Dua anak kecil itu dekil dan berantakan. Wajar jika para penghuni kerajaan tersentak melihat dua anak kecil itu bisa masuk ke kerajaan dan segera mengusir mereka. "Ah, begitu.." jawab seorang pengawal kerajaan ketika ia melihat kartu yang anak kecil itu tunjukkan. Lalu pengawal itu pergi meninggalkan kedua anak kecil itu.
Ia tidak jadi mengusir orang yang dipanggil oleh Raja. Setelah sampai di tempat tujuan, kedua anak kecil itu mendorong pintu besar yang merupakan pintu menuju ruang singgasana Raja. "Mereka sudah tiba, Eclair." ucap seorang pria yang menyuruh anak perempuannya untuk menyambut kedua anak kecil itu.
"Leon."
"Namaku Aaron. Salam kenal."
Mereka memperkenalkan diri mereka masing-masing. "Mulai sekarang, mereka akan menemanimu bermain. Tidak perlu khawatir, mereka tidak akan melukaimu." ucap ayahnya Eclair sambil menunjukkan senyuman ke anak perempuannya yang masih berumur 6 tahun. Tapi Eclair hanya menunjukkan ekspresi datar ke kedua teman barunya.
"Namaku Eclair. Umur 6 tahun." ucapnya pelan. Leon pun membuka mulut, "Wih, kau masih kecil ya. Umurku 10 tahun, dia juga." Leon menunjuk Aaron.
"Yang mulia, sudah waktunya Anda bertemu dengan pimpinan Aliansi Audentia." ucap seorang pengawal dengan suara yang lantang dari pintu masuk. Sang ayah pun langsung mengiyakan laporan pengawal dan mengecup pelan dahi Eclair, "Bersenang-senanglah." Lalu ia meninggalkan ketiga anak kecil itu.
"Mau main petak umpet ?" ajak Aaron yang disetujui dengan anggukan Leon. Mereka berdua menunggu jawaban dari Eclair, tetapi anak perempuan itu hanya menatap kosong ke Leon dan Aaron lalu ia pergi meninggalkan mereka. "...Hah ?" Leon membuka mulutnya duluan. "Dia terlihat sedih.." gumam Aaron menatap punggung mungil Eclair yang menjauh.
Eclair beranjak keluar dari ruangan, tetapi entah mengapa ia tidak membuka pintu besar itu. "Ngghh...." dengan sekuat tenaga, Eclair mendorong pintu besar yang ada di depannya. "Dasar lemah." ucap Leon lalu mendorong pintu itu dengan satu tangan. Eclair menyipitkan kedua matanya kesal kepada Leon. Aaron pun menyusul kedua anak itu.
------
"Nona muda Eclair, Anda tidak boleh masuk ke sini !" Dua pengawal sedang melarang Eclair untuk masuk ke sebuah ruangan yang merupakan tempat dimana ibunya dikubur. Eclair kecil yang keras kepala tidak mendengar omongan kedua pengawal dan malah menerobos tangan-tangan besar itu. Tak lama kemudian, seorang tabib muda keluar dari ruangan itu dan langsung mengendong Eclair kecil.
"Apa yang nona muda lakukan di sini ?" tanya tabib itu. "Marshall-sama !" Panggil kedua pengawal itu dengan perasaan lega. "Selamat pagi." jawabnya sambil tersenyum. Eclair meronta-ronta ingin turun. Marshall pun menurunkan Eclair, lalu gadis itu pergi meninggalkannya.
"Apa yang ia pikirkan sih ?" gerutu Leon yang lalu beranjak mengikuti Eclair untuk kesekian kalinya. Aaron hanya bisa menenangkan Leon agar tidak kesal. Marshall yang asing dengan kedua anak laki-laki di depannya pun membuka mulut, "Kalian temannya Eclair ?" Leon dan Aaron saling berpandangan lalu mengangguk kaku.
Marshall pun tersenyum tipis, "Kalau begitu, aku serahkan Eclair kepada kalian berdua, ya." Lalu ia melangkahkan kaki ke arah berlawanan. Leon dan Aaron melihat pria tinggi itu menjauh.
------
"Sampai kapan kita harus menemaninya ?" tanya Leon ke Aaron. "Entahlah." jawabnya singkat sambil melihat Eclair yang sibuk bermain sendiri. "Lagi pula, mengapa kita harus menemaninya ?" Leon bertanya lagi. Aaron menghela napas, "Leon, kau tahu kita berhutang budi dengan ayahnya." jawab Aaron yang memasang kedua matanya kepada Leon. "Iya, iya, aku mengerti. Sangat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Butler
VampirEclair Velentina, menemukan dirinya di sebuah sekolah putri kerajaan. Dengan hanya membawa nama dan beberapa pakaian, ia bertahan hidup di tempat gelap itu. Ingatannya ? Hilang. Dan inilah ceritanya.