Epilogue

438 20 0
                                    

Beberapa tahun kemudian,

Para peserta, murid-murid SMP tertegun mendengar cerita sang Pastor. Sangat menyedihkan, tentu saja. Bahkan, mereka bisa merasakan rasa pedih yang dialami sang Pastor ketika menceritakannya.

"Lalu, apa yang terjadi pada gadis itu?" Tanya seorang gadis.

"Ia mengirim lukisan kami kemari." Timothy menjawab dengan tenang. "Beserta surat bahwa itu adalah sebuah perjodohan."

Semuanya hanya menggumamkan 'oooh' pelan, seraya mengangguk.

"Dimana lukisannya?"

"Lukisan itu." Timothy menunjuk sebuah lukisan di tembok ruangan Konferensi, dan para murid pun mulai ribut membicarakan lukisan dan cerita itu.

"Lukisannya bagus, ya!"

"Sayang sekali mereka berpisah."

"Aku sedih mendengarnya."

Tim mengecek jam dinding, kemudian menepukan tangannya sekali. "Baik, sekarang, saatnya makan! Semuanya, silahkan berjalan menuju ruang makan dengan tertib!"

"Yeay!!"

Ruangan pun kosong dalam sekejap. Senyuman Timothy pun hilang. Ia berjalan, menatap lukisan yang dulu ia buat bersama Clara.

Ia masih mengingatnya.

Ia masih menyimpan memori mereka bersama.

Sang Pastor kemudian berjalan ke arah jendela. Setelah memandangi pepohonan sejenak, ia melihat sesosok wanita berambut merah berjalan, menggendong seorang bayi perempuan.

Clara.

Wanita itu berhenti. Rupanya ia sadar bahwa Timothy memperhatikannya. Clara pun melambaikan tangannya pada Timothy, kemudian, ia melambaikan tangan putrinya pula. Tersenyum riang pada sang Pastor.

Sang Pastor tersenyum kembali, balas melambaikan tangan. Tak lama, langkah kakinya terdengar meninggalkan ruang Konferensi.

End.

Falling in You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang