8. Ayah..

7.3K 312 43
                                    

Aku mengernyit mendengar suara nada dering dari handphoneku pertanda ada telfon masuk. Masih dalam keadaan enggan membuka mata untuk bangun dari tidur, dalam hati aku mengeluh siapa yang menelfonku subuh subuh begini. Sepertinya ini masih jam 3 subuh karena aku belum mendengar suara adzan subuh. Mataku benar benar berat sekali untuk terbuka mungkin karena mataku sembab dan bengkak akibat menangis terus menerus sejak tragedi aku dengan Nino tadi siang. Handphoneku berhenti berdering namun belum 1 menit ruangan hening sudah kembali berdering lagi.

Aku menghela nafas. mau tidak mau membuka mata dan bangun untuk mengambil handphoneku yang ada di meja tidak jauh dari sofa yang tadi aku jadikan tempat tidur, yap aku tidur disofa ruang tv karena aku tidak sanggup menahan tangis jika harus tidur disebelah Nino (walaupun aku sebenarnya tidak tau jika aku masuk kamar apakah Nino akan memperbolehkanku tidur disampingnya lagi atau tidak.)

"Rumah Ayah? Ngapain Ayah nelfon jam segini ya?" ucapku dengan lirih sambil melihat nama kontak 'Home' di layar handphone.

"Oh mungkin Ayah terbangun dan bosan karena gak bisa tidur lagi" Dengan mantap aku menekan tombol hijau dilayar.

"hallo Ay.." ucapanku berniat menyapa Ayah terhenti setelah mendengar suara tangisan wanita disebrang sana, bukan suara Ayah. Jantungku langsung seperti berhenti berdetak sejenak, perasaanku langsung tidak enak dan perutku mulas.

"Non.." suara Bi Atin memanggilku sambil tersedu sedu disebrang sana semakin membuat perasaanku tidak enak. berbeda dari keadaan jantungku yang tadi, sekarang jantungku berdetak sangat cepat seperti habis berlari berkilo kilo meter.

"Bi Atin kenapa.." tanyaku dengan suara pelan hampir tidak terdengar karena tiba tiba tenggorokanku seperti tercekik. Bi Atin malah semakin menangis.

"Hiks hiks Bapak Non.. Bapak.." mataku berkaca kaca mendengar Bi Atin mengucapkan kata 'Bapak' yang biasa ia sebut untuk memanggil Ayah. Aku reflek menggelengkan kepala mencoba mengelak pikiran negatif yang muncul diotakku.

"Bapak meninggal hiks hiks" tangisanku langsung pecah, badanku lemas dan gemetaran, handphone yang tadi kugenggam terjatuh kelantai. benar, apa yang ada dipikiranku benar, ayah meninggal..

"Ayah... huaaa hiks hiks Ayah jangan. Ayah jangan tinggalin aku.." lirihku lemas memanggil Ayah dengan berderai air mata dan suara tangisan yang sangat keras.

Nino datang menghampiriku dengan wajah masih mengantuk dan mengernyit terganggu "kenapa nangis sih, jam 3 subuh nangis jerit jerit kenapa?!" Tanyanya.

Aku menghampirinya dengan langkah lemas lalu mengguncang guncang badannya "Nino.. Ayah.. Hahh hahh AYAH MENINGGAL!!" Ditengah nafasku tersengal sengal dengan sekuat tenaga aku berteriak marah memberi tau Nino. Wajah Nino yang tadi terlihat kesal akibat terganggu pada suara tangisanku langsung berubah menjadi wajah tertegun kaget.

Aku mundur satu langkah sambil mencoba mengambil nafas dalam dalam karena nafasku semakin tersengal sengal. Badanku terhuyung kebelakang selagi pandanganku menguning.

"ZEE!!"

dan akhirnya aku tidak sadarkan diri.

***

Aku mengernyit dan langsung membuka mataku akibat merasakan kepalaku sangat sakit. Mengetahui aku berada didalam mobil dalam perjalanan langsung teringat pada Ayah. Tangisanku kembali namun lirih karena badanku sudah sangat lemas, untuk menggerakan jari saja sangat berat.

"Ayah.." panggilku sambil menangis.

"Zee, jangan menangis lagi, tegarlah, ikhlaskan agar Ayah tenang disana.." ucap Nino menenangkanku. Aku tetap menangis, sama sekali tidak bisa menahan tangis.

A Little Bit Of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang