Chapter 12

721 67 2
                                    

Jangan lupa untuk vote dan comment nya readers:-) dan makasih buat yang udah baca cerita absurd ini.

AUTHOR'S POINT OF VIEW

Dua kakak beradik masih dalam suasana yang kalut. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Menahan gejolak yang ingin timbul. Menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, tapi tak bisa.

Chloe, sang kakak, mencoba berfikir ulang kembali. Ia tak yakin dengan mengutarakan semuanya, akan berdampak positif baginya dan keluarganya. Apalagi dia tahu jelas dengan sifat adiknya, itu.

Sedangkan adiknya, Jessica. Ia berusaha keras menahan amarahnya karena ia tidak ingin melihat kakaknya tersakiti atas ucapannya. Ia juga tahu jelas sifat kakaknya, itu.

"Aku ingin semuanya jelas, aku ingin mengerti keadaan, jelaskan padaku, Chloe." rintih Jessica.

Chloe hanya menunduk. Kekuatan untuk mengutarakan semuanya, hilang sudah. Ia juga bingung kenapa bisa selemah ini. Bodoh, bodoh, bodoh ia merutuki dirinya sendiri.

Jessica mendesah pelan, ia tak tahan melihat kakaknya hanya menunduk.

"Fine. Aku tidak akan memaksamu lagi. Sudah cukup. Jangan pernah datang ke kehidupanku lagi, aku sudah muak di bohongi." lalu ia pergi meninggalkan Chloe yang perlahan terisak. Pondasi yang menguatkannya, hancur.

Semua sudah berakhir bagi Jessica. Kini ia sudah tak punya keluarga. Rasanya ingin kembali ke panti asuhan tapi kenyataannya sudah tidak bisa. Justin pasti akan menemukannya. Ia tidak ingin berhubungan dengan Chloe atau Justin, anymore. Persetan dengan sahabat dan keluarganya!

"Jessica.."

Yang di panggil menoleh ke arah lift yang baru saja terbuka. Sontak dengan reflek, Jessica berhampur ke tubuh yang memanggilnya lalu memeluknya erat. Perlahan badannya bergetar lalu menimbulkan suara isakan. Ia butuh penopang tubuh walaupun untuk sesaat. Apa yang ia fikirkan dengan egonya tadi, sudah tak ia pedulikan lagi.

"Justin.. aku membutukanmu" bisik Jessica tepat disaat pintu lift tertutup.



Sentuhan angin semilir, menerpa tubuh perempuan sedang berdiri di paling atas bangunan apartemen. Matanya menutup merasakan kekuatan angin yang melewatinya. Rambutnya berterbangan seakan-akan diikuti dengan masalahnya, itu. Hatinya menghangat. Perlahan menarik sudut bibirnya ke atas. Sampai-sampai tak sadar ada yang memperhatikannya dari samping.

"Merasa lebih baik?"

Jessica membuka matanya, matahari yang sebentar lagi di telan bumi tepat di manik matanya. Ia mengangguk.

"Kau suka apa yang kau lihat sekarang?"

Jessica mengangguk lagi

Satu hal yang membuatnya tersadar, melihat sunset bersama Justin kembali setelah bertahun-tahun.

Mata Jessica beralih kepada seseorang di sampingnya. Egonya meluruh. Hatinya tak bisa membohonginya lagi, kini ia bahagia walau ia tahu ini cuma sementara.

Justin menoleh ke arahnya, "Mau pulang?"

Dengan tersenyum, Jessica menggeleng. Ia bergumam, "Terima kasih, aku berhutang budi padamu"

Tangan Justin terulur menepuk bahu Jessica, "tidak ada hutang budi, kita teman, dan wajar teman melakukan ini padamu"

Tubuh Jessica mendadak kaku. Pikirannya berputar. Kita teman. Dua kata itu mendidihkan hati Jessica, lagi. Ia dalam hati tertawa pada dirinya sendiri. Sangat memprihatinkan.

Past or Future (Justin Bieber)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang