3

32 3 0
                                    

Aku berjalan masuk ke dalam café yang sepi itu-- Café Bulan --sambil membawa buku jurnalku.

Malam itu, bulan menampakkan seringaiannya di antara suramnya langit.

Pikiranku sedang kacau balau; perasaanku juga sedang tidak menentu.

Yang kubutuhkan sekarang hanyalah satu pil aspirin.

"Bolehkah aku meminta sebuah pil aspirin?" Tanyaku pada seorang pelayan yang membawa nampan.

Pelayan itu mengangguk.

Aku cukup kaget, karena memang tidak biasanya sebuah café menyediakan aspirin.

Ini aneh, kau tahu.

Tapi masa bodoh. Aku butuh hal itu sekarang.

Hawa dingin begitu merasuk ke dalam kulitku. Cardigan kuning yang kupakai ternyata tidak mempan sama sekali.

Huh, seharusnya kubawa saja tadi sweaterku.

Aku membuka buku jurnal yang kubawa tadi dan mulai menulis di dalamnya.

Malam ini aku duduk sendirian,
Tanpa ada seseorang pun yang mengetahui sebenarnya bagaimana perasaanku.

Apa yang bisa kupertahankan dari cinta satu arah ini?

Padahal, seharusnya cinta itu dua arah, kan?

Sudah seharusnya aku pergi dan melupakanmu, seharusnya aku yang berhenti menyukaimu, dan berhenti memperhatikanmu. Tapi sayangnya aku terlalu gila untuk melakukan hal itu.

Aku tidak bisa; barang sedikitpun.
Mau seberapa keras aku berusaha, hasilnya tetap nihil.

Kau.

Mau bagaimanapun, tetap akan bersarang dan menimbulkan luka yang semakin dalam.

Aku tidak tahu lagi harus bagaimana untuk menghadapi semua ini. Kau tampak tertarik pada temanku sendiri, huh?

Kalau memang itu kenyataannya, aku bisa apa?

Karena bagiku.. Memang cinta tidak harus memiliki. Aku rela berkorban perasaan.. Agar kau bahagia.

Meskipun di sini aku yang tersakiti.

Meskipun di sini aku yang harus menerima semua kenyataan pahit yang terjadi di depanku.

Aku akan berusaha terbiasa..

Kau tahu?

Aku sudah hampir putus asa. Aku merasa lelah menunggumu yang tidak pasti.

Tanganku berhenti menulis ketika pelayan mengantarkan sebuah aspirin dan juga segelas air putih.

"Terima kasih," Kataku dengan suara parau.

Sepeninggal pelayan itu, aku kembali melanjutkan tulisanku.

Kalau kau mencintainya, bukan aku..

Berhenti membuatku berharap.

Berhenti membuatku berpikir bahwa kau mempunyai perasaan yang sama sepertiku.

Karena rasanya.. Sakit.

Biarkan aku sendiri dengan luka yang masih terasa perih ini.

--Dari aku yang mencintaimu.

Aku meminum aspirin itu. Beberapa saat kemudian, aku menolehkan kepala ke arah jendela.

Malam ini langit tak berbintang.

Sepi.

Sesepi perasaanku sekarang.

***
Mungkin intinya ini curhatan seorang cewek kali ya wkwk.

Vote and comments? ;)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cafe BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang