PUTRI TANPA SENYUM Andry Chang

114 6 0
                                    

Suatu ketika di Negeri Edel hiduplah seorang putri raja yang tak pernah tertawa bernama Dalia. Ia bahkan tak pernah tersenyum sejak ibunya, sang permaisuri meninggal karena tertawa terlalu keras hingga sesak napas.

Sang ayah, Raja Vicklas amat sayang pada Dalia. Karena itulah ia turut sedih melihat putrinya tak bahagia. Sang raja bisa cukup tegar dan masih bisa tertawa setelah berkabung beberapa lama. Namun ia tak menyangka putrinya amat rapuh dan trauma hingga tak bisa tersenyum, apalagi tertawa.

Banyak tabib sakti didatangkan dari penjuru-penjuru benua untuk memulihkan kondisi Dalia, namun tak ada seorangpun dari mereka yang berhasil.

Keadaan ini tak bisa dibiarkan berlarut-larut. Maka, suatu hari Vicklas membuat sayembara, siapapun yang membuat sang putri tersenyum, apalagi tertawa boleh menikahinya.

Maka berdatanganlah banyak macam penghibur dari seluruh negeri, bahkan dari negeri-negeri jauh. Para badut, pelawak, akrobat, pesulap dan bahkan para pemain sandiwara mempertunjukkan banyak ragam lawakan dan trik aneh di hadapan Putri Dalia, tapi sang putri tak kunjung tersenyum.

Di Klosser, ibukota Edel tinggallah seorang pria sederhana, jujur, cukup tampan namun agak kikuk bernama Kadan Begovic. Ia tinggal bersama ibunya yang miskin.

Suatu hari, sang ibu meminta Kadan pergi mencari kerja. Pria muda itu mendapat pekerjaan sebagai pembantu di toko roti dekat istana.

Pada senja hari pertama kerja, si pemilik toko roti memberi Kadan selusin telur sebagai bayaran. Kadan begitu senang hingga ia berlari pulang memegang telur-telur itu dengan dua tangan, tak sabar ingin menunjukkan hasil kerjanya pada ibunya.

Tapi saat lewat depan istana, Kadan terpeleset, jatuh dan semua telurnya pecah. Putri Dalia melihat ini dari jendela kamarnya, tapi ia tak tersenyum.

Setiba di rumah, Kadan yang jujur membeberkan seluruh kejadian tadi pada ibunya.

Sang ibu menegur, "Kadan, dasar anak bodoh! Andai kau menaruh telur-telur itu dalam topimu, kau tak akan memecahkannya!"

"Akan kulakukan lain kali, bu," kata Kadan.

Besoknya, setelah bekerja keras Kadan diberi anak babi sebagai bayaran. Ingat nasihat ibunya, ia menaruh anak babi itu dalam topinya. Larilah ia pulang.

Tepat di depan istana, si anak babi keluar dari topi dan berlari pergi. Saat Kadan mengejarnya, ia jatuh tepat di kubangan lumpur. Sang putri melihat ini pula dari kamarnya, tapi ia tetap tak tersenyum.

Saat Kadan pulang, lagi-lagi ia berkata jujur. Karena itulah sang ibu hanya menegurnya, "Ya ampun, Kadan, bagaimana sih kamu? Mengapa kau tak mengikat anak babi itu?"

"Aku akan melakukannya lain kali, bu," jawab Kadan.

Keesokan harinya, Kadan bekerja lebih keras lagi sehingga si pemilik toko roti memberinya ikan yang amat besar. Seperti janjinya, Kadan mengikat ikan itu dan menyeretnya pulang sambil berjalan kaki.

Tapi saat kucing-kucing kota mencium bau ikan, mereka mendekat ke belakang Kadan diam-diam dan Kadan tak menyadarinya. Sedikit demi sedikit kucing-kucing itu memakan ikan di belakang Kadan. Sang putri melihat ini dari kamarnya, tapi ia tak tersenyum pula.

Di rumah, sang ibu lagi-lagi kesal. "Mengapa kau tak bawa ikan itu di atas kepalamu, anak bodoh!"

"Ya, lain kali kulakukan, ibu!" janji Kadan.

Keesokan harinya, Kadan bekerja lebih keras dari sebelumnya dan ia diberi seekor sapi. Ia ingat janjinya pada ibunya, jadi ia berusaha mengangkat sapi itu di atas kepalanya untuk dibawa pulang.

Alih-alih terangkat, Kadan malah berjalan membungkuk dengan kepala dan kedua tangannya menempel di perut sapi seolah-olah Kadan amat kuat, padahal tidak. Inilah kekonyolannya yang paling parah.

Melihat ulah itu dari kamarnya, Putri Dalia sontak tertawa terbahak-bahak, tak bisa berhenti.

Raja Vicklas terperanjat mendengar suara tawa putrinya bergema di seluruh istana dan bergegas ke kamar Dalia.

"Siapa? Siapakah yang telah membuat putriku bahagia?"

Satu pria berkata, "I-itu aku!"

Pria lain yang kebetulan lewatpun berseru, "Bukan, itu aku!"

"Bukan mereka, tapi pria yang bersama sapinya itu!" kata sang putri sambil menunjuk ke arah Kadan.

Segera saja Kadan digiring ke istana. Dengan rambut berlumuran susu sapi, ia berdiri menghadap raja dengan sikap yang amat canggung.

"Siapakah namamu, anak muda?" tanya Raja Vicklas, matanya menyorot tajam.

"N-nama hamba Kadan Begovic, Yang Mulia." Kadan tertunduk, tak berani menatap balik pada sang raja.

"Tahukah kau apa sebabnya kau digiring kemari?"

"T-tidak, Yang Mulia. Apakah Yang Mulia hendak menghukum hamba?"

"Itu tergantung," jawab raja. "Apakah kau tahu tentang sayembara akbar yang tersiar luas di Klosser?"

"Ampun, hamba hanya pria sederhana bernalar pendek," jawab Kadan. "Hamba tak tahu tentang sayembara apapun. Hamba hanya ingin bekerja untuk merawat ibu hamba yang sudah tua. Hanya saja, aku hanya bisa menuruti semua nasihat ibu dan tak bisa memikirkan cara lain bila aku mendapatkan sesuatu yang berbeda."

"Oh, begitukah?" tanggap raja. "Pantas saja putriku tertawa. Ia lebih tergelitik oleh lelucon yang alami tanpa kesengajaan, apalagi yang tanpa maksud untuk memperistri putri raja." Kata-kata raja itu sekaligus jadi sindiran untuk kedua pria yang mengaku-aku menang tadi.

Singkat kata, Raja Vicklas memuji Kadan dan ibunya karena bisa hidup dengan tulus dan jujur di tengah Kota Klosser yang penuh kepalsuan.

Kadan dan ibunya lantas diberi tempat tinggal dalam istana dan makan semeja dengan sang raja. Tak lama kemudian, Kadan Begovic menikahi Putri Dalia.

Sang putri akan selalu tertawa dengan Kadan yang ternyata amat cerdas. Kelak Ratu Dalia dan pendampingnya, Kadan akan menjadi pasangan penguasa Edel yang dicintai oleh rakyat. 

EVERNA SAGA pandu.beliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang