Chapter 05

585 55 2
                                        

Yua's POV

Aku baru saja bangun dari tidurku saat tiba-tiba mendengar suara bel apartemenku yang terus berbunyi. Mengusik ketenanganku. Aku melirik jam di meja nakas dekat tempat tidurku. Jam 6 pagi? Siapa yang bertamu di pagi buta seperti ini.

Aku segera bangkit dan menurunkan kakiku dan memakai sandal rumahku kemudian melangkahkan kakiku menuju pintu utama apartementku. Namun sesuatu yang membuat telapak tanganku nyeri menahanku dan aku segera menatap punggung tanganku. Infus. kenapa aku di infus? Dan... aakkkhhh kepalaku sedikit pusing bahkan kepalalu terasa sangat berat saat ini.

Suara bel kembali terdengar. Mengenyahkan rasa pusing dikepalaku, aku segera meraih tabung infus yang tergantung kemudian membawanya bersamaku.

Dengan sedikit bersusah payah bahkan beberapa kali nyaris terjatuh menyentuh lantai akhirnya aku berhasil tiba didepan pintu utama apartementku. Dengan perlahan dan sedikit meringis karena nyeri di punggung tanganku akhirnya aku berhasil membuka pintu apartementku.

DEG!

Mataku langsung terbelalak saat melihat sosok yang ada dihadapanku. Tanpa sadar air mata haru membasahi pipiku saat akhirnya bisa menatap wajah itu lagi. Wajah yang sangat aku rindukan. Wajah yang mencanduku dan menemani mimpi-mimpiku selama satu minggu terakhir.

Tanpa sadar aku menarik bibirku untuk terseyum. Senyum tulus pertama yang aku ukir selama satu minggu terakhir. Dengan sedikit limbung aku langsung melangkahkan kakiku mendekatinya. Aku merindukannya. Sangat. Aku merindukan hangat dan aroma pinus bercampur mint yang sangat aku rindukan. Namun saat aku berada tepat dihadapannya langkahku langsung berhenti saat aku menemukan sesosok wanita mungil nan cantik yang kini tengah menggandeng tangannya.

DEG!

Mendadak hatiku sakit bagai dihunus oleh pedang tepat di jantungku. Sakit. Sangat sakit.

"Li-liam siapa... ga-gadis ini?" Tanyaku lirih di sela isakanku.

Liam perlahan-lahan mendongak , menatapku dengan tatapan yang sangat sulit aku artikan sebelum akhirnya melontarkan kalimat yang langsung membuat tubuhku lemas. Kehilangan jiwa dan tenagaku.

"Yua... maafkan aku. Aku... aku tak bisa mempertahankan hubungan kita. Aku... aku ingin semuanya cukup sampai disini. Ku mohon lupakan aku dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi."

Setelah mengucapkan kalimat yang cukup membuatku untuk mengakhiri hidupku saat ini juga, ia pergi meninggalkanku bersama gadis mungil dalam gandengannya. Ia meninggalkanku. Tanpa menoleh sedikitpun. Bahkan dia mengembalikan liontin yang selama 5 tahun terakhir ini kami kenakan bersama.

Aku terus meneriaki namanya. Mencoba untuk membuatnya berbalik dan mengatakan bahwa ini hanya lelucon. Tapi dia tak kunjung berbalik hingga akhirnya ia menghilang. Menghilang dari pandanganku.

Dia pergi...

Separuh jiwaku pergi...

.

.

.

.

.

"Tidakkkkk!!!!! huh...... huh..... huh......"

Tiba-tiba aku membuka mataku dan terlonjak kaget bangkit dari tidurku dengan tergesa-gesa bahkan selimut tebal yang menyelimuti tubuhku tersingkap hingga terjatuh tepat di atas pinggulku. Aku meringis kesakitan saat menggerakkan kepalaku. Kepalaku terasa berat dan..... sangat pusing. Aku menarik tangan kiriku untuk menyentuh kepalaku yang pening namun rasa nyeri yang amat mendalam menghantam punggung tangan kiriku aku segera melirik ke arah tangan kiriku.

I WONT GIVE UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang