Siang ini matahari sangat terik. Padahal ini sudah memasuki bulan September, dimana biasanya hujan akan turun. Seorang gadis kecil dengan seragam putih-merahnya berjalan di pinggir jalan, wajahnya terlihat memerah dan penuh keringat akibat berada di bawah terik matahari. Namun, tak jauh dari tempatnya gadis itu melihat anak laki-laki sebayanya-mungkin berdiri di bawah pohon sambil menutup wajahnya, semakin dekat dengan dengan anak laki-laki tersebut terdengar isakan.
"Kamu kenapa?" gadis kecil ini menepuk pelan bahu anak tersebut.
Dengan wajah penuh air mata dan sesenggukan laki-laki ini menoleh kearah si gadis. Terlihat darah dan warna kebiruan di sudut bibirnya.
Laki-laki hanya menggeleng dan terus menangis.
"Aku Bintang, kamu siapa?" karena jawabannya tak di jawab, gadis yang bernama Bintang ini mengenalkan dirinya.
"Leo," jawab anak laki-laki ini pelan.
"Bibir kamu kenapa? Kok berdarah?" Bintang menyentuh pelan luka tersebut, namun langsung di tepis oleh laki-laki ini. Dengan cepat Bintang membuka tasnya dan memberikan dua hansaplas bergamar bintang-bintang kecil untuk menutup luka pada ujung bibir laki-laki itu.
"Ini," Bintang mengulurkan tangannya yang terdapat hansaplas. Selang beberapa detik laki-laki ini menerima setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih lalu setelah itu berlalu meninggalkan Bintang yang masih berdiri di bawah pohon tersebut.
Bahkan Bintang hanya ingin menolong tapi setelahnya ia tetap diabaikan. Padahal ia ingin memiliki teman untuk diajak bermain, belajar, bercerita tentang apa saja. Namun kenapa sulit sekali hanya untuk mencari seseorang yang ingin berteman dengannya?
Setelah tanpa sadar berdiri cukup lama disana, Bintang mulai melangkahkan kakinya untuk pulang. Ia sudah tak sabar ingin tidur dikasur empuknya. Memangnya apa lagi yang bisa ia lakukan setelah ini selain tidur? Bermain? Teman saja bahkan ia tak punya. Jadi, kurang menyedihkan apa hidupnya?
Hari ini hari minggu, seperti biasanya Bintang hanya duduk di depan tv untuk menghilangkan rasa bosan. Sudah hampir dua jam ia hanya duduk melihat gambar bergerak tersebut, Bintang beranjak bangun berencana untuk naik sepeda keliling komplek saja. Lagian ini juga sudah memasuki waktu sore. Keluar rumah, tak sengaja matanya melihat rumah yang tepat berada di sebelahnya. Namun yang menarik perhatiannya adalah seorang anak laki-laki yang dua hari lalu ditemui di bawah pohon dekat sekolahnya.
"Hai, Leo!" dengan senyum super lebarnya Bintang menyapa anak laki-laki tersebut.
"Hai, Bintang?" sapanya balik, sedikit ragu akan nama gadis yang menyapanya.
"Mau main sepeda? Wah sama, yuk bareng aja!" ajak Bintang saat melihat Leo memegang setang sepedanya.
Leo mengangguk kuat kepalanya sambil berseru "yuk!"
Dan ternyata mulai hari itu hidup Bintang tak lagi sepi. Sudah ada Leo yang setiap hari bermain dengannya. Bercerita tentang apa saja. Berbagi apa saja hingga mereka lulus Sekolah Dasar dan melanjutkan ke SMP yang sama tanpa pernah berfikir bahwa salah satu dari meraka akan meninggalkan atau ditinggalkan.
Hingga waktu itu tiba.
Memasuki tahun ketiga di SMP, Leo menghilang. Bahkan rumahnya kosong. Bintang sudah berkali-kali menanyakan kemana keluarga Leo pada ibunya, dan jawabannya tetap akan sama bahwa ibunya tidak tahu.
Dan hari-hari Bintang kembali datar. Tak ada Leo. Teman satu-satunya tersebut menghilang bagai ditelan bumi. Bahkan Bintang tak bisa menahan teman satu-satunya tersebut itu untuk tetap bersamanya.
Namanya Bintang Lyanna Khalissa, ia kehilangan teman satu-satunya dan hidupnya kembali seperti semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG (ON HOLD)
Teen FictionAku hanya seorang mahasiswi jurusan Sastra yang tak dikenal oleh siapapun- bahkan mungkin tak ada seorangpun yang menyadari kehadiranku- tentu saja selain para dosen. Hidupku biasa-biasa saja, tak ada istimewanya. Keseharianku sama seperti manusia p...