8 : Es Dawet

30 5 0
                                    

"Mah, aku bingung."

Aku sedang duduk diruang tamu ditemani mamah. Dia adalah orang yang paling tau kalau perasaan anaknya ini sedang campur aduk. Mamah mengambil bantal sofa lalu dipangkunya.

"Kenapa sayang? Kamu lagi ada masalah?"tanya mamah.
"Ya gitu deh."
"Masalah sama teman? Si Urel itu?"
"Mamah tau dari mana??"aku terkejut.
"Bagas ngasih tau mamah. Dia takut kamu kenapa-kenapa. Jadi, dia cerita sama mamah."
"Mamah sejak kapan deket sama Bagas??"
"Semenjak kamu sama Bagas pulang mintain sumbangan remaja. Kamu kayaknya seneng berteman sama dia, jadi mamah juga mau kenal sama dia."
"Dih, mamah. Mamah kebiasaan kepo, nih."aku mendorong badan mamahku pelan. Mamah cuma terkekeh melihat reaksiku.
"Jadi, ada masalah apa kamu sama Urel?"mamah memasang ekspresi serius.
"Urel sakit, mah. Dia lagi depresi berat, dia ngga mau ngomong sama sekali. Aku sama Bagas jenguk dia kemarin."jelasku.
"Kenapa dia bisa depresi?"
"Aku ngga tau, Mah. Kata ayahnya, 2 tahun yang lalu dia juga sempat depresi, tapi satu tahun terakhir dia udah bisa sembuh."
"Kenapa dia bisa depresi lagi?"
"Kayaknya dia sedang ada masalah deh, Mah."kataku."Tapi aku ngga tau gara-gara apa."

Mamah ku mengangguk. Dia merenungkan saran yang baik yang harus dia berikan padaku.

"Gini, Cholen. Mamah yakin banget, dia lagi putus asa, sedih, ngga tau harus melakukan apa. Dia butuh seseorang untuk diajak sharing. Kalau kamu dianggap sebagai sahabatnya, pasti dia ngga segan untuk memberitahu kamu. Tapi jangan pernah memaksanya untuk memberitahu kamu, jangan pernah. Kamu harus selalu ada buat dia, selalu ada saat dia butuh tempat untuk cerita, selalu ada saat dia sedang terpuruk."mamah mengelus rambutku.

Aku mengangguk. Saran mamah benar-benar memberiku masukan. Dari aku kecil, dia lah yang merawatku, menjagaku, melindungiku dari orang-orang jahat yang menyebalkan. Aku sangat menyayanginya.

Papahku sudah meninggal saat aku masih didalam kandungan. Kata mamah, Papah meninggal karena kecelakaan saat menuju rumah sakit bersalin 7 hari sebelum aku lahir. Menyakitkan kan? Betapa sakitnya mamah melahirkanku sendirian tanpa ditemani papah.

"Oh, ya. Kamu mau nemenin mamah beli es dawet dipasar?"tanya mamah.
"Loh, emang ngga ada tukang es dawet lewat disekitar sini?"
"Ngga ada. Mamah jadi inget, kamu mirip banget sama papah kamu."
"Loh? Mirip gimana nya, Mah? Aku aja ngga tau wajah papah itu gimana."
"Kamu suka es dawet, sama kayak papah kamu. Dia kalau lagi pusing mikirin kerjaan, selalu mau minum es dawet."mamah mengenang masa lalunya.
"Iya?? Coba aja papah masih ada, aku pasti bakal seneng banget."
"Seandainya.."ujar mamah lalu pergi ke dapur.

Setibanya dipasar, aku sama mamah keliling mencari penjual es dawet. Mamah bukan tipe orang yang gampang menyerah, selagi masih ada kemungkinan, mamah tidak akan menyerah.

Seperti saat ini, mamah tidak menyerah mencari penjual es dawet. Tiba-tiba, aku menemukan sosok familiar sedang memilih sayuran di sebuah toko. Dia menggunakan celana pendek selutut dan kaus santai. Aku izin menghampiri sosok tersebut ke mamah.

"Gas, kamu sedang apa disini?"tanyaku. Bagas yang sedang memilih-milih sayuran segar langsung menoleh ke arah ku.
"Eh, kamu, Chol. Aku lagi nyari sayuran segar, buat masak sayur sop."
"Kamu bisa masak?"tanyaku kagum.
"Bisa lah. Kamu ngga percaya?"
"Sedikit."
"Lain kali aku masakin kamu sesuatu."
"Mamah-papah kamu kemana??"
"Mereka kerja. Aku yang harus nyiapin masakan buat mereka."
"Mereka kerja apa?"
"Kamu cerewet, deh."
"Biarin. Aku ngga cerewet, cuma kepo."
"Iya, deh. Mamah aku guru disekolah smp, sedangkan Papah aku manajer disebuah perusahaan swasta."
"Eh, kenapa ngga make pembantu aja?"
"Dulu make, sekarang udah ngga. Lagian aku bisa ngurus rumah sendiri."
"Kamu bener-bener bisa diandalkan sama orang tua kamu, ya."
"Itu lah seorang anak. Seorang anak harus bisa diandalkan orang tuanya."

Mamah memanggilku dari kejauhan sambil menenteng dua bungkus es dawet. Bagas tersenyum pada mamah lalu aku pergi meninggalkan dia. Bagas ternyata sangat mengagumkan, aku sangat beruntung bisa mengenalnya.

ALL IN LOVE..Where stories live. Discover now