Prolog

357 19 1
                                    

Aileen Anindita adalah nama pemberian Ibunya. Aileen berarti cahaya dan anindita yang berarti sempurna. Cahaya yang sempurna, itulah harapan Ibunya bahwa dia akan bersinar dimana pun ia berada. Tapi pada nyatanya sinar itu terlalu redup hingga menyinari dirinya pun tak mampu.

Aileen, gadis sebatang kara itu kini melanjutkan hidupnya dengan keadaan semampunya. Kuliah di siang hari dan bekerja di malam hari.

Hampa. Hanya itu yang ia rasakan dalam hidupnya, hingga pria itu datang dua tahun yang lalu. Seorang pria yang tersenyum tanpa menatapnya dengan kasihan.

Raditya Adnan Pratama. Pria itulah yang telah mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna. Pria yang saat ini ia tatap dari balik meja kasir secara diam-diam.

"Aileen!!"

Aileen tersentak dari lamunannya. Ia hampir saja jatuh jika tidak sigap berpengangan pada ujung meja.

"Apa?"tanyanya dengan datar.

"Apa kau sudah gila? Melamun disaat bekerja? Apa kau mau dipecat? Untung aku yang melihatmu. Jika pria tua itu yang melihat, tamatlah riwayatmu."

Aileen hanya menatap temennya sekilas tanpa minat dan kembali ke tempatnya menerima orderan. Sesekali menatap kembali ke arah Ditya - Nama panggilan pria itu.

Pria itu hanya menyeduh Mocktail-nya dan mengamati layar laptopnya. Semenit kemudian seorang gadis cantik datang menghampirinya.

Inilah kenyataan yang ingin Aileen ingkari. Ditya sudah memiliki kekasih. Gadis cantik dengan tubuh semampai dan rambut pendeknya yang dengan indah membingkai pipi tirusnya. Keisha

Aileen menghela nafas. Kini dia mencoba untuk tidak memperhatikan mereka. Walau itu mustahil karena dia akan selalu melirik ke meja yang ada di pojok kafe itu.

***

Aileen mengikat tali sepatunya. Sepotong roti bekas kemarin masih bertengger di mulutnya. Dengan langkah terburu-buru ia berjalan meninggalkan flat nya.

Baru 5 meter ia meninggalkan flatnya, sebuah mobil putih berhenti di depannya.

"Ada apa ini?"gumam Aileen pelan.

Seorang gadis cantik yang Aileen kenal dan tentunya yang paling tidak ingin dia temui keluar dari mobik tersebut. Keisha. Gadis itu berjalan menghampiri Aileen.

"Kau Aileen kan?"tanya Keisha memastika. Aileen terdiam untuk sesaat sebelum menggangukkan kepala pelan.

"Aku ingin bicara denganmu. Bisakah?"tanya Keisah lagi dengan suaranya yang lembut dan penuh karisma. Dan itu membuat Aileen merasa semakin tak percaya diri untuk lama-lama berdekatan dengan gadis berdarah Jepang itu.

"Maaf, aku terburu-buru. Aku ada kuliah pagi ini. Maaf." Aileen membungkukkan badannya kemudian kembali berjalan melewati Keisha.

"Kau menyukai Ditya kan?"

Pertanyaan itu membuat langkah Aileen terhenti. Jantungnya berdetak dengan kencang. Dengan perlahan ia menoleh ke arah Keisha.

"Apa kau butuh bantuanku?"tanya Keisha. Senyum misterius tersungging di wajah cantiknya.

***

Bau obat-obatan merebak dimana-mana. Seorang pria terbujur tak berdaya di atas kasur. Perban melilit kaki, tangan dan sebagian kepalanya. Raditya Adnan Pratama. Itulah yang tertera di papan kecil yang tergantung di depan ranjang.

Adnan mencoba membuka matanya secara perlahan. Lampu rumah sakit menyilaukan matanya hingga ia terpaksa menutup kembali matanya untuk sekejap.

Adnan mencoba membuka matanya kembali. Siluet seorang gadis kini sedang berdiri di depannya dengan wajah khawatir.

"Siapa kau?"tanya Adnan dengan suara parau. Lehernya terasa kering hingga bicara pun ia harus bersusah payah.

"Aku kekasihmu."

"Kekasih?" Adnan mengernyitkan keningnya. Kepalanya berdenyut.

"Ya." Gadis itu tampak menghela nafas sebelum kemudian melanjutkan, "Aku Aileen, kekasihmu"

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang