-buku jari Jenna. "kau kira aku laki-laki yang mementingkan penampilan? Kau memandangku dengan rendah Jenna Rose Bennett."

"aku memilihmu karena aku bahagia bersamamu. Kau selalu memukauku dengan senyum lebarmu, suara tawamu renyah, ceria, dan berisik, kerlingan mata nakalmu itu, dan tatapan polos mata hijaumu itu. Aku menyukai segalanya," jari-jari Damian menyentuh bibir, mengusap air mata Jenna, dan mengacak lembut rambut gadisnya.

"Kau cantik dengan caramu, Jenna. itulah yang membuatku bahagia bersamamu. Kau masih di kepalaku, selamanya terpantri dalam otakku."

Forever You're MineWhere stories live. Discover now