4 : Bagas

27 5 0
                                    

Ingatanku melayang pada kejadian sore tadi."Si Aqua."namanya terngiang-ngiang dikepala ku. Eh, aku baru sadar kalau sampai saat ini aku belum mengetahui namanya.

"Cholen, ada temen kamu diluar."panggil mamah dari luar kamar.
"Siapa, mah??"tanyaku heran.
"Namanya...Bagas."
"Bagas??"
"Kamu samperin aja keluar, nanti orangnya keburu pergi."

Aku bergegas keluar. Bagas?? Belum pernah aku mempunyai teman bernama Bagas. Kalaupun ada, dia adalah si Bagas teman smp ku, itu pun aku ngga terlalu dekat.

"Malam.."sapa laki-laki tersebut dengan melempar senyum yang menawan.
"Eh, si Aqua, ngapain kamu kesini malam-malam?"tanyaku.
"Si Aqua?? Nama gue Bagas. Tolong jangan bikin nama sebutan yang aneh-aneh."balasnya tak suka.
"Iya, maaf."
"Kamu anak warga baru disini kan?"
"Iya. Ada apa?"
"Gini, karena kamu sudah termaksud warga sini, kamu harus mengikuti peraturan yang ada."
"Aku ngga ngelakuin pelanggaran kan?"
"Ngga, bukan itu maksudku."Bagas diam sejenak."Jadi, aku minta duit sumbangan dari remaja-remaja disini."
"Buat apaan? Tolong jangan malakin remaja-remaja berkantong tipis dengan alasan sumbangan."sindirku.
"Bukan malakin, lagian aku mintain sumbangan karena ada alasannya."
"Alasannya??"
"Ih, banyak tanya, tinggal kasih doang."
"Dih, kamu mau aku tuduh korupsi? Sertakan dengan alasan yang jelas."
"Uangnya untuk disumbangkan ke rumah yatim."
"Kenapa harus dari remaja sih?"
"Ini kan emang kegiatan remaja disini, kamu juga ngga dipaksa. Ini sukarelawan."
"Yaudah, aku ngga ikutan nyumbang."

Aku hendak mengusirnya, bahasa sopannya itu menolaknya dengan baik-baik. Tapi kalau dipikir-pikir, aku masa ngga ikut nyumbang, walaupun ini sukarelawan seharusnya aku sebagai makhluk sosial dan berhati nurani ikut-campur-tangan dalam urusan ini.

"Eh, aku ikut nyumbang, deh. Tapi aku boleh ikutan malakin..eh maksudku ikut kamu keliling mintain duit sumbangan?"tanyaku padanya penuh harap. Bagas menimbang-bimbang dan aku harap jawabannya 'boleh'.

"Boleh, tapi kamu harus tetep dekat-dekat disampingku, kamu kan ngga tau sekitar sini, kalo kamu ngilang bisa gawat."katanya padaku setelah memutuskan.
"Tenang, aku ngga segitu begonya, kok."ucap ku padanya.

Aku masuk kedalam untuk meminta izin sama mamah. Kalau mamah menemukan aku tidak ada dirumah, bisa-bisa dia langsung panik seakan-akan kehilangan barang kesayangannya.

"Mah, aku izin pergi, ya. Mau ikut bagas keliling mintain sumbangan."
"Loh, kenapa kamu ikut-ikutan, Chol, kamu kan ngga ada urusannya."
"Ih, mamah, ini demi urusan remaja mah, kalau ternyata dia korupsi gimana?"
"Iya, deh, iya. Tapi kamu hati-hati, Ya."
"Tenang, mah. Aku bisa jaga diri, kok."aku meyakinkan mamah.

Sepuluh menit kemudian, aku sudah bersama bagas dijalan. Baru 6 rumah yang sudah kami mintain sumbangan dan aku mulai merasa capek.

"Gas, istirahat dulu. Aku capek."pintaku.
"Kamu capek? Aku beliin air ya?"
"Ngga usah, cuma capek doang."
"Udah ngga apa, kamu pasti juga haus."
"Kamu sok tau, Gas."
"Aku emang tau."

Aku terdiam. Untuk saat ini aku mengalah saja, toh dia ini yang mau, bukan aku. 3 menit berlalu, Bagaspun kembali dengan membawa 2 botol Aqua.

"Kok Aqua, sih? Minuman berasa, kek."protesku tapi tetap mengambilnya.
"Minuman berasa ataupun bersoda ngga bagus buat kesehatan, Chol."Bagas menasihati ku.
"Kan kita masih muda ini, ngga masalah lah."aku membela diri.
"Masih muda? Banyak kali zaman sekarang yang muda-muda malah sakit-sakitan. Itu karena meraka ngga pilih-pilih sama apa yang mereka konsumsi."jelasnya.

Wew, aku diskat-mat lagi sama dia. Pintar banget dia bikin aku tak berkelit kaya begini. Aku mencari-cari hal lain untuk diperdebatkan sama dia, aku penasaran, seberapa banyak dia mampu bikin aku jadi tak berkelit kayak begini.

"Gas, aku mau tanya sesuatu."aku memasang mimik muka serius.
"Apa? Kamu mau tanya hal-hal horror yang ada disekolahan kita?"
"Ah, eh, itu.."aku terkejut. Darimana dia tau kalau aku akan menanyakan hal itu.
"Udah, yuk. Kita lanjut mintain sumbangan."Bagas mengambil bukunya lalu menarik tanganku.

Aku menurut saja. Dan selanjutnya, aku sama dia mengelilingi rumah-rumah lagi dan memalak-malah lagi, sebenernya bukan malak, tapi meminta.

**

ALL IN LOVE..Where stories live. Discover now