arrived.

317 12 7
                                    

hai! ketemu lagi niiiih di chapter baru (?) kangen gue gak? haha. sorry kemaren kemaren gasempet update gue sibuk ngukur jalan braay (?) haha, akhirnya gue bisa post juga kan? :D YEAAAY! gue juga sempet bingung mau ngelanjutin it's complicated love dulu apa cerita ini:( so, gue bela belain post dua duanya malam ini :D baik kan? :P udahlah, baca aja ya. anggap aja gue angin lalu (?) eh jangan dong...... kasian amat.

E-N-J-O-Y! ---------------------------------------------

STELLA'S POV "kau mau kemana?" tanya ryan disaat melihatku membawa turun 1 koper dari atas kamarku.

"uh? Bantu dulu sini!" lalu ryan terkekeh dan berjalan mendekatiku untuk membawa koperku yang bisa dibilang well, cukup berat. Kau tau aku wanita bukan? Jadi ya, maklum sedikit ribet.

"mau kemana sih? Berat sekali bawaanmu." Ryan meletakan koperku tepat di depan rumah kami lalu berjalan masuk kembali ke dalam rumah.

"aku ingin menikmati liburan bersama yang lainnya." Ia mengerutkan keningnya,

"kemana? Apakah kau pergi juga bersama zayn?"

"ofcourse," ujarku memutar mata bosan, for god sake tentu saja aku pergi bersama zayn.

"alright. Berarti aku tidak perlu menghawatirkanmu karena ada zay-"

"kau menghawatirkanku? Oh ryan, next joke please." Aku tertawa sendiri mendengar perkataanya, ia hanya memutar mata malas.

"i'm your brother of course i do!"

"morning everybody." Aku menoleh dan mendapati zayn tengah tersenyum lebar, tipikalnya ia selalu tersenyum sepanjang hari. Senyumannya adalah hal yang paling kusuka di dunia ini, jujur. Aku bangkit berdiri berjalan mendekatinya lalu mencium pipinya singkat, morning kiss right? Hehe.

"morning too." Aku melempar pandangan kearah belakang zayn dan ups, rupanya semuanya sudah mengumpul disini. "oh hey guys, morning."

"mau pergi sekarang?" tanya seseorang dari arah belakangku, ryan. Ia melihatku dengan satu alis yang diangkat. Aku mengangguk untuk jawabannya. Ryan mengikuti kami semua sampai masuk mobil masing - masing maksudku, louis dan eleanor, danniele dan liam berada dalam satu mobil milik louis. Harry, kate, dan joshua berada di mobil harry. Dan terakhir aku, zayn, acacia, dan niall bersama di mobil range over hitam zayn. Syukurlah.

Ryan menutup pintu mobil zayn, aku membuka kaca mobil zayn dan berpamitan, "well, take care sista. Call me when you arrive okay?" aku mengangguk atas jawabannya,

"zayn?" Zayn langsung menoleh ke arah ryan cepat, "take care of my sist heh?"

"of course." Jawab zayn, menunggingkan senyumnya lagi sebelum sibuk dengan jambulnya di spion mobil range over hitamnya sendiri, ugh tipikal.

Ryan hanya terkekeh pelan sebelum menatapku kembali, "so? Bye." Ia mengecup keningku singkat.

"ryan?"

"yeah?"

"take care of our house ok?"

Ia mengangguk sebelum, "always."

"no girl, no alcohol, no sex, no party, no-"

"iyaiya bawel." Ujarnya lalu memutar kedua matanya yang berawarna mirip sepertiku, biru awan ya ini adalah warisan dari ayahku. "ok bye."

***

"guys? Seriously is this the villa?" tanya niall diselilingi nada takut, fyi villa ini bisa dibilang sangat menakutkan. Menurutku, villa ini jarang sekali atau mungkin tidak pernah ditempati? Atau hanya ada satu kali pengunjung? Bulu kudukku bahkan berdiri walaupun kami belum memasuki kawasan villa tersebut. Masih menunggui joshua yang sedang berbicara entahlah, aku tidak tahu apa yang dia bicarakan dengan uhm, mungkin itu penjaga villanya? Atau pemiliknya?

"ya, aku takut. Aku juga merasakannya niall." sahut acacia sambil memandangi villa tersebut tepat di depan kami. Dan eh? Acacia meremas tangan kiri niall, dan niall mengelus lembut punggung acacia. Aw. They look like a sweet couple?

"zayn? A.. aku tida.. tidak yakin, untuk..." aku menaikan kedua bahuku, "memasukinya bahkan menempatinya untuk beberapa hari kedapan."

"yeah. Me too. Tetapi-" omongan zayn terpotong ketika kami melihat joshua sudah melambaikan tangannya kearah kami, pertanda kami sudah boleh keluar dari mobil, tetapi aku tidak yakin, bukan aku saja zayn, acacia, dan niall pun sama denganku.

"so?" aku membalikan posisiku menghadap acacia dan niall yang masih ketakutan.

"kita akan masuk atau pulang saja? Oh ayolah, kenapa kita tidak pergi ke australia saja? Kudengar tiket yang dijual pun terjangkau sangat murah." Sahut niall memberi kami solusi, tetapi menurutku ini bukan suatu solusi melainkan yeah, you know what i mean.

"aku setuju dengan niall." sahut acacia, membuatku mengernyit tidak mengerti dengan arah pikiran kedua makhluk pirang ini.

dia ketakutan... mungkin

"bagaimana babe?" aku menoleh ke arah zayn, sebenarnya aku juga tidak ingin memasuki villa tersebut. Aku terdiam ralat, semua terdiam sampai joshua mengetuk jendela belakang -acacia- perempuan pirang itu pun langsung menurunkan kaca jendelanya, ragu.

"hey! Kalian kenapa masih disini?" tanya joshua, tetapi tidak ada yang menyahut pertanyaannya melainkan sibuk dengan pikiran masing - masing, "well, baiklah. Tetapi guys seriously, villa ini tidak seperti apa yang kalian bayangkan."

Aku melirik kearah zayn yang juga tepat melihatku, aku mengerutkan keningku mengisyaratkan 'what?' tetapi ia menggeleng atas jawabannya, "baiklah guys. Tetapi tolong pikirkan itu lagi dan turunlah jangan membuat yang lain kecewa." Setelah mengatakan perkataanya joshua pun berbalik dan berjalan meninggakan kami.

"bagaimana ini zayn? Aku tidak enak padanya."

"aku juga.." ia menarik nafas dalam dalam, "kenapa tidak untuk mencoba?" Aku mengangguk lalu menoleh ke belakang, lebih tepatnya menoleh kepada acacia dan niall yang masih ragu.

Aku tersenyum kepada mereka, "kita akan mencobanya oke? Acacia kau tidak perlu takut, karena..." aku melirik ke arah niall, "niall selalu berada di sampingmu."

Seketika pipi mereka memanas, ah lucu sekali. "lets go!"

Acacia dan niall sudah berjalan mendahuluiku dan zayn, aku membantu zayn membawa satu koperku dan ia menggendong tas punggungnya karena ya, lelaki selalu tidak ribet tidak seperti wanita. Aku masih berdiri di depan mobil zayn seraya terus menatap villa well, yang bisa dibilang angker. Dedaunan hijau yang sudah menggantung di sisi - sisi villa membuat bulu kudukku berdiri. Villa ini sama seperti dengan gambaran gambaran novel hantu yang milik ryan. Aku merasakan sebuah tangan kekar mendarat di leherku dan aku juga merasa sebuah mulut mendarat manis di leherku, aku terkekeh mendapati zayn yang sedang berusaha menyingkirkan rambutku kebelakang untuk mencium leherku,

"ugh! Dasar! Selalu tidak berubah." Aku memutar mataku lalu berjalan, meninggalkan zayn yang sedang mengunci mobilnya.

"babe?

" "yeah?"

"kau tidur denganku ya?"

"tentu." Lalu disinilah kami, sudah berdiri tepat di pintu kayu villa pesanan joshua. Baiklah, luarnya mungkin bisa terlihat angker tetapi tidak dengan dalamnya tetapi entahlah, feelingku merasa buruk dengan villa ini. Aku sedari tadi mengenggam tangan zayn dan meremasnya, aku takut jika zayn seketika menghilang dan meninggalkanku.

Tiba - tiba aku merasa seseorang mengecup pipiku lembut, ia memegang wajahku dan tersenyum, "aku selalu berada disampingmu stella, jangan takut okay?" aku mengangguk sebelum mengecup bibirnya singkat,

Baru saja kami memasuki wilayah villa ini baru bisa dibilang, tepat di ruang tengahnya tiba - tiba terdengar suara melengking perempuan berteriak histeris, membuatku dan zayn langsung menatap satu sama lain.

MAAF KALO CHAPTER INI AGAK GAK JELAS ATAU GAK SINGKAT BANGET. GUYS I TRY AS BEST I CAN GUE JUGA NYEMPETIN WAKTU NIIIH BUAT CHAPTER INI :'( JADI PLIS VOTE OR COMMENT GUUUUUYYYYYS?????? -XO @DwiPutri_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You can't run and hide.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang