PENGADILAN KELINCI Runa Rain

101 18 1
                                    

PENGADILAN KELINCI Runa Rain

Stuart, sang kelinci berbulu putih berlari kecil sambil mendekap sebuah buku besar bersampul cokelat dengan kedua tangannya. Dia memasuki ruang sidang. Kuping panjangnya sedikit bergerak-gerak ketika melintasi deretan-deretan bangku para penonton sidang yang sedang kasak-kusuk di kiri- kanannya.

Ini kasus Stuart yang keduapuluhtiga. Kelinci muda itu bisa saja memperpanjang rekor kegagalannya bila kalah lagi hari ini. Tapi dia tidak peduli. Tidak juga dengan omongan kelinci-kelinci di sekitarnya. Suatu saat dia pasti akan jadi seekor pengacara yang berhasil. Jadi Stuart belum akan menyerah.

Tidak lama setelah Stuart duduk di kursinya, sang hakim memasuki ruangan sidang, dikawal dua kelinci berseragam biru gelap dengan topi hitam. Para tamu sidang berdiri menghadap sang hakim. Stuart juga buru-buru berdiri, sebagai tanda penghormatannya pada sang hakim.

Sang hakim sudah terlihat sangat tua. Dia batuk beberapa kali ketika berjalan menuju meja tingginya. Kelinci tua itu seharusnya sudah pensiun, pikir Stuart. Tapi mau bagaimana lagi, jarang ada kelinci lain yang mau menggantikan posisi itu. Setidaknya sampai si kelinci tua itu meninggalkan dunia.

Sang hakim duduk di mejanya. Kemudian ia mengetuk-ketukan palunya beberapa kali sambil berseru dengan suara serak, "Tenang, semuanya! Dengan ini sidang pengadilan dimulai!" Setelah itu sang hakim diam beberapa saat. Tidak terlalu jelas, tapi matanya seperti terpejam di balik kacamata bulatnya. Stuart hampir berpikir dia tertidur lagi sampai sang hakim mulai bersuara.

"Ehm, ehm... Persilakan tersangka masuk," kata hakim pada salah satu asisten berseragam biru-nya.

"Persilahkan tersangka masuk!" Si asisten berseru keras.

Pintu ruangan sidang kembali terbuka. Sepasang kelinci memasuki ruangan, wajah mereka terlihat sedih. Seekor kelinci hitam besar mengantar mereka masuk di bilik kecil terbuka di sebelah kiri meja sang hakim. Para tersangka masuk kedalam bilik dan duduk dengan tenang di dalamnya.

"Ehm, ehm... Persilakan penuntut masuk," kata sang hakim lagi pada asistennya.

"Mereka sudah ada di dalam, Yang Mulia," bisik si asisten dengan raut wajah kesal. Sang hakim sudah berkali-kali memintanya memanggil penuntut masuk ke ruangan sidang. Padahal Dewan Hukum sudah memutuskan semua peserta sidang sudah harus masuk duluan ke ruang sidang sebelum hakim, kecuali tersangka dan saksi. Alasannya adalah untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Misalnya pada kasus yang lalu di mana si penuntut, Pak Tim tidak jadi menuntut karena ternyata lobak-nya tidak dicuri tapi terjatuh sendiri dari sepedanya. Lobak besar itu terguling dan masuk ke rumah tetangganya. Tim bersikukuh kalau tetangganya mencuri, tapi si tetangga malah marah dan menuduh dia sengaja menuduhnya. Jadi mereka bersepakat untuk memperkarakannya di pengadilan.

Malam hari sebelum sidang, Tom, saudara Tim, berkunjung ke rumah Tim untuk mengobrol. Tom tidak tahu mengenai keributan ini. Tanpa sengaja dia bercerita tentang lobak Tim yang dia lihat jatuh terguling masuk ke rumah tetangganya tadi siang. Semula Tim tidak percaya, tapi saudaranya tidak mungkin bohong padanya. Lagipula lobaknya juga sudah kembali, jadi dia tidak mempermasalahkannya lagi.

Keesokannya Tuan Tim lupa memberitahukan pada dewan kalau dia tidak jadi menuntut karena sibuk memanen wortel-wortelnya yang sudah ranum. Sang hakim dan para penonton sudah menunggunya berjam-jam. Saking lamanya, sang hakim sampai sempat tertidur. Begitu dia terbangun, dia baru membubarkan persidangan. Benar-benar hari yang tidak menyenangkan untuk banyak kelinci, kecuali sang hakim yang terlihat lebih segar ketika sudah terbangun.

Sejak saat itu Dewan Hukum memberlakukan sedikit perubahan pada peraturan persidangan. Bila penuntut tidak menampakan diri setelah sang hakim duduk di kursinya, maka sang hakim berhak langsung membubarkan sidang. Bila penuntut ingin menggugat lewat pengadilan lagi, dia harus menunggu tiga hari baru bisa mengajukan gugatan yang sama.

EVERNA SAGA pandu.beliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang