Ya ya.. bagus sekali Bintang. Di hari pertama semester akhir kau sudah terlambat, dan ini Oh ya ampun aku sudah terlambat 10 menit dari kelas pertama dimulai. Ku pertegaskan sekali lagi 10 MENIT. Apa yang kaufikirkan Bintang, mau menghilangkan 'siswa teladan' yang ada pada dirimu? Dalam mimpi terburuk sekalipun aku tak mau melakukannya.
Tok.. tok..
Aku mengetuk pelan pintu kayu berwarna coklat tersebut. Semua pasang mata menoleh dan aku menjadi pusat perhatian- dan aku benci situasi ini. Yaya.. aku mengaku ini kesalahanku karena bangun terlambat. Jadi aku menerima resikonya.
"Maaf, aku terlambat." Aku sedikit menunduk, tak berani menatap langsung Mrs. Diana yang berdiri ditengah kelas menatap nyalang ke arahku. Kalau begini, lebih baik aku tak usah masuk saja sekalian.
"Masuk, kali ini aku beri toleransi padamu Bintang. Jangan di ulangi lagi!" katanya tegas.
Aku menghembuskan napas lega.
"Ya, Mrs!" lalu aku masuk, duduk pada meja paling depan. Tepat di depan meja Dosen- memang hanya itu satu satunya kursi yang masih kosong.
Setelah mengeluarkan alat perang- maksudku alat tulis dan teman-temannya, perhatianku sepenuhnya memerhatikan Mrs. Dianna menjelaskan power point.
***
Dan lagi, di bulan September ini bukannya hujan turun, namun malah sebaliknya. Matahari sangat terik. Jam sudah menunjukkan pukul 13.15, dan aku harus ke toko buku untuk mencari beberapa novel untuk membuat tugas yang diberikan Mrs. Dianna. Kalian tahu, bahkan di hari pertama kuliah saja sudah ada tugas. Tidak menyangka? Aku lebih jauh tak menyangka.
Membuka pintu toko, sejuk AC langsung menerpa wajahku, berbanding terbalik dengan keadaan diluar yang sangat panas. Aku berbelok kearah rak novel.
Setelah memilih beberapa novel untuk referensi tugasku, aku berjalan ke arah kasir. Namun tanpa sengaja aku menabrak seseorang.
"Maaf," kataku sambil mengambil novel yang jatuh dari genggamanku tadi.
"Maaf, aku tidak sengaja," aku membungkukkan sedikit badan untuk meminta maaf padanya.
"Iya, tidak apa-apa." kulihat sekilas senyum dari bibirnya. Setelah itu aku menganggung sekilas dan berlalu dari hadapan pria tersebut.
Setelah membayar di kasir aku keluar dari toko buku dan melangkah ke halte yang berjarak beberapa meter dari sini.
Terik matahari lagi-lagi menyambut saat aku keluar dari toko. Uh, kalau begini terus lebih baik aku mendekam saja di rumah.
Lumayan lama menunggu, akhirnya bus datang. Mendapati tempat duduk dekat jendela, aku mengeluarkan earphone dari dalam tas. Lagu Count on Me mengalun lembut. Rasanya ingin cepat-cepat berbaring di kasur.
"Maaf, Mbak. Tolong jendelanya dibuka." Seseorang yang entah sejak kapan duduk di sampingku berbicara.
Aku menoleh ke asal suara. Ya ampun, ini kan laki-laki di toko buku tadi.
Tanpa menjawab, aku membuka jendela bus sedikit lebih lebar. Angin kencang langsung menerpa wajahku.
"Kamu yang di toko buku tadi bukan? Kenalin aku Virgo." Dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis.
Bahkan aku merasa sulit mengalihkan mataku dari wajahnya.
Aku mengangguk sekilas dan menyambut tangannya. "Bintang,"
Sudah sejak lama rasanya aku tidak berbicara dengan siapapun, maksudku orang asing seperti ini.
"Kuliah? Semester berapa?" Tanyanya lagi. Masih dengan senyum manis dibibirnya.
Aku mengangguk sekilas.
"Iya, semester terakhir."
"Ohh."
Dan kemudian kami kembali terdiam. Aku larut dengan lagu yang keluar dari earphone ku sampai kernet bus berteriak menyebut simpang tempat aku turun.
Aku berdiri dan melangkah menuju pintu bus. Sebelumnya sempat ku dengar laki-laki yang duduk di sampingku berkata "See you, Bintang!"
Namaku Bintang Lyanna Khalisha, dan aku merasa ada sesuatu yang menarik dari laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG (ON HOLD)
Teen FictionAku hanya seorang mahasiswi jurusan Sastra yang tak dikenal oleh siapapun- bahkan mungkin tak ada seorangpun yang menyadari kehadiranku- tentu saja selain para dosen. Hidupku biasa-biasa saja, tak ada istimewanya. Keseharianku sama seperti manusia p...