#OLIVE POV
My home sweet home
Setelah mengantarku pulang Riordan meninggalkan ku begitu saja didepan rumah, tanpa membantu ku sama sekali untuk sekedar membawakan dua koper ku ini. Kakak macam apa itu batinku kesal.
Kulangkahkan kaki ku menuju rumah yang sudah sangat lama ku rindukan. Banyak yang berubah ternyata, dari warna cat rumah yang dulu berwarna putih kini berganti warna menjadi cream, kuperhatikan kolam ikan yang dulu hanya berisi ikan koi kecil yang kini sudah berubah menjadi besar.
"Oliveeeee putri kesayangan mama sudah pulang" aku berlari meninggalkan dua koperku begitu saja langsung kupeluk tubuh wanita paruh baya yang sangat kurindukan itu.
"Mama Olive kangen mama" ucapku manja.
"Iya mama juga kangen kamu sayang, ayo cepat masuk mama sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu didalam" aku hanya mengangguk menanggapi ajakan mama, kusambar dengan cepat dua koperku dan menyeretnya begitu saja didalam rumah.
Aroma lavender lansung menyeruak memenuhi rongga hidungku, bau parfum pengharum ruangan kesukaan mama bau yang selalu mengingatkanku akan kehangatan dan keceriaan dirumah.
"Papa belum pulang ya ma?"tanyaku sambil duduk di salah satu kursi diruang makan.
"Kamu ini kayak nggak tau papa mu aja, dia sama kakakmu itu kan sama saja. Selalu sibuk dengan urusan kantor" jawab mama sambil meletakkan piring berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya.
"Ck masih saja seperti itu, dan lebih parahnya kak Riordan tadi hanya menurunkanku begitu saja didepan gerbang tanpa membantu membawa koper ku ma" gerutuku tentang kelakuan kakak super sibukku itu.
"Dasar anak nakal biar mama marahi nanti saat dia pulang, udah kamu makan dulu terus kamu istirahat anak mama kelelahan banget kayaknya" ucap mama sambil mengelus rambutku pelan. Perlakuan mama yang seperti ini lah yang membuatku selalu rindu padanya.
Kurebahkan tubuhku diatas ranjangku, bahkan kamarku masih saja seperti dulu. Tetap rapi tanpa ada sedikit pun debu yang terlihat.
Perlahan aku teringat pria tadi yang aku tabrak dibandara. Kuingat-ingat lagi wajahnya, matanya, hidungnya, bibir merah alaminya, senyumnya, suaranya.
"Apakah kita bisa bertemu lagi? Jika Tuhan memberi kesempatan padaku untuk bertemu denganmu lagi akan ku manfaatkan sebaik mungkin, walau sekedar bertanya siapa namamu tampan" ucapku kemudian bangkit menuju kamar mandiku.
***
Makan malam
Malam ini ternyata ada yang spesial Riordan berencana mengenalkan pacarnya kepada keluargaku, setelah membantu mama menyiapkan makan malam yang beraneka ragam aku berjalan keruang makan menata makanan itu diatas meja makan, kulihat papa sudah duduk tampan disalah satu kursi tengah yang menunjukkan posisinya sebagai kepala keluarga dirumah.
"Hay pa" kukecup pipinya singkat walaupun sudah berumur namun penampilan papa masih terlihat tampan.
"Putri kesayangan papa tambah cantik aja deh" ujar papa merayu
Aku tersenyum simpul menanggapi godaan papa "kak Riordan kok lama banget sih pa gak tau apa kalau perut Olive udah teriak-teriak minta diisi" cerocosku sambil menopang daguku dengan kedua tanganku.
"Sabar dulu sayang mungkin jalannya lagi macet" mama muncul dari arah dapur sambil meletakkan ayam goreng di tengah meja makan.
Suara deru mobil langsung terdengar dari luar, Riordan berjalan menuju ruang makan sambil menggandeng seorang wanita yang terlihat malu-malu.
"Ohh panjang umur" gerutuku
"Pa, ma, ve kenalin ini Adelia calon menantu papa mama" ucap Riordan bersemangat.
Wanita itu mengulurkan tangannya bergantian dari papa, mama dan aku sambil mengucapkan namanya "saya Adelia salam kenal" sambil tersenyum memamerkan lesung dipipi kanannya.
"Nama yang cantik untuk wanita yang cantik pula" jawab mama sambil mempersilahkan Adelia duduk disamping Riordan.
"Ayo silahkan dimakan nak Adel" perintah papa.
Kemudian kami berlima terlibat perbincangan panjang, ternyata Adelia itu menarik dia dengan cepat bisa bergaul dengan keluargaku. Ku rasa kali ini Riordan tidak salah pilih dalam menentukan pasangannya.
"Oiya katanya Olive ini seorang chef ya, wah kapan-kapan bisa dong ngajarin aku masak" ujar Adelia ceria tanpa aku bertanya aku sudah tau jawabannya pasti Riordan yang memberitahunya.
"Boleh dengan senang hati, tapi harus bayar perjamnya"jawabku asal sontak membuat semua orang tertawa
"Yaelah ve baru jadi chef biasa aja udah itung-itungan dasar mata duitan huuu"cibir Riordan sambil melempar buah apel diatas meja kearahku.
Hap kutangkap apel itu dengan mudah lalu menggigitnya"sembarangan chef biasa, meskipun chef biasa tapi rasa masakannya internasional tau" jawabku sambil menjulurkan lidahku
"Sudah-sudah kalian berdua ini kayak anak kecil aja, malu tau ada nak Adel" ujar papa sambil geleng-geleng kepala.
"Oiya ve besok malem aku mau ngajak kamu ketemu salah satu temanku, dia sedang membutuhkan seorang chef sementara untuk membantu di restonya. Nggak lama kok cuma tiga bulan" ujar Riordan
"Tapi aku kan harus membantu mama mengelola restorannya kak"
"Udah kamu bantu aja dulu teman kakakmu, lagian direstoran mama masih terkendali kok keadaannya" ujar mama sambil tersenyum
"Besok malem kak" ujar ku sambil berfikir.
"Udah deh gak usah sok mikir pokoknya kamu harus mau, setuju nggak setuju kamu harus setuju" beo Riordan sambil menekan kata setuju.
"Dasar sok boss, iya oke cuma tiga bulan kan kecil" ujarku sambil menaik turunkan sebelah alisku.
Malam semakin larut, acara makan malam sudah selesai dari setengah jam yang lalu, Riordan sedang mengantarkan Adel pulang wanita itu bahkan jauh lebih akrab dengan keluargaku.
Aku duduk dibalkon kamarku sambil memandang langit malam, malam ini nggak ada bintang. Kemudian pikiranku melayang pada sosok pria yang aku kagumi, apa mungkin aku jatuh cinta padanya.
Aku merasa seperti anak abege yang baru merasakan cinta monyet saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Chef is Olive
RandomApa yang akan kau lakukan apabila kekasih yang sudah menemanimu selama setahun ini berselingkuh dihadapanmu tepat dihari perayaan satu tahun kalian jadian. Marah, sedih, kecewa itu semua yang kurasakan - Olive Jovanka Shamus Percayakah kau pada love...