1. The Wedding

15.1K 390 7
                                    

The Wedding

***

Aku menatap cermin, melihat diriku yang sangat berbeda, dengan wajah dimake up tebal namun tidak menor dan dengan tubuh yang dibalut wedding dress sangat indah dan cocok ditubuhku. Aku tersenyum miris, mengingat bahwa pernikahanku dengan calon suamiku nanti didasari dengan terpaksa, kami -aku dan calon suamiku- dijodohkan dan ta'aruf. Yap, kami belum pernah sekalipun bertemu dan kami akan bertemu secara perdana dipernikahan ini. Lucu bukan? Aku saja sampai tertawa memikirkannya. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa menolak dikarenakan Ayahku memintaku untuk menikah dengan pria pilihannya, Ayahku takut usianya tidak sampai bisa melihatku menikah nanti dikarenakan penyakit ginjal dan jantungnya yang sudah kronis, sehingga beliau memutuskan mengadakan perjodohan dengan anak temannya.

Aku teringat saat Ayah menemuiku saat sebelum acara ijab qabul dimulai.

#flashback
Aku berbalik saat pundakku ditepuk pelan oleh seseorang. Aku tersenyum kecil melihat Ayah yang berada diatas kursi roda dengan senyuman yang lebar.

"Ayah.." aku melangkah kehadapannya dan berjongkok.

"Kamu cantik.." ucap Ayah sambil menyentuh pipiku dengan tangan bergetarnya. Mataku berkaca kaca melihat senyuman Ayah mulai bergetar dan matanya berkaca kaca menahan tangis. Aku langsung memeluk Ayah erat dan menangis kecil dipelukannya, tangisan Ayahpun ikut pecah.

Ayah melepas pelukanku, "Kamu ikhlas dengan pernikahan ini?" Tanya Ayah sambil menghapus air mataku. Aku terdiam sebentar, kemudian mengangguk mantap. Aku sudah ikhlas dengan pernikahan ini, demi Ayah.

Ayah tersenyum bahagia, air matanya kembali menetes, "maafin Ayah kalau Ayah terlalu memaksakan kamu untuk menikah seperti ini."

"Tidak apa apa, Ayah. Aku ikhlas." Ucapku dengan senyuman untuk meyakini Ayah bahwa aku sudah ikhlas dan tidak apa apa dengan pernikahan ini.

Cklek

Aku tersadar dari lamunanku ketika pintu terbuka dan muncul seorang panitia wedding organizer.

"Mempelai pria sudah mengucapkan ijab qabul. Alhamdulillah lancar dan sudah sah. Mari saya antar, mbak Zee." Ucap panitia tersebut. Aku mengangguk kecil, berdiri dari dudukku, melihat sedikit wajahku dicermin kemudian berjalan keluar ruangan dibantu dengan panitia.

Jantungku tiba tiba berdetak sangat cepat ketika mendengar suara MC yang menyambutku. Aku semakin gugup ketika melihat punggung seorang pria dengan balutan jas berwarna silver gelap duduk didepan penghulu dan Ayahku. Para tamupun melihatku dengan senyuman mereka.

DEG! jantungku terasa copot saat Pria itu berbalik menatapku yang masih berjalan kearahnya, mata kami bertemu, dia sangat tampan namun wajahnya datar tak ada senyum, dingin seperti es.

Akhirnya aku duduk dibangku sebelahnya. Panitia memberikan kotak cincin kepada Nino, Suamiku, oh my god terasa aneh namun sedikit ada rasa bangga saat memanggilnya dengan sebutan 'suamiku'.

Kami berhadapan, dia mengambil cincin untukku, memegang tanganku seiring perutku mules merasakan tangannya memegangku, kemudian memasangkan cincin itu dijari manisku dengan perlahan. Berikutnya aku yang memasangkan cincin untuknya dengan tangan yang sangat bergetar, MC sempat meledekku yang membuat tamu tamu tertawa.

Mataku sedikit melotot saat MC menyuruh Nino mencium keningku, Nino kembali menghadapku masih dengan tatapan dingin tanpa senyuman. Wajahnya mendekat perlahan, aku menutup mataku dan kemudian aku merasakan bibirnya mendarat di keningku.

***

"Jaga baik baik Zee ya, No." Ucap Mamanya Nino. Nino mengangguk dengan senyuman kecil. Ayah menghampiri kami, memelukku erat.

A Little Bit Of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang