2. Hadiah dari Majidah

6.9K 268 19
                                    

Aku berpamitan pulang duluan pada Majidah yang sekarang sedang ada kegiatan ekstrakulikuler. Dia mengikuti ekastrakulikuler paduan suara yang selalu berlatih di hari Senin sepulang sekolah. Jarum jam ditanganku kini sudah menunjukkan pukul 3 sore. Dan di jam yang sudah sore itu, aku masih diam di pinggir jalan sambil menunggu angkot yang bisa mengantarku hingga sampai di depan jalan menuju rumah.

Aku menengok ke kanan dan kiri sekadar membuang rasa bosan. Pada saat aku menoleh ke arah kanan untuk kedua kalinya, aku melihat Akif baru saja keluar dari jalan yang menuju ke sekolahku. Akif kini menjadi perhatianku. Dia menggantungkan jaket abu-abunya disela-sela tas gendong berwarna hitam hitam miliknya, dan wajah lelahnya malah membuat aku terpesona.

Akif kini berada beberapa meter disampingku, sepertinya dia sama sedang menunggu angkot seperti aku. Aku berusaha kembali mengembalikkan fokus ku untuk menunggu angkot sebelum aku kembali menunggu lama lagi.

Bosan sekali menunggu.

"Kamu anak kelas 10 IPA-2 bukan?" Aku samar-samar mendengar suara yang agak tidak familiar ditelingaku. Itu suara Akif, tapi tidak mungkin dia Akif kan?

Aku berusaha tidak perduli.

"Ekhem." Suara itu berdeham dengan keras. Hingga akhirnya aku menoleh.

Akif ?

Dia beneran Akif Said kan ?

Duh.

Wajahnya ternyata lebih tampan dari yang aku kira.

"Kamu anak IPA-2 bukan sih ?" Tayanya lagi.

Aku tergugu . "euh ? Y-ya aku kelas IPA-2 kenapa ?" Jawab sekaligus tanyaku pada Akif. Dia kenal padaku tidak ya ?

"Oh, sampein sama KM ya tadi pagi Bu Sri ngamanatin aku buat nyampein ke KM kelas 10 IPA-2 kalau besok dia gak bisa ngajar. Ada urusan katanya. Ini tugasnya ada di aku." Akif lalu melepas tas gendong hitamnya untuk mengambil buku tulis matematikanya. Saat dia mengambil bukunya aku sibuk mengatur detak jantungku.

"Ini." Dia menyodorkan buku tulis yang berukuran lumayan lebih besar dari buku tulis kecil dan bersampul coklat ketanganku dan aku menerimanya. "Kata Bu Sri tugasnya harus beres besok dan dikumpulkan di ruang BK " Lanjutnya.

"Oh oke. Makasih ya" Ujarku dan dia mengangguk.

"Nama kamu siapa ? Biar aku gampang ngambil buku lagi" Aku tersenyum tulus ke arahnya.

"Nama aku Abidah." Jawabku kembali dengan senyuman dan menawarkannya berjabatan tangan.

"Oh, aku Akif" Jawabnya tanpa mau menjabat tanganku. Aku dibuat kikuk olehnya. Aku lupa batasan antara laki-laki dan perempuan. Aku benar-benar lupa bukan tidak tahu, karena aku menganggap hal seperti pegangan tangan seperti itu wajar.

Dengan dia yang tidak membalas menjabat tanganku, aku meringis malu sekaligus kecewa hingga akhirnya aku menarik kembali tanganku.

"Eh aku duluan ya." Pamit Akif sebelum memberhentikan angkot yang akan dia naiki. Setelah angkot yang dia naiki kembali melaju, aku memandang tubuh Akif yang sedang menyamping duduk di dekat jendela paling ujung.

Salah tidak sih aku sangat mengagumi sosoknya itu?

**

"Dah, salah gak sih aku kagum banget sama orang?" Tanyaku pelan pada sosok Majidah yang baru datang 5 menit yang lalu di kelas. Majidah yang mendengar pertanyaanku itu langsung menunjukkan gerak-gerik bahwa dia sedang berpikir.

"Hmmm.. cowok?" Tembaknya dan aku mengangguk sambil tersenyum. Majidah tahu sekali apa yang aku maksud.

"Hmmm gimana yaaa... aku bingung. Gak salah sih cuman tapi kalau berlebihan itu gak bagus. Ya kan kamu mengagumi sosok yang belum mahram kamu disaat kamu masih sering ngeluh tentang Aa kamu yang nyebelin itu."

JilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang