Chapter 14

912 68 2
                                    

Jangan lupa untuk vote dan comment nya readers:-) dan makasih buat yang udah baca cerita absurd ini.

Bagi Justin, bersama perempuan yang dicintai memang memberikan kesan yang booming. Hatinya sedari tadi sudah meledak-ledak. Sakitnya sudah tertinggal jauh, dan dilewati oleh perasaan yang tak dapat di jelaskan-nya. Saking bahagianya, mungkin. Yang dia pikirkan hanya rasa bahagia dengan perempuan yang berada di depannya sekarang ini.

"Dimana Brian?" suara beratnya menahan amarah, kilatan matanya menggelap menyadari sesuatu tentang Jessica yang tengah dekat dengan Brian. Dan dia yakin, perempuannya sedang bersama Brian saat ini.

"Dia masih punya urusan dengan Mr. Drew diluar jadi menyuruhku kemari terlebih dahulu"

Tepat seperti dugaan Justin, perempuan-nya pasti tidak jauh dari Brian. Seperti yang ia lakukan dulu bersama Jessica kecil, selalu bersama. Tapi sekarang bukan dia lagi yang bersamanya, perempuannya sudah bersama pria lain. Membuat hatinya teriris.

Mata Jessica menelusuri seluruh kamar inap Justin, lalu berhenti pada makanan rumah sakit yang masih utuh di atas nakas, dahi Jessica mengernyit lalu beralih menatap Justin. "Kau sudah makan?"

Justin melirik makanan itu dengan malas, ia menggeleng.

"Tidak lapar" ujarnya acuh.

Jessica menghela nafas berat, sifatnya sama seperti dulu, tak berubah sekalipun. Selalu malas untuk makan padahal raganya sedang sakit, dan membutuhkan asupan energi. Walaupun sudah dibujuk berkali-kali tapi tetap saja dia keras kepala.

"Mau menemaniku untuk jalan-jalan? Aku bosan" pinta Justin dengan mimik wajahnya yang berubah merengek. Sungguh, berada di dalam kamar ini membuatnya tercekik hebat. Justin bersumpah bahwa dia pasti akan memilih duduk berjam-jam di dalam kantornya daripada membusuk dalam kamar ini.

Alis Jessica sebelah kanan tertarik ke atas, lalu keningnya mengkerut. "Kau sudah bisa jalan?"

Justin terkekeh pelan, hendak menyentil kening Jessica karena otaknya yang berjalan lambat, tapi ia urungkan.

"Bodoh. Kau masih saja sama seperti dulu." ejek Justin yang membuat Jessica terdiam.

"Aku akan memakai kursi roda dan kau yang mendorongnya," jelas Justin.

Dengan melihat Jessica yang masih terdiam Justin tersenyum kecil, "kau mengerti apa yang ku bicarakan?"

Jessica dengan cepat mengangguk menuruti perkataan Justin, lalu dengan segera ia membantu Justin untuk duduk di kursi roda, kemudian mulai mendorong keluar dari kamar.

Mereka melewati lorong rumah sakit yang sepi tanpa suara. Hanya ada suara dari roda dan lantai yang berkombinasi serta sapaan dari suster yang berlalu lalang. Ini mungkin karena sudah malam, dan banyak pasien yang terlelap.

Hingga berhenti tepat di sisi taman yang berada di belakang rumah sakit ini. Jessica duduk di bangku taman menghadap Justin. Merasa tenang di sisi Justin. Ia menengadah menatap ke langit, disanalah ada bulan beserta meteor-meteor bersinar yang disebut bintang.

"Kau suka?" tanya Justin mengikuti arah pandang Jessica menatap langit. Dia tersenyum tulus sesekali menatap wajah Jessica.

"Ya, dan aku lebih suka bulan" jawab Jessica hampir berbisik karena mengingatkannya saat dia dan Justin dulu di rumah pohon yang tidak pernah absen untuk melihat ciptaan Tuhan yang luar biasa itu.

Past or Future (Justin Bieber)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang