3. Meet Him Again

24 1 0
                                    

Membuka pintu rumah dan melangkah langsung ke kamar.

Aku tinggal sendiri di sini. Ayah bekerja di Surabaya dan otomotis ibuku sebagai istri yang baik mengikuti kemanapun suami pergi.

Selesai membersihkan diri aku turun ke dapur untuk membuat makanan. Rasanya perutku sudah dari tadi berteriak untuk minta di isi.

Dering telpon mengejutkanku. Ini akibat rumah yang terlalu sepi.

"Hallo.." sapaku setelah menganggkat telepon.

"Hallo, Bintang. Apa kabar sayang?" suara ibu terdengar di ujung sana. Ini telponnya setelah seminggu lalu menghubungiku.

"Baik, ibu sama ayah gimana?"

"Baik, ayah juga baik. Mungkin ayah sama ibu minggu depan baru bisa pulang. Ayah masih banyak kerjaan di sini. Kamu gak apa-apa, 'kan?"

"iya bu gak apa-apa. Bintang juga udah biasa sendiri."

Setelah mengatakan supaya aku hati-hati dan jaga diri selama mereka di sana, Ibu memutuskan sambungan telepon.

Menghela napas panjang aku melangkah ke dapur untuk melaksanakan tujuan awalku. Perutku semakin berteriak meminta di isi.

Enaknya masak apa ya?

***

Selesai kelas pertama hari ini, aku berjalan ke kantin hanya untuk membeli beberapa makanan. Aku sangat lapar. Salah kan tugas yang lupa ku kerjakan karena asik menonton kemarin siang. Akibatnya aku harus begadang sampai jam 3 pagi dan terlambat ke kampus hingga tak sempat sarapan.

Setalah membeli beberapa roti dan minuman aku melangkah ke taman. Rasanya lebih nyaman berada di taman karena jarang sekali ada orang disini, dibandingkan dengan kantin yang terlalu ramai dan berisik.

Ya.. aku sendiri, jika kalian ingin tau.

Duduk sendiri di taman sambil memakan roti dan membaca novel sudah cukup untukku. Tak ada teman juga aku sudah terbiasa.

"Bintang,? Kamu kok disini?"

Aku menengadahkan kepala ke asal suara.

Ini pria yang minggu lalu bertemu di toko buku dan di bus kan? Kenapa bisa ada di sini?

"Eh, nggg.. iya. Aku kuliah disini." Aku menjawab. Siapa sih namaya? Aku lupa!

"Oh ya? Kok aku gak pernah lihat kamu?" ia mengambil tempat duduk di sampingku. Ada sedikit nada kaget dalam kalimatnya.

Reflek aku bergeser sedikit ke kiri.

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaannya. Memang biasanya setelah ada kelas aku langsung pulang. Lagian ngapain juga keliling kampus, sendirian lagi. Entahlah kalau aku punya teman.

Karena setelah ini aku masih ada kelas, jadi aku memilih duduk di taman menunggu kelas berikutnya dimulai.

"Btw, kamu ambil jurusan apa?"

"Sastra, kamu?" rasanya tidak sopan jika dia yang bertanya terus sejak pertemuan pertama kami.

"Hukum," dia tersenyum lembut. Ya ampun aku merasa ada yang salah disini. Kenapa setiap melihat dia tersenyum ada perasaan aneh yang terjadi padaku.

"Aku gak nyangka ternyata kita satu kampus, lho" masih dengan tersenyum dia menoleh ke arahku. Kalau begini terus aku bakal diabetes di kasih senyum manisnya.

"Hehe.. iyaa"

"Masih ada kelas?"

Aku mengangguk "Masih, kenapa?"

"Kirain mau ngajak kamu ke Cafetaria depan," jawabnya.

"Aku masih ada kelas.." aku melirik jam di tangan kiriku. "10 menit lagi,"

Dia tersenyum lembut. Ah aku ingat namanya sekarang, Virgo.

"Yaudah deh, gak apa-apa. bisa lain kali kan? Boleh minta Line?"

Virgo menyodorkan handphonenya padaku.

Aku mengetik id line ku, setelahnya menyerahkan kembali handphone tersebut ke pemiliknya.

Aku melirik lagi jam yang melingkar di tanganku. Aku harus segera ke kelas jika tidak mau terlambat lagi.

Memasukkan novel ke dalam tas dan mengambil bungkusan roti yang berserakan aku bersiap-siap ke kelas.

"Aku duluan," pamitku setelah menggantungkan tas di pundak kanan.

"Ok. See you, Bintang" dia melambaikan tangan, masih dengan senyum manis di bibirnya.

Namaku Bintang Lyanna Khalisha, aku merasa adayang salah pada hatiku saat melihat dia tersenyum.


BINTANG (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang