2| Who am I?

142 13 6
                                    

Ini sudah seminggu Ditya dirawat. Tapi tidak ada satu percakapan pun yang terjadi antara pria itu dan Aileen. Setiap Aileen menanyakan keadaannya, pria itu hanya mengangguk atau bergumam sebagai jawaban.

Aileen menghela nafas untuk ke sekian kalinya. Kini ia ada di atap rumah sakit.

"Apa yang harus ku lakukan?"gumamnya. Kali ini ia mencoba untuk melihat ke taman yang ada di depan rumah sakit. Banyak pasien yang sedang bersantai - baik duduk di bawah pohon yang rindang atau berjalan santai di bawah sinar mentari pagi. Tapi dari semua itu ada satu sosok yang mencuri perhatiannya.

"Oh, itu kan..."ucapnya. Tanpa menunggu lama Aileen segera turun ke bawah.

***

Ditya menghirup udara dengan rakus dan kemudian menghembuskannya. Terlalu lama di dalam ruangan membuatnya merasa penat. Karena itu ia ada di taman sekarang. Untuk menyegarkan pikirannya. Dan juga menjauhi dia tentunya.

"Dit"

Ditya menolehkan kepalanya ke arah orang yang memanggilnya. Gadis itu.

Aileen mencoba mengatur pernapasannya. Rambutnya tampak acak-acakan karena harus berlari ke sini.

"Kenapa kau ada disini? Harusnya kau istirahat di dalam"ucap Aileen.

Ditya tak mengindahkan dan menatap ke arah sepasang kakek dan nenek yang sedang duduk di bawah pohon. Tampak gembira dengan tangan yang saling mengait dan tanpa beban.

"Ditya"panggil Aileen lagi. "Ayo kita balik ke dalam"bujuk Aileen.

Ditya membalikkan badannya menghadap ke arah Aileen. Matanya menatap lurus ke arah Aileen.

Tidak, jangan tatapan itu lagi, gumam Ailee dalam hati.

"Apa kau benar kekasihku?"

Aileen terdiam. Ini bukanlah pertanyaan yang ingin ia dengar sekarang. Ya, ia memang tidak bisa menghindari ini. Tapi setidaknya nanti. Bukan saat ini.

"Kenapa kau menanyakan itu? Kau tidak percaya padaku?"tanya Aileen. Ia meremas bagian bawah bajunya hingga kaos berbahan lembut itu terlihat agak kusut.

"Entahlah. Hanya saja aku sama sekali tidak mengingatmu"

"Tentu saja. Kau amnesia"

"Tidak." Ditya menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Ini seperti aku tidak pernah mengenalmu sebelumnya. Kau terasa asing. Ini aneh. Bahkan aku tidak bisa merasakan getaran apa pun saat di dekatmu."

"Kau hanya butuh waktu. Kau pasti akan mengenaliku"kata Aileen. Bibir merah muda itu kini bergetar. "Lebih baik kita masuk sekarang. Dokter pasti akan mencarimu"sambungnya.

***
Aileen mengikuti langkah Ditya dari belakang. Terbentang jarak dua meter di antara mereka. Ia takut jika berjalan di samping Ditya nanti percakapan tadi akan terulang. Ia masih butuh waktu untuk mempersiapkan mentalnya.

"Mama?"

Teriakan Ditya membuat Aileen berjalan cepat ke dalam ruangan. Nampak wanita paru bayah itu sedang memasukkan baju-baju Ditya ke dalam koper.

"Apa yang Mama lakukan?"tanya Ditya lagi.

"Mama lagi beresin baju kamu. Kata dokter kamu udah bisa pulang hari ini"kata Mamanya dengan ceria.

"Good news. Aku juga udah bosan di sini"ujar Ditya. Mamanya hanya terkekeh sebelum kemudian melihat Aileen yang terdiam di depan pintu.

"Eh? Aileen? Kemari, nak. Tolong bantu tante"

Aileen berjalan melewati Ditya dan mulai memasukkan barang barang Ditya yang lainnya ke dalam tas yang lain. Setelah semua beres, Ditya mengganti baju rumah sakit yang ia kenakan.

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang