Ditya's POV.
Entah sudah berapa banyak klakson mobil yang berbunyi. Aku tak peduli. Yang ada dipikiranku adalah bagaimana cara melampiaskan amarahku. Ku lajukan mobilku lebih cepat tanpa mengindahkan pengemudi lain yang mengumpat karena cara mengemudiku yang ugal-ugalan. Pikiranku kosong. Hingga cahaya putih terang yang menyilaukan memenuhi pandanganku.
Semua terjadi begitu cepat hingga otakku tak mampu untuk mencernanya. Sayup-sayup ku dengar suara orang-orang yang mulai berdatangan.
Mataku tak lepas menatap handphone yang tergeletak di sampingku. Air mata menetes dari sudut mataku.
Ini sakit. Bukan sobekan di kepalaku yang terus mengucurkan darah yang terasa sakit. Tapi hatiku. Terlalu sakit hingga mati pun terasa lebih baik.
***
Author's POV"Apa anda keluarga pasien?"tanya Dokter yang berperawakan tinggi itu. Aileen menggeleng.
"Keluarganya sedang dalam perjalanan kemari"jawab Aileen. Dokter itu menganggukkan kepalanya. "Bolehkan saya melihatnya?"tanya Aileen lagi.
"Oh, ya, silahkan. Tapi tolong jangan terlalu berisik. Pasien masih butuh banyak istirahat." Setelah mengatakan itu, Dokter tersebut pergi meninggalkan Aileen.
Aileen berjalan masuk ke dalam ruangan serba putih itu. Nampak Ditya terbaring tak berdaya di atas kasur. Perban putih melilit separuh kepalanya. Selang panjang menghubungkan kantong berisi cairan dan pergelangan tangannya.
"Bangunlah. Bagaimana aku bisa hidup jika kau tidak ada?"gumam Aileen pelan. Jemarinya mencoba menggapai pipi Ditya. Semakin dekat, tinggal satu senti lagi maka ia bisa...
"Siapa kau?"
Aileen tersentak. Ditatapnya manik mata kecoklatan itu. Ia terdiam. Ya, kau bisa melakukannya, Aileen, ucap Aileen dalam hati.
"Aku kekasihmu"
Ditya menatap Aileen dengan tatapan bingung. "Kekasih?"
"Ya." Aileen menghela nafas pelan sebelum menatap kembali ke manik mata kecoklatan itu dan melanjutkan, "Aku Aileen. Kekasihmu."
Seketika Ditya mengerang dan memegang kepalanya. Aileen menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
***
Aileen's PoV."Pasien dalam keadaan baik. Hanya saja menurut hipotesis saya ada beberapa traumatis atau sesuatu yang menganggu pikirannya sesaat sebelum kecelakaan hingga ia kehilangan beberapa memorinya termasuk saudara Aileen. Hal ini tidak berlangsung permanen. Tapi saya tidak bisa memprediksi kapan ingatannya bisa kembali"
Perkataan Dokter masih terngiang di kepalaku. Ya, bukankah ini baik untukku. Aku kembali mengintip ke dalam ruangan Ditya. Kini ada seorang wanita paruh bayah yang ku kenal sebagai Ibunya yang sedang menyuapi Ditya. Wanita yang cantik. Sekarang aku tahu dari mana asal wajah rupawan Ditya.
Tiba-tiba wanita paruh bayah itu menatapku. Aku bingung harus bertindak bagaimana. Akhirnya ku putuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi sebuah suara lembut menghentikanku. Aku menolehkan kepalaku ke asal suara yang memanggilku tadi. Wanita paruh bayah itu menatapku dengan tatapannya yang menenangkan.
"Saya?"tanyaku mencoba meyakinkan pendengaranku.
"Iya, ayuk nak kemari. Duduklah di sini"Katanya sambil menepuk tempat kosong disamping kursinya. Aku pun mengiyakan.
"Kamu pacarnya Ditya kan? Akhirnya Ibu bisa bertemu denganmu. Ditya tidak mau menceritakan apapun tentangmu. Dia hanya selalu berkata bahwa ia bahagia memilikimu"
"Benarkah?"tanyaku lirih. Ya, tentu yang dia maksudkan bukanlah aku.
Ibu Ditya menganggukkan kepalanya dengan semangat. Kemudian ia kembali bicara panjang lebar tentang Ditya. Aku hanya tersenyum dan sesekali tertawa.
Ku rasa percakapan ini tidak akan berakhir dengan cepat. Ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan hingga mataku terpaku pada Ditya. Ia sedang menatapku tajam. Jantungku berdetak kencang.
Tidak. Aku tidak boleh mati disini.
A/N:
Holaaaa~
Ini pertama kali aku nyapa kalian hehe aku masih tergolong newbie dalam menulis cerita. Jadi aku sangat mengharapkan kritik dan saran dari kalian. So, please don't be sider :(
Aku masih harus banyak belajar lagi.
Terima kasih udah nyempatin waktu buat baca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside you
RandomMencintai Tanpa Harus Memiliki. Gadis itu menghabiskan waktunya untuk mencintai pria idamannya secara diam-diam. Tiada yang tahu. Hanya dia. Tapi kemudian sebuah kejadian membawanya ke sebuah keadaan dimana dia diberikan kesempatan untuk berada disa...