PETERNAKAN AJAIB Andry Chang

37 16 2
                                    

PETERNAKAN AJAIB Andry Chang

Panggil aku Pak Tua MacDonald.

Aku punya peternakan, i-ya-i-ya-o.

Di peternakanku banyak bebek, ayam, sapi, domba dan macam-macam hewan ternak lain.

Jadi sepanjang hari selalu ada suara kwek-kwek di sini, muu-muu di sana, kukuruyuk di sini, petok-petok sana, dan mbek-mbek di mana-mana.

Tapi biar kuberitahukan satu rahasia kecil padamu, yang sudah sudi berkunjung di sini.

Ini bukan peternakan biasa, i-ya-i-ya-o.

Nah, tak perlu berlama-lama. Pertama-tama kita memutari taman bunga mawar. Tenang, kantongku penuh serbuk sihir debu bintang untuk mengatasi kejutan mendadak. Awas, ada abu panas bertebaran di udara! Semua jongkok!

Dengan cekatan, kutebar serbuk sihir. Seketika, abu panas itu lenyap hingga tak bersisa.

Aduh, siapa yang nakal menebar abu panas itu ya? Maaf ya, ayo kita jalan terus.

Nah, di pagar itu ada Longhorn, ayam jago kesayanganku. Ia bisa bicara bahasa manusia, lho. Tapi sayang, ia tak bisa jaga rahasia. Jadi bila ia bilang...

"Kukuruyuk! Bu MacDonald kehilangan sepatunya! Pak MacDonald kehilangan tongkat biolanya, dan bingung harus mencarinya di mana!"

Ahaha, abaikan dia saja ya. Ini urusan rumahtangga kami, sssh...

Di dekat ladang, ada anjingku yang juga bisa bicara sedang berkeliaran. Namanya Bingo.

"B-I-N-G-O, B-I-N-G-O, B-I-N-G-O, dan Bingo namaku." Yap, Bingo suka mengeja namanya sendiri.

Nah, kita sampai di depan rumahku. Lihat, ada laba-laba kecil memanjat talang air.

Lho, kok tiba-tiba ada hujan setempat, tepat di talang air pula! Laba-laba itu terguyur hujan sampai jatuh ke tanah, kasihan.

Jadi, dengan cekatan aku merapal mantra aneh. Matahari seketika memancarkan sinar terik dan mengeringkan air hujan di talang air itu.

Lihat, si laba-laba kecil memanjat talang air lagi dan akhirnya tiba di atap. Selamat ya!

Tiba-tiba terdengarlah suara bel yang nyaring. Ding-dong! Wah, itu berarti ada hal penting yang harus kutangani. Ayo, ikutlah denganku!

Aku lantas bergegas ke halaman belakang rumah. Ada sumur berdinding batu di sana. Di samping sumur itu berdirilah seorang wanita dewasa dan dua anak laki-laki.

"Ada apa, Mary?" tanyaku pada wanita yang adalah istriku itu.

Sambil mengeringkan seekor kucing berbulu kuning kemerahan yang basah kuyup dengan lap di tanah, Mary MacDonald menjawab, "Ginger, kucing kita diceburkan ke dalam sumur tadi."

"Apa?" Aku terkejut bukan kepalang. "Siapa yang menceburkannya?"

"Si langsing Tommy." Mary menunjuk pada Tommy, putra bungsu kami yang memang bertubuh kecil dan langsing.

Namun Tommy malah protes, "Bukan aku yang...!"

"Jangan membantah! Nakal kau, Tommy! Ayah hukum kamu nanti!" hardikku. "Lantas, siapa yang mengeluarkan Ginger dari sumur?"

"Si tegap Johnny." Anak yang ditunjuk, putra sulung kami mungkin lebih tepat disebut "gemuk" daripada "tegap". Mungkin karena ia sering menegadah dan tersenyum, bangga pada dirinya sendiri seperti saat ini jadi ia lebih tampak tegap.

Aku lantas menepuk pundak si tegap itu. "Bagus, Johnny! Itu baru namanya anak berjiwa pahlawan! Andai saja adikmu mencontoh teladanmu itu...!"

Tommy menyela lagi, "Tapi aku tidak...!"

EVERNA SAGA pandu.beliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang