Bab 11

5.6K 234 0
                                    

Jenna menggerakkan tangannya ke samping, tapi kosong. Ia tersentak dan membuka mata, panik ketika melihat Damian sudah tidak lagi berada di samping. Jenna bangkit dan mendapati Damian sedang duduk di kursi rias, mengawasi dalam hening. Seketika wajah Jenna merona merah.

"kau sudah bangun?" bisik Jenna. Damian mengangguk, "aku tidak ingin mengganggu tidur nyenyakmu."

"yah... aku bisa tidur nyenyak" jawab Jenna polos. Damian mengernyitkan dahi, "apakah kau tidak pernah tidur nyenyak?"

Jenna menelan ludahnya, berkedip beberapa kali. "itu.... kadang-kadang" jawab Jenna pelan. Damian menghela nafasnya, bangkit dari kursi dan berjalan mendatangi Jenna. ia duduk di tepi ranjang.

"maafkan aku Jenna, kau pasti menderita," Damian menyentuh pipi Jenna lembut. Jenna menutup matanya, merasakan kehangatan dari sentuhan Damian. "itu tidak sebanding dengan penderitaanmu. aku meninggalkanmu tanpa tau apa-apa" bisik Jenna. Ibu jari Damian menyentuh dagu Jenna, "kau bo peep... gadisku yang paling berani dan juga bodoh yang pernah aku temui." Kemudian menunduk dan memberikan ciuman singkat di sudut bibir Jenna.

"aku ingin melakukan lebih, tapi itu akan membuatku lepas kendali sedangkan masih banyak yang harus kita bicarakan, benarkan?" bisik Damian. Jenna menelan ludah, matanya mengerjap sebelum mengangguk.

"a-aku mau mandi," Jenna berhasil mengatakan sesuatu. Damian tersenyum dan melepas Jenna, ia berdiri menatap keluar jendela, memunggungi. Bergegas Jenna bangkit dan berlari ke kamar mandi.


"lapar Damian?" tanya Bae saat melihat Damian memasuki dapur. Damian sangat tampan mengenakan sweater hoodie abu-abu muda dan celana training hitam.

"sangat..." kata Damian menatap Jenna dengan mata gelap, entah kenapa kata-katanya tidak mengisyaratkan untuk makan. Damian duduk disamping Jenna.

"bagaimana keadaanmu?" tanya Bae menyerahkan sepiring pancake pada Damian. "lebih baik, terimakasih" Jawabnya.

Jenna sangat cantik mengenakan kaos putih dan skort, rambutnya tergerai setengah kering. bibir mungilnya sedang menyentuh bibir gelas, membuat Damian berhenti bernafas. Jenna menjilat bibir bawahnya yang basah akibat jus jeruk yang di minumnya, dan ereksi Damian berdenyut. Astaga, hanya semudah itu tapi berhasil membuatku gagal jantung.

Jenna merasa jika Damian sedang menatapnya, dan tatapan itu membuatnya merona. Disamping Damian selalu membuat jantungnya berdebar kencang, efek-meleleh-Damian masih ada. Dirinya mencoba minum untuk menghilangkan kegugupannya, tapi Damian masih mengawasinya. dirinya mencoba acuh dengan memakan pancakenya tapi lelakinya tidak berhenti memandangnya. Rasanya gerah, aneh, perutnya bergejolak.

"berhenti memandangiku Damian" bisik Jenna tanpa menatap kearahnya. "aku tidak memandangimu."

Jenna menoleh kearah Damian, "aku tau kau memandangiku."

Damian hanya diam, memotong pancakenya. Tidak lagi memandangi Jenna.

Jenna yang jengkel memotong pancakenya dengan kasar, ia menatap Damian yang menahan tawanya. Sialan! Kali ini aku yang mencuri pandang menatapnya. Dia memiliki profil yang indah. Rambut coklat gelapnya kusut, dimana sulur kecil rambutnya menjuntai di dahi, Hidung lurus, rahang persegi, ia ingin menjulurkan jarinya di sepanjang rahang Damian. Astaga! kenapa aku memikirkan hal seperti itu? pipinya kembali merona. Jenna menggelengkan kepalanya, mengeluarkan pikiran kotor.

"kali ini kau yang memandangiku" bisik Damian penuh arti. Jenna yang ketangkapan basah menelan ludahnya, matanya melebar, dan mengerjap beberapakali.

Damian terkekeh, "bo peep ku yang polos."

"a-aku...." Jenna gugup meneruskan kalimatnya, wajahnya memerah bak kepiting rebus.

Forever You're MineWhere stories live. Discover now