3|With You

115 8 3
                                    

"Kamu tidak perlu kerja lagi. Tante akan membiayai semua uang kuliahmu"

"Tapi tante-"

"Kamu akan tinggal bersama Tante dan Ditya di Jakarta"

"APA?"teriak Ditya dan Aileen bersamaan. Mama Ditya terkekeh.

"Ditya telah cukup siap untuk mengurus perusahaan utama di Jakarta karena itu Papa menyuruh Mama untuk menjemput kamu, Dit. Tapi kamu juga tidak bisa meninggalkan Aileen sendirian di kota ini"jelas Mama Ditya. Ditya terlihat ingin protes tapi kemudian menutup mulutnya kembali. Percuma saja membantah. Mama Ditya adalah orang yang tidak bisa ditolak keinginannya.

"Terserah, Mama"ucap Ditya cuek sembari meminum kopinya yang sejak tadi tidak diminumnya.

Mama bersorak senang. Ditya mendengus. Kini mereka menjadi pusat perhatian di Cafe itu. Sedangkan Aileen hanya menatap kosong ke depan.

***
Aileen telah merapikan kopernya. Tidak banyak barang yang bisa ia bawa. Hanya baju dan beberapa barang berharga miliknya.

Aileen mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut. Ruangan kecil ini adalah tempat yang ia tinggali sejak ia masih sekolah menengah pertama. Tempat ia berteduh setelah rumah kecil mereka disita dan orangtuanya pergi untuk selamanya. Disinilah ia belajar hidup mandiri selama bertahun-tahun. Aku akan merindukan tempat ini, batinnya.

Aileen melangkahkan kakinya keluar flat. Nampak seorang pria bersandar di depan mobil hitamnya. Aileen berjalan pelan menghampirinya.

"Ditya"sapa Aileen.

Ditya menatap Aileen jengah. "Kenapa lama sekali? Mama daritadi tidak berhenti menelponku"ujarnya.

"Maaf"

"Sudahlah. Cepat masuk." Ditya segera masuk ke dalam mobilnya. Aileen pun ikut masuk.

Ditya berdecak. Aileen menatapnya bingung.

"Kenapa kau duduk dibelakang? Aku bukan supirmu"

Aileen tersentak. Ia turun dan duduk di kursi depan. Disamping Ditya. Disamping Ditya? Oh, bahkan di dalam mimpinya Aileen tidak pernah berpikir bahwa ia bisa duduk sedekat ini dengan Ditya. Sebuah senyuman tipis nampak di wajahnya.

Mobil itu melaju ke arah Bandara. Tidak ada percakapan yang terjadi. Aileen terlalu malu untuk bersuara sedangkan Ditya nampak cuek. Hanya suara dari pemutar musik mobil yang terdengar.

Setelah memberikan kunci mobil pada orang kepercayaan Ditya, mereka masuk ke dalam bandara. Dari kejauhan terlihat Mama Ditya melambaikan tangannya.

"Kenapa kalian lama sekali?"tanya Mama Ditya begitu mereka berdua telah berada di dekatnya.

"Maaf, Tante. Tadi saya terlalu lama mengemasi barang"sesal Aileen.

***

Alunan musik mengalun dari headphone yang tersambung dengan laptop Ditya. Ditya sejak duduk di kursi pesawat hanya berkutat dengan laptopnya. Ketukan keyboard terus terdengar.

Aileen hanya terdiam bengong menatap tiap penumpang yang ada disampingnya. Sesekali ia menatap ke arah Ditya. Tapi kemudian pipinya akan memerah malu - terpesona dengan wajah tampan Ditya - sehingga ia terpaksa memalingkan wajahnya.

Tiba-tiba perutnya bergejolak. Aileen meringis pelan. Dengan langkah pelan ia menuju kamar mandi yang ada di bagian belakang pesawat.

Bagaimana ini? Sepertinya maagku kambuh,batinnya.

Aileen ingat bahwa ia belum makan sejak semalam. Perutnya memang agak sensitif.

Akan tinggal bersama Ditya. Kenyataan itu membuatnya senang sekaligus takut. Ia terlalu memikirkan hal itu sehingga lupa untuk makan. Kini ia harus menghadapi perutnya yang merontak.

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang