Max's POV
Aku melangkahkan kakiku menuju teratas perusahaan Liam's Enterprises Holding Inc. Tepatnya lantai 21. Lantai dimana ruangan Liam berada. Ruangan CEO tentunya.
Setibanya di kantor ini hanya kegelapan yang menyambutku dan hanya kegelapan yang memenuhi pandanganku. Oh tentu saja ini sudah jam 8 malam. Seluruh karyawan memang sudah selesai bekerja dan meninggalkan kantor, tentu saja. Jadi wajar suasana yang menyambutku adalah gelap dan sunyi. Hanya ada beberapa satpam yang bertugas yang aku temui disini. Beberapa dari mereka memang sudah aku kenal. Mereka membungkuk hormat dan mengucapkan kalimat selamat datang padaku yang hanya aku balas dengan anggukan dan senyumanku.
Tadi siang aku baru saja tiba dari amerika. Ibu yang menjemputku di bandara. Sambutannya? Ah tentu saja seperti biasa. Jangan harap dia akan menyambutku dengan senyum haru dan memelukku erat melepas rindu. Ohhh... bahkan dalam mimpipun dia tak akan sudi melalukannya. Ibu yang kaku dan kejam seperti dirinya mana sudi melakukannya. Dia menyambutku dengan wajah datar dan tepat didetik pertama aku berdiri disampingnya ia langsung menyambutku dengan 'petuah' tentang apa yang harus aku lakukan disini. Yahhh tentu saja menggantikan Liam untuk sementara waktu untuk menghandle masalah perusahaan yang beberapa hari ini ia yang pegang. Aku hanya mengangguk menerima petuahnya dan sesekali bertanya tentang apa yang sedikit tak aku pahami dan seperti biasa ia menjelaskannya lebih terperinci hingga akhirnya membuatku mengerti.
Malam ini setelah menyelesaikan makan malam --yang tentunya makan malam formal tanpa suara-- Ibu memintaku untuk melihat-lihat keadaan kantor agar besok saat aku menginjakkan kaki disini aku tak akan gugup atau terintimidasi dan ohhh tentu saja aku langsung mengangguk setuju, lagipula aku juga bosan berada dirumah terus. Aku merindukan suasa malam kota jakarta.
Kini aku sudah berada diruangan Liam. Ruangannya tampak besar, megah, mewah dan bersih, tentu saja. Liam adalah pria pembersih. Ia benci tempat yang kotor. Ia menjunjung tinggi kebersihan. Salah satu hal yang sangat aku kagumi dari sosok adikku.
Aku menelusuri ruang kerjanya yang didominasi oleh warna putih. Terdapat kamar kecil --bila pantas dianggap kamar kecil karena menurutku kamar ini cukup besar bagi kaum awam-- disudut ruangan. Kamar ini cukup bersih dan benar-benar mencerminkan Liam sekali. Kamarnya didominasi warna putih --lagi-- karena itulah warna favoritnya. Di kamar itu juga ada kamar mandi yang cukup mewah dan juga ruangan khusus yang menyimpan setelah jas kerjanya. Ruangan ini pasti ia pakai untuk tidur saat ia lembur dan malas untuk pulang kerumah. Setelah selesai memeriksa ruangan berisikan aksesoris dan lengkap dengan jas kerjanya , aku akhirnya menutup pintu ruangan itu dan kembali menatap tempat tidur King Size yang memiliki tiang disetiap sudutnya dan dilapisi oleh seprei putih. Uhhh kasur yang cukup nyaman dan pasti mahal tentunya. Liam adalah penikmat barang mewah, tentu saja.
Tanpa sadar aku menarik sudut bibirku untuk menyeringai mengingat betapa nyamannya ruangan ini. Aku yakin sudah berpuluh-puluh gadis jatuh diatas kasur empuk ini. Mengingat wajahnya yang tampan dan juga segala kemewahannya yang ia miliki. Oh siapa yang sanggup tahan akan pesona adikku itu. Bahkan aku iri pada pesona yang dimiliku adik tunggalku itu.
Setelah puas dengan kamar akhirnya aku meninggalkan ruangan itu dan kini aku beralih pada meja kerja Liam yang terketak di tengah-tengah ruangan berlatarkan pemandangan kota jakarta yang cukup indah dimalam hari. Pemandangan dari lantai 21 yang cukup untuk memandang kota jakarta dimalam hari keseluruh gedung pencakar langit di ibu kota.
"Sialan! Ruangan ini benar-benar nyaman." Pekikku sambil menyeringai kemudian beralih pada kursi kerja kulit yang ada disampingku.
Aku menghempaskan pantatku disana dan ohhh... lagi-lagi kenyamanan menyelimutiku. Adikku benar-benar kaya ternyata. Lagi-lagi dia membuatku iri. Sedang sibuk dengan kenyamanan kursi kerja kulit mahal milik Liam tiba-tiba sesuatu yang bersinar tak jauh dari meja kerja Liam mengalihkan perhatianku. Penasaran, aku segera bangkit dari kursi nyaman itu. Mendekati sesuatu yang bersinar oleh sinar lampu ruangan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
I WONT GIVE UP
RomansaTidak ada yang pernah merusak diriku selain dirimu, Tidak seorang pun yang kuinginkan selain dirimu Tidak ada orang lain yang dapat membuatku menjadi begitu lemah Membuatku begitu memujamu Tidak ada seorang pun yang mengenalmu selain aku Tidak ada o...